Bacaan : Ulangan 29:1-6
Nats: Ulangan 29:5
Nats: Ulangan 29:5
...pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu.
Setiap manusia memiliki banyak keinginan. Anda memiliki keinginan. Saya juga
manusia dengan banyak keinginan. Saya ingin rumah yang mewah ala eropa. Saya
ingin mobil yang lux, yang suka mencuri perhatian banyak orang. Saya ingin memiliki
deposito yang lebih dari cukup. Saya ingin memiliki lima kartu kredit sekaligus,
untuk membuat dompet semakin tebal saja. Saya ingin ini itu. Berbicara tentang
keinginan, rasanya tidak akan pernah ada habisnya.
Saya berdoa untuk semua keinginan saya, dan saya melihat betapa bijaknya Tuhan.
Ia tidak memenuhi keinginan saya. Lupakan rumah mewah, mobil keren, deposito
yang menggunung dan semuanya. Bukan tipe Tuhan untuk memenuhi semua hal yang
kita inginkan. Mengapa? Karena ada kalanya keinginan kita justru menjadi jerat
bagi diri kita sendiri pada akhirnya. Kita menjadi sombong. Merasa diri hebat.
Lupa diri, lupa daratan. Bukankah itu sikap yang justru akan menghancurkan diri
kita sendiri?
Benar, Ia tidak selalu memenuhi keinginan kita, tapi yang pasti, Ia selalu
mencukupi kebutuhan kita. Ia buktikan itu kepada bangsa Israel saat mereka berada
di padang gurun selama 40 tahun. Ia tidak selalu memberikan apa yang bangsa
Israel inginkan, tetapi Ia selalu menyediakan apa yang mereka butuhkan. Bangsa
Israel butuh makan, maka Tuhan mengirim manna dan burung puyuh selama 40 tahun
tanpa berhenti! Bangsa Israel butuh pakaian dan kasut, maka Tuhan membuat pakaian
dan kasut mereka tidak robek dan bisa terus dipakai selama puluhan tahun.
Ada perbedaan mendasar antara keinginan dan kebutuhan. Sebagai orang tua yang
memiliki anak, kita sering berurusan dengan keinginan anak yang tak ada habisnya.
Sebagai orang tua bijak, apakah kita akan selalu memenuhi semua keinginan anak
hanya untuk menunjukkan kasih sayang kita? Tentu saja tidak bukan? Tapi yang
pasti kita akan selalu tahu apa yang menjadi kebutuhannya dan kita akan selalu
mencukupinya. Kebenaran inilah yang membuat iman saya terus terpaut kepada Tuhan
saat harus melewati masa-masa “padang gurun”. Saat menghadapi masa-masa
sulit itulah saya merasakan betapa Tuhan selalu memelihara, mencukupi, menolong
dan melakukan yang terbaik buat saya. Benar, tidak semua keinginan saya terpenuhi,
tapi bersyukur karena semua kebutuhan saya dicukupinya.
Tak selalu Ia memenuhi apa yang kita inginkan, tapi Ia selalu mencukupi apa
yang kita butuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar