AJARAN KRISTEN SEBAGAI PENUNTUN HIDUP

ajaran kristen tentang banyak hal

Yesus berkata: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Selasa, 08 November 2011

Paulus lebih dahulu tiba di Roma dibandingkan Petrus

Paulus lebih duluan tiba di Roma daripada Petrus. Ini adalah fakta Alkitabiah. Terlepas dari semua fakta yang disajikan saudara-saudara di Katolik, yang diklaim sebagai pernyataan bapa-bapa gereja. Jadi Mari kita lihat siapa yang sebenarnya lebih dulu sampai ke Roma.
Rasul Paulus sampai ke Roma pada tahun 60 Masehi. Kisah ini bisa kita ikuti dari sepanjang kisah para Rasul. Di mana dari situ kita bisa melihat bahwa Paulus pergi ke Roma sebagai seorang tahanan. Adapun referensi waktu kejadian bisa kita lihat dari kedua kutipan berikut:

“Paul was still imprisoned in Caesarea when Felix was recalled to Rome and Porcius Festus was appointed procurator of Judea by the Emperor Nero in 60 AD (Kis 24:27). Appearing before Festus and his distinguished visitors, Paul preached the Gospel to the Roman governor, to King Agrippa II to and his sister Bernice (Acts 25-26). Fearing the Jews were going to demand he be returned for trial in Jerusalem, Paul appealed to Caesar, his right as a Roman citizen. Festus granted the request and Paul was send to Rome in 60 AD.”

"In the Autumn of 60 A.D. Paul, along with other prisoners, boards a boat for Rome. Paul's travel to Rome is considered to be his fourth missionary journey. The prisoners are escorted on their journey to Rome by a Roman Centurion named Julius (Acts 27:1-2). After stopping in several cities along the way, Paul and company make their way to the Isle of Crete (Acts 27:7). Although Paul warns Julius not to sail the Mediterranean during a dangerous time of the year (September to October), the Centurion disregards his advice and sets sail from Crete (Acts 27:9-12). The ship encounters a fierce storm along the way and is shipwrecked near the island of Malta (Acts 27:14 - 28:1). All those on the ship either swim or grab boards from the wreck and successfully make their way to the island. After staying three months Paul and company set sail again for Rome. He eventually arrives in the Italian port city of Puteoli (Acts 28:13), where he stays for one week with Christians in the area. Paul is then taken to Rome via the well-known Appian Way Road (Acts 28:14-16)."

Jadi berdasarkan kedua sumber ini, Paulus dinyatakan masuk ke Roma pada tahun 60 Masehi, sebagai tawanan. Lalu bagaimana dengan Petrus? Petrus diklaim masuk ke Roma pada tahun 42 Masehi. Referensi pendukung adalah tulisan-tulisan yang diklaim sebagai tulisan para bapa gereja. Ada dua yang sering dikutip untuk membela iman Katolik. Yang pertama adalah Eusebius-The Chronicle.

"[In the second] year of the two hundredth and fifth Olympiad [A.D. 42]: The apostle Peter, after he has established the church in Antioch, is sent to Rome, where he remains as a bishop of that city, preaching the gospel for twenty-five years"
Apakah kutipan di atas benar dan bisa diterima? Setelah mencari di semua terjemahan inggris Eusebius The Chronicle....tidak ditemukan semua pernyataan di atas. Jadi entah dari mana kutipan ini diambil. Jika ada yang mau membantu mencari kutipan ini, silahkan mencarinya pada link-link berikut:

Selain Eusebius, masih ada juga kutipan dari St. Hieronimus, yang mengatakan sebagai berikut:

"Simon Peter, the son of John, from the village of Bethsaida in the province of Galilee, brother of Andrew the apostle, and himself chief of the apostles, after having been bishop of the church of Antioch and having preached to the Dispersion . . . pushed on to Rome in the second year of Claudius to overthrow Simon Magus, and held the sacerdotal chair there for twenty-five years until the last, that is the fourteenth, year of Nero. At his hands he received the crown of martyrdom being nailed to the cross with his head towards the ground and his feet raised on high, asserting that he was unworthy to be crucified in the same manner as his Lord" (Lives of Illustrious Men 1 [A.D. 396]).

Semuanya hendak memperlihatkan bahwa Petrus tinggal di Roma sejak 42 masehi dan menjadi uskup Roma, sampai dihukum mati pada tahun 67. Pernyataan bahwa Petrus tetap tinggal di Roma selama 25 tahun benar-benar tidak bisa diterima. Siapa yang menerima  pernyataan ini  maka dia lebih memilih pernyataan yang menentang Alkitab, ketimbang Alkitab itu sendiri. Jadi mari kita lihat kronologis Alkitab:
  • Paulus bertobat setelah kekristenan sudah cukup tersebar, dari Yerusalem sampai ke Damsyik, jadi kemungkinan pertobatan Paulus adalah 1-3 tahun setelah kenaikan Yesus Kristus yang berarti (31-33 AD)
  • Setelah bertobat Paulus tidak balik ke Yerusalem, tapi langsung memberitakan injil di Damsyik dan Arab selama 3 tahun lamanya.
  • Setelah 3 tahun barulah Paulus kembali ke Yerusalem mencari Petrus, tapi tidak ditemukannya (34-36 AD)
  • Paulus baru bertemu dengan Petrus setelah 14 tahun kemudian yaitu (48-50 AD)==> Galatia 2:1 Kemudian setelah lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem dengan Barnabas dan Titus pun kubawa juga.
  • Dalam pertemuan itu Paulus dan Petrus berbagi tugas; bahwa Paulus dan Barnabas menginjili di wilayah bangsa-bangsa lain (gentiles), sedangkan Petrus menginjili di wilayah bangsa bersunat....Galatia 2:9 "Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat;"
Jadi jika Petrus pada tahun 48-50 Masehi dinyatakan oleh Alkitab memilih wilayah pelayanannya di antara bangsa-bangsa bersunat (Yahudi), bagaimanakah bisa pernyataan bahwa Petrus sejak 42 Masehi, sampai matinya (25 tahun kemudian) menjadi uskup di Roma? Jika Alkitab mengatakan bahwa pada 48 Masehi Petrus mengambil keputusan untuk menginjili di antara bangsa-bangsa bersunat, itu berarti pernyataan PETRUS TINGGAL DI ROMA SELAMA 25 TAHUN TIDAK BISA DITERIMA. Jika pada kalimat itu sudah ada pernyataan yang menentang Alkitab, maka tidak ada kewajiban untuk mempercayai semua pernyataan pada kalimat itu....

Apakah hanya itu? Tentu tidak, masih banyak lagi. Sebelum Paulus berangkat ke Roma, dia sudah lebih dulu menulis surat ke jemaat di Roma pada tahun 57 (tiga tahun sebelum Paulus dikirim sebagai tawanan ke Roma). Di dalam surat itu jelas dikatakan sudah ada orang Kristen di Roma. Tapi apakah itu berarti Petrus sudah lebih dulu di sana? Belum tentu....

Dugaan terbaik yang bisa diberikan adalah jemaat di Roma didirikan oleh orang-orang yang bertobat di Makedonia. Makedonia adalah salah satu wilayah penginjilan Paulus yang dampaknya sangat luas. Kenapa ini dipandang sebagai dugaan terbaik? Kenapa dugaan terbaik bukanlah Petrus sudah lebih dulu ada di Roma? Pernyataan Paulus berikut ini yang mendasari pemikiran tersebut....
Roma 15:20 Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain,

Jadi sangat jelas bahwa kehormatan baginya melakukan penginjilan di tempat-tempat di mana dia tidak dianggap membangun di atas dasar yang telah diletakkan oleh orang lain. Pernyataan ini dengan tegas dinyatakannya kepada jemaat di Roma. Jika Petrus sudah lebih dulu membangun jemaat di sana, maka suratnya ini hanya akan jadi olok-olok untuk dirinya. Orang Roma bisa berkata "Eh Paulus, di sini sudah ada Petrus loh".

Bukti bahwa Paulus menyatakan seperti itu di dalam suratnya, memperkuat bahwa yang mendirikan jemaat di Roma, masihlah orang-orang yang imannya dibangun dari penginjilan Paulus, dengan demikian wilayah yang terdekat dari Roma adalah Makedonia.
Hal yang janggal lainnya adalah, kenapa Paulus harus memaksakan diri meminta pengadilan Kaisar? Kemudian perjalanannya ke Roma pun dipaksakan dengan melintasi badai, sehingga kapal mereka terdampar. Kenapa Paulus sangat memaksakan diri untuk tiba di Roma jika di Roma sudah ada Petrus menjabat selama 18 tahun? Apakah Paulus meragukan kapasitas Petrus? Apakah Paulus berpikir jika tidak ada dirinya Petrus kurang kapabilitasnya untuk menangani jemaat Roma? Fakta bahwa Paulus begitu memaksakan diri ke Roma memperlihatkan bahwa di Roma ada kebutuhan penginjilan yang belum terpenuhi. Jika Petrus ada di sana, kenapa Paulus memaksakan diri?
Klaim terakhir adalah seperti berikut:
“Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang…. Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu,… Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku." (1 Pet 1:1, 5:12-13)
Surat 1 Petrus ini dibuat pada tahun 62, ketika Paulus sudah 2 tahun di Roma. Para apologet berusaha mengatakan bahwa babilonia adalah Roma sendiri. Dan mengambil kutipan dari pernyataan St.Papias yang dikatakan disalin oleh Eusebius....
"And Peter makes mention of Mark in his first epistle which they say that he wrote in Rome itself, as is indicated by him, when he calls the city, by a figure, Babylon, as he does in the following words: "The church that is at Babylon, elected together with you, greets you; and so does Mark my son." -Ecclesiastical History 2.15.1-2"
Sampai saat ini, masalah pemakaian kata Babylon ini masih menjadi perdebatan. Ada yang menganggap ini adalah Roma, dan ada juga yang memandang ini sebagai tepian baghdad di Irak. Jika ingin pendapat yang straight to the poin saja, maka kata Babylon harus dianggap sebagai tepian Baghdad. Kenapa? Karena memang pada zaman Petrus kota itu memang disebut Babylon.
Babylon (Arabic: بابل, Babil; Akkadian: Bābili(m);[1] Sumerian logogram: KÁ.DINGIR.RAKI;[1] Hebrew: בבל, Bābel;[1] Greek: Βαβυλών, Babylōn) was an Akkadian city-state (founded in 1867 BC by an Amorite dynasty) of ancient Mesopotamia, the remains of which are found in present-day Al Hillah, Babil Province, Iraq, about 85 kilometers (55 mi) south of Baghdad.
Tapi apa alasan Petrus ada di sana? Alasan terbaik yang bisa ditemukan adalah pada masa itu ada penampungan Yahudi-Ortodoks yang cukup besar di wilayah Babylon tersebut. Dengan demikian ini bisa dianggap sebagai bagian dari pemilihan Petrus untuk menginjili orang-orang bersunat.
Lalu bagaimana yang menafsirkan ini sebagai Roma? Ini adalah tafsir tidak langsung yang tidak didukung oleh fakta sejarah. Satu-satunya yang mendukung tafsir ini adalah pernyataan Papias, bahwa Babylon bisa menggambarkan sifat dari kota Roma. Tapi ini juga adalah pendapat Papias seagaimana dinyatakan "as is indicated by him". Jadi jelas Papias juga melihat ini sebagai sebuah indikasi dan bukan sebuah pernyataan tegas. Papias memilih untuk menganggap Babylon itu sebagai Roma.
Jadi apakah ada msalah jika Babylon itu adalah Roma? Sama sekali tidak. Berhubung surat ini ditulis pada tahun 62 Masehi, itu berarti sudah 2 tahun Paulus menjalani masa penahanan di Roma. Masa setelah 2 tahun itu dipandang oleh banyak penafsir sebagai masa yang bertambah sukar bagi Paulus. Dengan demikian Petrus pun datang ke Roma untuk membantu pekabaran injil di Roma. Fakta bahwa Petrus mati di Roma juga terlalu kuat untuk ditolak, jadi sesulit itu juga menolak bahwa Petrus pernah ada di Roma....
Tapi bila permasalahannya adalah siapa yang membangun jemaat Roma lebih dulu. Maka sangat jelas menurut Alkitab bahwa Pauluslah orangnya....
Petrus tidak mungkin menjabat jadi uskup Roma selama 25 tahun sejak tahun 42. Karena
READ MORE - Paulus lebih dahulu tiba di Roma dibandingkan Petrus

Senin, 07 November 2011

Petrus Bukan Sang Batu Karang!

PETRUS BUKAN BATU KARANG. Kata Petrus berasal dari Petros dan Petros itu adalah batu yang lebih besar dari kerikil. Ukurannya sekitar 2 kepalan tangan manusia. Batu ukuran ini yang biasa dipakai untuk merajam. Petros ini dalam bahasa Ibrani disebut "Keph" dan dalam Aramaic "Kephas". Tentu pernyataan ini akan menyerang iman saudara-saudara di Katolik, tapi tidak ada cara lain untuk menyatakan pemahaman Protestan tentang masalah ini.


Petros: "a stone" or "a boulder" Peter, one of the twelve apostles
Original Word: Πέτρος, ου, ὁ
Part of Speech: Noun, Masculine
Transliteration: Petros
Phonetic Spelling: (pet'-ros)
Short Definition: Peter
Definition: Peter, a Greek name meaning rock.

Sedangkan Petra....

Petra: a (large mass of) rock
Original Word: πέτρα, ας, ἡ
Part of Speech: Noun, Feminine
Transliteration: petra
Phonetic Spelling: (pet'-ra)
Short Definition: rock
Definition: a rock, ledge, cliff, cave, stony ground.

sumber:

ada dua sumber referensi yang dikutip oleh situs di atas:

Abbot-Smith
4074 Pétros (a masculine noun) – properly, a stone (pebble), such as a small rock found along a pathway. 4074 /Pétros ("small stone") then stands in contrast to 4073 /pétra ("cliff, boulder,")

S.Zodhiates, Dictionary
"4074 (Pétros) is an isolated rock and 4073 (pétra) is a cliff" (TDNT, 3, 100). "4074 (Pétros) always means a stone . . . such as a man may throw, . . . versus 4073 (pétra), a projecting rock, cliff"

>>>>Jadi Petra adalah sebuah bukit (Cliff) dan Petros adalah batu yang ditemukan di sepanjang jalan atau yang biasa dilemparkan orang.<<<<

Dalam bahasa Yunani ada sistem gender untuk kata benda. Petros dinyatakan sebagai maskulin dan Petra sebagai bentuk feminim. Pembelaan yang paling sering yang dilakukan oleh seorang Katolik adalah dengan mengatakan .... "karena digunakan untuk nama seorang laki-laki makanya di awal diubah menjadi Petros". Ini benar-benar pembelaan yang sangat lemah, karena jika demikian muncul pertanyaan "Kenapa pada bagian kedua diganti Petra? Kenapa tidak dinyatakan dengan Petrus saja secara keseluruhan jika benar yang feminim dan maskulin sama saja maknanya?" Pembedaan ini menjadi titik awal dari semua keanehan klaim dari pihak Katolik. Selain dari sumber di atas yang memang sudah menyatakan makna dari Petra dan Petros adalah tidak sama.

Pembelaan pihak Katolik pun berlanjut seperti ini; "tapi dalam bahasa Aramaic Syriac sama-sama Kepha tuh" Oh ya? Hal itu tidak sepenuhnya benar. Petros memang dituliskan dengan Kepha, dan Petra pun dituliskan dengan Kepha. Hanya saja Kepha untuk Petrus diawali atribut hu yang sifatnya maskulin, sedangkan Kepha untuk Petra diawali atribut hade' yang sifatnya feminim. Bahkan dalam bahasa aramaic pun keduanya menyandang atribut gender yang berbeda.

Jawaban di atas tentu tidak akan diterima begitu saja. Bantahan yang sering diungkapkan adalah "Tapi Yesus tidak bicara dalam Aramaic Syriac melainkan Aramaic di wilayahnya". Pembelaan ini tidak banyak menolong karena kata Kepha memang berasal dari bahasa standar Aramaic yaitu Aramaic Syriac, dan kalau memang mau berlindung di balik bahasa aramaic yang digunakan Yesus, maka silahkan cari literatur kitab suci yang ditulis dalam bahasa itu supaya bisa kita bahas. Jika tidak bisa, maka mungkin alasan ini disimpan saja dulu.

Dengan demikian, baik kitab dalam bahasa asli (Yunani) dan bahasa Aramaic membedakan kata objek untuk Simon dan untuk bukit batu karang, jadi tidak ada alasan untuk menyamakan keduanya....

Sekarang mari kita lihat kitab perjanjian baru bahasa Ibrani Matius 16:18....di situ dituliskan
ואף אני אמר אליך כי אתה פטרוס ועל הסלע הזה אבנה את קהלתי ושערי שאול לא יגברו עליה׃

Apakah kata batu karang memakai kata Keph (כֵּפִים) (serapan ibrani untuk Kephas)? Ternyata tidak; dalam ayat di atas digunakan Hassela (הסלע) yang artinya cliff (4), cliffs (4), crag (2), crags (3), mountain* (1), Rock (1), rock (39), rocks (4), rocky (1), Sela (1). Kenapa bangsa Israel tidak menggunakan kata Keph yang secara bahasa adalah tarikan tidak langsung dari Kepha aramaic dan artinya batu juga? Karena Keph dipakai untuk menyatakan lahan berbatu (menggambarkan batu-batu kecil/rocks)

Dengan demikian jelas bahwa Petra benar-benar padanan Hassela, sedangkan Petros adalah padanan Keph di dalam bahasa Ibrani.

Lalu bagaimana orang Israel masa kini menjelaskan Petrus? Di dalam wikipedia Ibrani mereka menjelaskan demikian....
פטרוס הקדוש, במקור שמעון בר-יונה (? - 29 ביוני 67, יש הטוענים[דרוש מקור] ל־13 באוקטובר 64), היה אחד משנים עשר שליחיו של ישו בברית החדשה, והוא נחשב לאפיפיור הראשון. ידוע גם בשם "כיפא", המקבילה הארמית ל"פטרוס" (סלע, צור). על שמו הוקמה בזיליקת פטרוס הקדוש בקריית הוותיקן שברומא.

Terjemahan:
Santo Petrus yang aslinya bernama Shimon Anak Yunus adalah salah satu dari keduabelas rasul Yesus di Perjanjian Baru, dan dianggap sebagai Paus yang pertama. Juga dikenal sebagai Petrus yang padanan Aramaicnya adalah batu api. Namanya digunakan untuk Basilika Santo Petrus Vatikan di Roma.

Bahkan orang Israel yang adalah seketurunan dengan Petrus menyatakan namanya sebagai batu api. Ukuran batu ini sekitar 5-40 cm. Batu api sendiri biasa dipakai untuk umban atau untuk membuat mata panah atau tombak....

Masih banyak contoh pemakaian Keph (serapan dari Kephas) padanan Petros dalam bahasa Ibrani, tapi tidak satupun yang digunakan sebagai bukit batu karang....Sebagai contoh:
  • כיף n.m. stone, rock (CPA ܟܝܧ LSp 92, SA כיף Ham 575:152) 
  • sg. ארון דכיף a stone coffin VR 116:5 [expl. בסלע משכן לו Is 22:16]; חד כיף דשייש
  • a rock of marble Hag 78d(26); 
  • כיף שמיר טנרה rock of flint-stone TN Dt 8:15; 
  • ib. 32:13; והוה ידע היי דין כיף מקורר מיא והיי דין כיף אית בי שרברובי he knew which rock cools and which rock has ... Seq 48d(29); Er 24b(33)[!];
  • כיפהוה רגים להון בכיפייה he stoned them (i.e. the bastards) with rocks VRQ 353:3

Selain itu adalah tidak mungkin menerima Petrus sebagai Bukit Batu Karang karena Daud sudah menggunakan istilah batu karang (dari kata dasar yang sama) untuk memuji TUHAN saat dia berkata "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" Bagaimana bisa kita berkata "Ya TUHAN engkau adalah hassela-ku....dan Petrus juga" Apakah kita punya dua Hassela? Bagaimana caranya bisa begitu? Memberikan pujian untuk Tuhan kepada manusia biasa?

Adapun ditulis di Alkitab oleh karena jemaat dibangun di atas batu karang, maka alam maut tidak akan menang melawannya. Bagaimana bisa alam maut tidak menang melawan batu karang jika batu karangnya adalah Petrus? Petrus saja butuh diselamatkan dari kerajaan maut. Petrus pernah ditegur dengan sangat keras oleh Yesus; "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Petrus juga pernah menyangkal Yesus 3 kali untuk menyelamatkan nyawanya; Petrus juga pernah dimarahi oleh Paulus sebagai orang munafik; dan masih banyak hal yang membuktikan bahwa Petrus pun butuh diselamatkan, sehingga sulit untuk percaya jika dikatakan alam maut tidak akan berkuasa atas kita semua hanya karena Petrus menjadi dasar gereja.

Pembelaan lanjutan dari Katolik; "Struktur kalimat akan terasa aneh, jika Petros dan Petra adalah dua objek yang berbeda." Bagi umat Katolik bisa saja itu aneh, tapi sebenarnya itu hal yang sangat biasa-biasa saja. Kita dapat memandang ayat itu sebagai kelanjutan atau respon Tuhan Yesus atas pengakuan iman Petrus. Dan di dalam respon itu Tuhan Yesus menggunakan istilah Petros dan Petra. Jadi jika Tuhan Yesus tidak menggunakan permainan kata Petra dan Petros, kalimat itu akan terdengar "Engkau adalah Simon, dan di atas pengakuan iman ini aku akan membangun jemaat-Ku...

Kenapa di atas tiba-tiba dikatakan Petra sebagai Pengakuan Iman? Apakah itu hasil ngarang.com? Sebenarnya itu adalah kutipan dari pengajaran Santo Augustine.... Augustine adalah salah satu orang yang sangat terpandang di dalam gereja pada masanya... Dia menyatakan di dalam salah satu bukunya:

"In a passage in this book, I said about the Apostle Peter: ‘On him as on a rock the Church was built’...But I know that very frequently at a later time, I so explained what the Lord said: ‘Thou art Peter, and upon this rock I will build my Church,’ that it be understood as built upon Him whom Peter confessed saying: ‘Thou art the Christ, the Son of the living God,’ and so Peter, called after this rock, represented the person of the Church which is built upon this rock, and has received ‘the keys of the kingdom of heaven.’ For, ‘Thou art Peter’ and not ‘Thou art the rock’ was said to him. But ‘the rock was Christ,’ in confessing whom, as also the whole Church confesses, Simon was called Peter. But let the reader decide which of these two opinions is the more probable (The Fathers of the Church (Washington D.C., Catholic University, 1968), Saint Augustine, The Retractations Chapter 20.1)."

Bisakah saudara memperhatikan ada 5 bagian yang diberikan warna berbeda?
  • that it be understood as built upon Him whom Peter confessed menunjukkan bahwa pernyataan Petros dan Petra dipandang sebagai Petrus dibangun di atas Yesus Kristus yang diakuinya
  • so Peter, called after this rock, represented the person of the Church which is built upon this rock, and has received ‘the keys of the kingdom of heaven.’ Menurut Augustine, Petrus saja beranggapan bahwa yang disebut sebagai batu ini mewakili orang per orang di dalam jemaat yang sudah dibangun di atas Batu Karang dan diberi kunci-kunci Sorga
  • For, ‘Thou art Peter’ and not ‘Thou art the rock’ was said to him; Dengan demikian jelas Augustine sendiri membedakan makna dari Petrus dan Petra. Jadi pembahasan makna Petrus di atas 100% dapat diterima.
  • But ‘the rock was Christ,’ Finally! Augustine menegaskan Batu Karang itu adalah Kristus.
  • in confessing whom, as also the whole Church confesses,' Augustine memperlihatkan bahwa pada masanya, Yesus Kristus sebagai Batu Karang adalah sesuatu yang diakui the whole church alias Gereja Katolik. Kenapa Gereja Katolik saat ini mempunyai Batu Karang yang baru?
Entah kenapa pengajaran Augustine ini mengingatkan pada Paulus saat dia berkata.....
1 Korintus 10:4
"dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan BATU KARANG ITU IALAH KRISTUS."
.....that Rock was Christ
.....ἡ πέτρα δὲ ἦν ὁ Χριστός.
.....ē petra de ēn o christos

Jadi sudah sangat jelas PETRUS ADALAH BATU YANG DIBANGUN DI ATAS BATU KARANG YANG SEJATI YAITU YESUS KRISTUS TUHAN DAN JURUSELAMAT KITA. Lagi pula Paulus sudah menjelaskan bahwa yang menjadi dasar dari jemaat bukan hanya 1 orang bernama Petrus melainkan semua nabi dan rasul
Efesus  2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Ini pun sangat sesuai dengan penggambaran Yerusalem Baru yang dinyatakan di dalam wahyu....
Wahyu  21:14 Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu.
Dengan demikian kita bisa meyakini bahwa semua rasul mempunyai posisi  yang sama dalam hal wibawa dan kuasa sebagaimana pengajaran Santo Siprianus (Cyprian) berikut ini:
"Assuredly the rest of the apostles were also the same as was Peter, endowed with a like partnership both of honour and power;"
"Tentu saja rasul-rasul lainnya berada dalam posisi yang sama dengan Petrus, diberkati dengan persekutuan yang sama baik dalam hal wibawa/kehormatan dan kuasa;"
Jadi jika wibawa dan kuasa adalah sama, Petrus utama dimananya? Entahlah; yang jelas Petrus bukanlah batu karang, dan keutamaan Petrus akan kita bahas di artikel yang lain.... (Tanpa mengurangi rasa hormat kita atas semua usaha Petrus dalam pekabaran injil yang sangat berkenan di hadapan Tuhan kita Yesus Kristus)


Tuhan Yesus memberkati kitab semua, AMIN
READ MORE - Petrus Bukan Sang Batu Karang!

Kamis, 18 Agustus 2011

Renungan Harian: Hak-hak Allah

Bacaan: Yesaya 5:1-7
Nats: Yesaya 5:2
Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.

Kidung Yesaya yang menggambarkan bangsa Israel sebagai kebun anggur milik Allah telah mengajarkan kepada kita bahwa Allah berhak untuk mengharapkan kasih, penyembahan, dan ketaatan dari orang-orang yang diberkatinya. Sayangnya, seperti orang-orang pada zaman Yesaya, banyak di antara kita yang menunjukkan sedikit rasa terima kasih. Dan kita dengan sengaja merusak hukum-hukum moral-Nya. Ketika kita bersikap seperti ini, Allah tentunya berhak untuk memberikan hukuman.

Sejarah mengungkapkan apabila sebuah bangsa mengabaikan Allah dan menolak firman-Nya, bangsa itu akan menuai buah yang pahit.

Pada hari ini kita diingatkan kembali mengenai kemerdekaan yang telah kita nikmati. Kita harus benar-benar mensyukuri kemerdekaan ini. Namun, kadang-kadang kita menyepelekannya, kurang peduli terhadap orang-orang yang mendapatkan berkat tidak terlalu banyak. Kita menjadi bangsa yang individual yang secara egois memaksakan hak, melakukan hal-hal yang tidak adil terhadap orang lain, dan tidak memikirkan kesejahteraan mereka.
Yang terburuk, sewaktu menuntut untuk mendapatkan kemedekaan pribadi, kita tidak terlalu mendengarkan hak-hak Allah. Karena itu, kita perlu menyadari bahwa Dia adalah "Tuan atas kebun anggur". Dia berharap agar kita menghasilkan buah-buah kasih dan ketaatan, dan bukannya anggur asam dari rasa tak bersyukur dan kejahatan (Yesaya 5:2)

Saat kita bersyukur kepada Allah atas hak-hak kita, janganlah kita melupakan hak-hak Allah.

KEMERDEKAAN SEJATI ITU BUKAN BERJALAN MENURUTI DIRI SENDIRI MELAINKAN BERSERAH DI JALAN ALLAH
READ MORE - Renungan Harian: Hak-hak Allah

Jumat, 12 Agustus 2011

Renungan Harian: Bawaan Konyol

Ibrani 12:1
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

Pada tahun 1845, ekspedisi Franklin yang sial berlayar dari Inggris untuk menemukan suatu terusan yang melewati Laut Artik.

Awak kapal mengisi dua kapal layar mereka dengan banyak barang yang tidak mereka perlukan: perpustakaan yang terdiri dari 1200 buku, keramik terbaik, gelas kristal, dan peralatan makan yang terbuat dari perak murni, dengan inisial setiap perwira yang diukir pada setiap pegangannya. Yang mengherankan, setiap kapal hanya membawa persediaan batubara cadangan untuk mesin uap cuma cukup untuk 12 hari.

Kapal itu terjebak di padang es yang beku dan sangat luas. Setelah beberapa bulan, Lord Franklin tewas. Anak buahnya memutuskan untuk menyelamatkan diri dalam kelompok-kelompok kecil, namun tak ada satu pun yang selamat.

Ada satu cerita yang sangat menyedihkan. Dua perwira menarik sebuah kereta salju besar sejauh 104.585 km melewati es yang berbahaya. Pada saat regu penyelamat menemukan jasad para perwira tersebut, mereka menemukan bahwa kereta salju tersebut berisi meja perak.Mereka membuka jalan bagi kematian mereka sendiri dengan membawa barang yang tidak mereka perlukan.

Bukankah kita kadang kala melakukan hal yang sama? Kita pun menyeret beban yang tidak kita perlukan dalam kehidupan, bukan? Pikiran-pikiran jahat menghalangi kita. Kebiasaan-kebiasaan buruk menghalangi kita. Kebiasaan-kebiasaan buruk meronrong kita. Ketidakrelaan yang tidak kita lepaskan.

Marilah kita bertekad"menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita"

READ MORE - Renungan Harian: Bawaan Konyol

Rabu, 03 Agustus 2011

Renungan Harian: Sukacita dalam Kemiskinan

Pembacaan: Habakuk 3:14-19
Renungan: Habakuk 3:17,18
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."

Dalam buku 450 Stories for Life, Gust Anderson menceritakan kunjungannya ke sebuah gereja di suatu daerah pertanian, di sebelah timur Alberta, Kanada. Di daerah itu telah berlangsung kekeringan selama 8 tahun. Kondisi ekonomi petani di daerah itu tampaknya tak ada harapan lagi. Meskipun dalam kemiskinan, banyak di antara mereka yang terus berkumpul untuk memuji dan menyembah Allah.

Anderson sangat terkesan dengan kesaksian seorang petani yang berdiri dan mengutip Habakuk 3:17,18. Dengan sungguh-sungguh petani itu berkata,"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." Anderson berpikir, orang suci itu telah menemukan rahasia sukacita sejati.

Refleksi:
Mendapatkan kesenangan dari barang-barang yang dapat dibeli memang bukan suatu kekeliruan. Akan tetapi, jangan sampai kita mengandalkan barang-barang tersebut untuk mendapatkan kebahagiaan. Apabila kepuasan kita ditentukan oleh kepemilikan atas barang-barang, kita akan hancur saat kehilangan barang-barang tersebut. Tetapi jika sukacita kita terletak di dalam Allah, tidak ada seorang pun yang dapat merusakkannya, bahkan kesulitan ekonomi pun tidak.

Ya, orang-orang yang mengenal dan memercayai Tuhan akan bersukacita ~Bahkan dalam kemiskinan~

READ MORE - Renungan Harian: Sukacita dalam Kemiskinan

Senin, 01 Agustus 2011

Kesaksian: Di Balik Sebuah Kesukacitaan

Kebahagian hidup berumah tangga tak lengkap tanpa kehadiran anak-anak. Dan hal ini merupakan dambaan seluruh pasangan suami istri yang ingin membina kehidupan yang lebih baik ke depan.

Hampir tiga tahun pernikahan kami, ada banyak pertanyaan yang terlontar dari berbagai kalangan entah itu kerabat, keluarga, kenalan maupun tetangga tentang kehadiran anak - anak di tengah keluarga kami. Hal ini menjadi sebuah pergumulan yang berkepanjangan bagi kami. Tidak sia-sia, ketika umat benar-benar percaya dan berharap pada Kristus, karena Ia mampu melakukan hal yang sangat mustahil dalam pandangan manusia. Tanggal 3 September 2004, menjadi sebuah titik awal jawaban Tuhan atas pergumulan kami, ketika dokter kandungan mendiagnosa bahwa ada tanda-tanda kehamilan, ini merupakan sebuah berita kebahagian bukan ? Namun di balik kebahagian itu pula ada tanda yang lain yakni tumbuhnya daging lebih diseputar area kandungan yang pada akhirnya diketahui; ada mioma uteri.

Di usia kandungan hampir mendekati 7 bln, dokter memeriksa detak jantung bayi yang aku kandung dan melihat fungsi paru- parunya, dan menurut dokter sangat baik, dan aku siap dioperasi,namun aku balik bertanya pada dokter,bagaiman dengan berat badan bayiku,kata dokter 1,4 ke 1,5 Kg. Jujur aku dihinggapi kekhawatiran untuk dioperasi dengan pertimbangan bahwa bayiku di bawah timbangan atau berat bayiku agak kurang dan sangat rawan, aku tegaskan kepada dokter bahwa bayi ini adalah anak pergumulan, jika kami ke dokter kami akan pergi ke gereja juga dan berdoa bersama dengan hamba Tuhan untuk bayi kami, jadi aku berharap dokter bisa memikirkan kembali diagnosanya. Dan diluar dugaan, dokter mengiyakan permintaan kami, "bapak dan ibu pulang dulu, berdoa & bergumul kembali, saya hanya manusia biasa dan biarlah Tuhan yang akan memutuskan apa yang paling terbaik," kata dokter.

Kami berdoa & bergumul seperti biasanya sebelum kami kembali ke dokter. Dan diusia kandungan mendekati 8 bln, aku ke dokter, dan kata dokter berdasarkan hasil USG keadaan bayi kami baik,dan sehat, dengan berat badan mendekati 2,4 ke 2,5 kg, dan kata dokter adalah waktu yang tepat untuk di operasi dengan berbagai pertimbangan antara lain : tekanan darah tinggi,  miom, perkapuran pada plasenta dan bayi yang terus pada posisi sungsang, dan keputusan akhirnya bayi kami akan dilahirkan dengan jalan operasi cesar. 19 April 2005,bayi kami dilahirkan. Lima menit berlalu dari sebuah tindakan operasi, ada lagi keputusan yang berubah, ketika awal kesepakatan untuk mengangkat miom menjadi berubah dengan mengangkat usus buntu.
Kebahagiaan menjadi seorang ibu dimulai dengan kehadiran seorang bayi perempuan yang cantik yang kami beri nama "Diva", dengan harapan dia akan menjadi seorang Diva kelak dikemudian hari, dalam artian kami Diva akan menjadi teladan, bahkan menjadi berkat bagi banyak orang. Tetapi di balik kebahagiaan yang kami rasakan, ternyata masih ada tantangan kehidupan yang mesti dijalani, tiga hari berpuasa paska operasi, menurunkan daya tahan fisik-ku, dan aku menggigil kedinginan, demam dan tekanan darah tinggi yang naik drastis menghiasi hari-hariku disebuah rumah sakit. Delapan hari lamanya aku terbaring lemah, namun aku sangat tahu bahwa segalanya akan berlalu dalam kemuliaan dan mujizat yang Tuhan Yesus buat dari hari lepas hari.                  
Tanggal 27 April  2005, menjadi awal hari-hari membahagiakan di tengah keluarga, ketika si kecil dan aku kembali kerumah.

Kembali ke rumah penderitaan menghiasi hari-hariku, ketika aku menggigil kedinginan karena malaria, sehingga dokter menyarankan untuk terapi malaria dengan mengkomsumsi obat malaria sesuai aturan tertentu, lepas dari malaria, kembali aku didera dengan nyeri pada tempat operasi, sehingga aku menangis dan berseru "Tuhan belum berakhirkah penderitaanku?" Seminggu lamanya, aku harus terbaring lagi, dengan perawatan intensif oleh seorang dokter, Susi Septiawarni namanya, ia benar-benar seorang dokter yang sabar dan tanpa pamrih berbagi waktu prakteknya hanya untuk merawat luka yang aku alami, hingga lukaku berangsur-angsur sembuh, namun derita belum juga berakhir ketika ada daging lebih yang keluar dari kelaminku , entah karena apa, tapi satu hal yang tetap kuyakini Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi kekuatan umatnya, dan itu nyata ketika aku kembali terbaring di sebuah rumah sakit umum pada tanggal 21 Juni aku dimasukkan di ruangan operasi dengan dua alternatif : kuretase / pembersihan serta pemotongan jaringan yakni daging yang keluar dari kelaminku dan bila terjadi pendarahan maka kandunganku akan diangkat beserta dengan miom  yang tumbuh di dalamnya.
Tepat jam 00.00 malam, aku bersujud di lantai kamar tempat aku dirawat, dan kepada Tuhan Yesus aku meminta "Tuhan jika Engkau yang memberikan & menjawab pergumulan panjang kami dengan menghadirkan Diva, maka berilah hamba kehidupan untuk menjawab tanggung - jawab hamba sebagai seorang Ibu dan seorang istri bagi suamiku, dan aku pegang sungguh janji Tuhan untuk menolong umatnya, jika Tuhan berkehendak tanpa operasi pun tumorku akan keluar/hilang/lenyap. Dan aku minta kepada Tuhan Yesus agar diagnosa Tuhan Yesus yang jadi bukan diagnosa dokter".  Sebelum operasi dilakukan beberapa petugas medis terus mengingatkan aku akan kebesaran Kasih Kristus dan mencari kepastian jika aku benar mengandalkannya, dan aku bersukacita mengakui sungguh bahwa aku mengimani Kristus dan pekerjaan Ilahinya.
Proses operasi berakhir dengan hanya melakukan tindakan kuretase dan pemotongan jaringan yang akan diteliti lebih lanjut, terlalu ajaib pekerjaanNya, jujur sebagai seorang perempuan adalah hal yang sangat berat jika terjadi pengangkatan kandungan meski semua itu menjadi pertimbangan medis, aku tahu pasti ada maksud Tuhan yang lebih indah di balik tindakan medis ini. Januari, 11'2006 aku kembali ke dokter kandunganku untuk kontrol, dan tanpa diduga sama sekali dokter memberitahukan hasil pemeriksaan jaringan yang dipotong, dan ternyata itu adalah tumor yang menciut dan keluar dengan sendirinya. Kunaikan syukur untuk Tuhan Yesus karena doaku dijawab olehNya. Dalam doa yang penuh harap aku bermohon jika Tuhan Yesus berkehandak tanpa obat - obatan dan operasi sekalipun, aku dapat dipulihkan, dan itu nyata!!!

Pergumulan pribadiku menjadikan aku sadar bahwa di balik sebuah kesukacitaan ada juga tantangan hidup yang lain, yang pada akhirnya membentuk sebuah kesabaran, ketekunan untuk terus mendekatkan diri pada Tuhan, aku tahu kini ada iman, pengharapan dan kasih tetapi ada juga salib yang tetap menjadi bagian hidup orang percaya, dengan iman yang sungguh aku tetap pegang janji Tuhan "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya pada Tuhan (Yer 17 : 17) & (Yoh 11: 4) .. penyakit tidak membawa kepada kematian tetapi supaya Tuhan dimuliakan lewat penyakit kita.

Kuakhiri kisahku dengan sebuah pernyataan : penderitaanku tidak ada artinya dibandingkan kebahagiaan yang Tuhan Yesus berikan, yakni menjadi seorang ibu.

Aku menyampaikan terima kasihku yang tiada terhingga untuk Kristus Tuhan, semua yang mendukungku dalam berbagi bentuk keprihatinan, para pelayan Tuhan dan hamba-hamba Tuhan pada Jemaat Bethania, Poka, Unit VI Mahanaim, AM GPM Ranting Victorius, TPI Mahanaim II, para medis bahkan semua pihak yang tulus berbagi kasih di tengah penderitaan yang aku alami, Tuhan Yesus Memberkati... Amin
READ MORE - Kesaksian: Di Balik Sebuah Kesukacitaan

Renungan Harian: Jatuh Bebas

Bacaan: Ulangan 32:1-14
Nats: Ulangan 32:11-12
Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.

Dalam nyanyian lembut Musa pada bacaan alkitab hari ini, Allah digambarkan sebagai induk rajawali yang bisa dipercaya oleh anak-anaknya, bahkan dalam pengalaman yang menakutkan seperti belajar terbang.

Seekor induk rajawali membangun sarang yang nyaman untuk anak-anaknya, melidungi mereka dengan bulu-bulu dadanya sendiri. Tetapi insting pemberian Allah untuk membangun sarang yang aman pun memaksa rajawali-rajawali muda itu untuk terbang, dan induk rajawali tidak akan melewatkan kewajibannya untuk mengajari anak-anaknya. Karena hanya dengan demikianlah mereka memenuhi kodrat mereka.

Maka suatu hari induk rajawali itu akan mengusik ranting-ranting pada sarang tersebut dan membuatnya jadi tempat yang tidak nyaman. Kemudian ia akan memungut rajawali muda yang kebingungan itu, melambungkannya ke udara, dan menjatuhkannya. Burung kecil itu pun jatuh dengan bebas. Di mana mama sekarang? Ia tidak jauh. Induknya segera menukik ke bawah dan menangkap anak burung itu. Ia akan mengulangi latihan ini sampai setiap anaknya mampu terbang sendiri.

Refleksi:
Apakah anda takut untuk jatuh bebas, karena tidak tahu pasti di mana atau seberapa keras anda akan mendarat? Ingat, Allah akan datang untuk menyelamatkan anda dan membentangkan lengannya yang abadi di bawah anda. Dia pun akan mengajari sesuatu yang baru dan indah melalui hal itu. Jatuh pada lengan Allah bukanlah hal yang perlu ditakuti.
READ MORE - Renungan Harian: Jatuh Bebas

Minggu, 31 Juli 2011

Humor: Dilarang Parkir di Sini

Seorang pendeta mendapat kesukaran sehubungan dengan tempat parkir yang telah disediakan untuk dirinya di halaman gereja. Agaknya, para pengunjung gereja memarkir mobil mereka semaunya, walaupun jelas-jelas sudah ada tanda bahwa tempat itu diperuntukkan bagi orang tertentu.
Pendeta itu mengira bahwa tandanya kurang jelas sehingga ia minta ditambahkan, "Disediakan untuk pendeta". Namun kenyataannya,pengunjung gereja masih memarkir kendaraan mereka di tempat itu juga. Mungkin diperlukan tanda yang lebih tegas lagi, pikir sang pendeta. Kemudian ia mengubahnya menjadi: "Tuhan menyediakan tempat ini untuk hamba-Nya". Namun, hal ini pun tidak membuahkan sesuatu yang diharapkan.
Akhirnya setelah merasa kesal, ia memunyai suatu ide yang bagus. Hasilnya adalah bahwa sejak dipasang tanda yang terakhir itu, tidak ada seorang pun yang memarkir mobilnya di tempat pendeta itu. Tandanya berbunyi: "Siapa yang memarkir mobilnya di tempat ini diharuskan berkhotbah pada hari Minggu berikutnya".
READ MORE - Humor: Dilarang Parkir di Sini

Renungan Harian: Main Sulap

Bacaan: Lukas 10:38-42
Nats: Lukas 10:39-49
Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
 


Pada masa kini, kita sering sekali melakukan "sulap" dalam kegiatan kita sehari-hari. Kita tenggelam dalam kesibukan kita mengurus berbagai "pertunjukan sulap" mengurus berbagai macam hal dalam waktu yang bersamaan. Masyarakat menghargai orang yang dapat memenuhi jadwal yang padat dan dapat menyelesaikan semuanya. Jadi "wanita yang hanya duduk di kaki Yesus" kadang-kadang dianggap tidak produktif. Tetapi Yesus memuji Maria karena ia telah meluangkan waktu bersamaNya. Tentu masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, akan tetapi Maria telah memilih yang terbaik. Karena itu,  marilah berhenti melakukan "sulapan" harian, supaya kita memiliki waktu untuk bersekutu dengan Tuhan.
READ MORE - Renungan Harian: Main Sulap

Jumat, 22 Juli 2011

Cerita Inspiratif: Surat Cinta Bapa Kepada Anak-AnakNya

Bapa sangat mengasihi kita semua sebagai anak-anak -Nya. Tetapi seringkali banyak orang tidak tahu bahwa Tuhan sangat mengasihi manusia, bahkan rela berkorban supaya kita tidak binasa, tetapi sebaliknya mengalami hidup kekal, hidup berkelimpahan dan diberkati. Satu hal yang sering membuat kita mengecewakah hati Tuhan adalah sikap kita sendiri yang kurang percaya bahwa  Tuhan itu adalah Bapa kita, Seorang Bapa yang sangat mencintai kita sebagai anak-anak-Nya. Seorang Bapa yang selalu menolong anak-Nya kalau anak-Nya dalam kesulitan.  Seorang Bapa yang selalu mengawasi dan memperhatikan anak-Nya.

Tapi bagaimana dengan kita? Saat kita dalam masalah, apakah kita masih bisa mengucap syukur kepada Tuhan? Masih bisakah kita tersenyum menghadapi masalah kita? Kenapa seringkali kita lebih banyak bersungut-sungut dalam menghadapi persoalan kita? Tiada lain adalah karena kita kurang percaya bahwa Tuhan adalah “BAPA” kita.

Bapa sudah mengutus Kristus yang adalah “Yang Terbaik dari Surga” untuk berkorban dan mati bagi kita. Mana mungkin Dia sang Bapa tidak memberkati dan menolong kita dalam mengarungi kehidupan kita. Seperti kata Mazmur Daud ”Sekalipun aku dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Tuhan besertaku”

Di bawah ini ada sebuah video mengenai “Surat Cinta Dari Bapa”. Bapa yang sangat mencintai kita lebih dari cinta kita kepadaNya. Bapa yang mempunyai rancangan terindah untuk kita. Silahkan simak Video  berikut ini hingga selesai (Bagus Sekali) agar anda dapat memahami kasihNya kepada kita semua. Kiranya menjadi berkat. God Bless You All.

READ MORE - Cerita Inspiratif: Surat Cinta Bapa Kepada Anak-AnakNya

Kamis, 21 Juli 2011

Renungan Harian: Tergesa Membawa Celaka

Amsal 16:32
“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan”

Alkisah pada masa dinasti Song ada seorang petani yang tidak pernah sabar. Ia merasa padi di sawahnya tumbuh sangat lambat. Akhirnya ia berpikir, “Jika saya menarik-narik padi itu ke atas, bukankah saya membantunya bertumbuh lebih cepat?” Lalu ia menarik-narik semua padinya. Sampai di rumah, dengan bangga ia bercerita kepada istrinya bahwa ia baru saja membantu padinya bertumbuh lebih cepat.

Keesokkan harinya ia pergi ke sawah dengan bersemangat, tetapi betapa kecewanya ia ketika melihat bahwa semua padi yang kemarin ditariknya ke atas sudah mati. Karena tidak sabar, “usahanya untuk membantu” malah membuatnya rugi besar.

Demikian pula dengan Saul, raja Israel. Sebelum Saul berperang ke Gilead melawan bangsa Filistin, Samuel sudah berpesan bahwa ia akan datang kepada Saul untuk mempersembahkan korban. Samuel meminta Saul menunggu ia datang untuk memberi instruksi (I Samuel 13:8). Namun, Saul tidak mengindahkan perintah Samuel maupun hukum Tuhan. Ia tidak sabar menunggu Samuel. Ia lebih takut ditinggalkan rakyatnya dari pada takut pada Tuhan. Ketidaksabarannya membawa dampak yang fatal, Tuhan menolaknya sebagai raja (ayat 14).
Dalam hidup ini, kita juga kerap tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Ketika pertolongan Tuhan rasanya tak kunjung tiba, jangan tergesa mengambil jalan. Bukannya menyelesaikan masalah, malah sering kali mendatangkan masalah baru yang justru lebih besar! Akar ketidaksabaran adalah tidak percaya. Jika kita sungguh-sungguh percaya Allah mampu menolong, kita akan menanti Dia dengan sabar.

Dalam hidup orang yang sabar selalu ada banyak kesempatan untuk Allah bekerja.
READ MORE - Renungan Harian: Tergesa Membawa Celaka

Selasa, 12 Juli 2011

Renungan Harian: Glow in the Dark

Efesus 5:8
Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang.

Sepulang dari sebuah perjalan ke luar negeri, seorang pria membelikan oleh-oleh bagi istrinya berupa sebuah kotak korek api yang bercahaya dalam gelap. Saat ia memberikan kepada istrinya, ia ingin memperlihatkan pada istrinya bahwa kotak itu bisa bercahaya, namun sewaktu lampu di nyalakan kotak itu tidak mengeluarkan Cahaya.

“Dagelan yang tidak lucu,” demikian seru istrinya.

Dengan kecewa pria itu berkata, “Aku telah tertipu.”

Tapi saat istrinya membolak balik kotak korek api itu, dia melihat sederet kalimat dalam bahasa Perancis. Setelah bertanya pada seorang teman, ternyata kalimat itu berbunyi, “Jika Anda ingin saya bersinar pada malam hari, jemurlah saya di bawah terik matahari.” Karena itu si istri menempatkan kotak itu di jendela. Sorenya saat sang suami pulang, ia memadamkan lampu dan memperlihatkan pada suaminya bagaimana kotak itu sekarang bisa bercahaya.

Suaminya heran dan bertanya, “Apa yang kau lakukan?”

Istrinya menjawab, “Aku sudah tahu rahasianya. Kotak itu harus di jemur di bawah terang supaya dapat bercahaya.”

Sama halnya dengan orang percaya, jika kita ingin bersaksi di tengah gelapan dunia ini, kita harus berada di dalam terang Tuhan dulu. Berjemurlah dalam terang firman Tuhan, penuhilah hidup Anda dengan hadirat Tuhan, dan ijinkan Roh Kudus memakai hidup Anda untuk bercahaya dalam kegelapan.

Rasul Paulus menuliskan kepada orang percaya di Filipi seperti ini, “Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah. Filipi 2:15-16.

Anda tidak bisa bersinar dengan kekuatan Anda sendiri. Anda hanya bisa bersinar jika Anda berada dibawah terang Kristus Yesus.
READ MORE - Renungan Harian: Glow in the Dark

Kamis, 30 Juni 2011

Renungan Harian: Peran dalam Cerita Keluarga

II Korintus 5:18
“Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.”

Banyak orang menyukai cerita mengenai keluarga. Selain karena menyentuh hati, hal yang diceritakan sangat nyata dengan kehidupan manusia.

Pengarang Henri Nouwen, di dalam bukunya yang berjudul The Return of The Prodigal Son, mengatakan bahwa semua orang Kristen, pada titik tertentu dalam perjalanan iman mereka, diwakili oleh salah satu dari ketiga karakter utama dalam cerita tersebut. Kadang-kadang kita menjadi anak yang memberontak, yang membutuhkan pertolongan dan pengampunan. Pada kesempatan lain, kita adalah sang kakak yang ingin menyimpan kemarahan dan tidak mau mengampuni. Namun, apabila kita semakin dewasa, kita akan menjadi seperti sang bapak, yang rindu melihat semua anaknya diperdamaikan.

Dalam akhir bukunya, Nouwen menuliskan kata-kata berikut ini: “Pada saat saya memperhatikan tangan saya yang menua, saya kemudian menyadari bahwa kedua tangan itu diberikan untuk menjangkau mereka yang menderita, untuk menepuk bahu-bahu mereka yang datang, dan untuk menawarkan berkat dari kebesaran kasih Allah.”

Peran apakah yang Anda mainkan di dalam cerita keluarga Anda? Apakah Anda membutuhkan keberanian untuk bertobat dan memohon pengampunan? Atau apakah Anda membutuhkan belas kasihan untuk memberikan pengampunan?

Allah telah memberikan kepada anak-anak-Nya “pelayanan pendamaian”. Sekarang adalah waktu untuk memulainya.

Sikap yang benar terhadap keluarga dimulai dengan sikap yang benar terhadap Allah.
READ MORE - Renungan Harian: Peran dalam Cerita Keluarga

Renungan Harian: Makna Kepuasan dan Kebahagiaan

Bacaan: Mazmur 107 :1-7


Yang punya I-Phone merasa BlackBerry lebih efisien.
Yang punya BlackBerry merasa I-Phone lebih canggih dan keren.

Yang Punya Accord merasa Camry lebih Sportif.
Yang Punya Camry merasa Accord lebih Gagah.

Yang tinggal di Gunung merindukan Pantai.
Yang di Pantai merindukan Gunung.

Di musim Panas merindukan musim dingin.
Di musim Dingin merindukan musim Panas.

Yang berambut Hitam mengagumi yang Pirang.
Yang berambut Pirang mengagumi yang Hitam.

Selagi Bujangan ingin Berumah tangga.
Setelah Berumah tangga ingin Hidup Lajang.

Diam di Rumah merindukan Bepergian.
Setelah Bepergian merindukan Rumah.

Waktu Tenang mencari Keramaian.
Waktu Ramai mencari Ketenangan.

Punya anak 1 mendambakan banyak.
Punya banyak anak mendambakan 1.

Hidup selalu TERBUNGKUS oleh banyak lapisan. Kita hanya melihat lapisan luar dan tidak tahu isi dalamnya. 

Kita hanya melihat, Wah…. pengusaha itu hebat, rumahnya besar, mobilnya mewah, hidupnya bahagia sekali. Padahal mungkin dia lagi stress dan hidupnya penuh hutang, kerja keras hanya untuk bayar bunga pinjaman, semua asetnya sudah jadi milik bank.

Lihat tetangga yang anaknya sudah besar-besar semua, bapak ibunya sudah boleh santai dan tenang, mereka pasti bahagia, namun kenyataannya orang tua mereka mungkin tak pernah bisa tidur nyenyak, anak-anaknya tak berbakti, suka judi dan narkoba.

Kita selalu tertipu oleh keindahan di luar dan tidak tahu realita yg di dalam. Sesungguhnya semua keluarga punya masalah. Semua orang punya cerita duka. Begitulah hakekat hidup.
Jangan mengeluh karena masalah. Hayatilah makna di balik semua masalah, maka semua masalah akan membuat hidup menjadi bermakna! Apapun masalah itu kita harus selalu bersyukur apa yg telah kita dapati dan kita harus berani menjalani dan menghadapinya. Nikmati yang ada sebagai berkat terindah & selalulah bersyukur.

Itulah KEBAHAGIAAN SEJATI
READ MORE - Renungan Harian: Makna Kepuasan dan Kebahagiaan

Selasa, 28 Juni 2011

Renungan Harian: Hati Yang Berhikmat Lebih Bernilai Dari Kekayaan

Bacaan 1 Raja-Raja 10 : 1-13
Masa ini terjadi sekitar pada abad ke enam Sebelum Masehi. Pada masa ini belum ada suatu jaringan alat komunikasi dalam bentuk apapun. Setiap berita yang beredar itu hanya berlangsung dari mulut ke mulut saja. Berita tentang raja Salomo yang bijaksana yang melayani Allah yang berkuasa ini terdengar dan sampai juga kepada ratu negeri Syeba di daerah Arab Selatan yang jaraknya sangat jauh, yaitu sekitar 1.200 mil letaknya ke arah selatan Yerusalem.

Berita tentang raja Salomo yang begitu bijaksana dan tentang Allah yang disembah oleh Salomo itu menarik perhatian ratu Syeba. Tidak puas hanya mendengar berita tentang raja Salomo yang bijaksana itu maka ia berketetapan ingin datang berkunjung kepada raja Salomo untuk dapat melihat langsung dan menyaksikakannya sendiri semua berita yang telah ia dengar tersebut.

Waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan sejauh 1200 mil itu adalah sekitar 60 hari, kurang lebih selama 2 bulan. Perjalanan panjang yang harus ditempuh ini bukanlah menjadi penghalang bagi ratu Syeba karena hatinya sangat merindukan hikmat. Melalui kisah ratu Syeba ini kita dapat belajar mengenai betapa berharganya nilai dari hati yang memilki hikmat, nilainya melebihi kekayaan materi, bahkan emas dan permata.

Untuk memiliki hati yang berhikmat, Ratu Syeba menempuh tujuh langkah berikut, yaitu:

1. Rindu Mendengar Hikmat
Ia telah mendengar kabar tentang raja Salomo yang berhubungan dengan nama Tuhan, informasi yang telah ia dengar itu sangat menarik perhatiannya sehingga ia mau datang berkunjung ke istana raja Salomo dan hendak mengujinya dengan teka-teki, (ayat 1). Pada masa itu Ratu Syeba juga dikenal karena kecantikannya, kekayaan dan kebesarannya yang sangat legendaris. Tampaknya Ratu Syeba sudah memiliki segalanya, tetapi Ratu Syeba menyadari bahwa semua yang ia miliki itu belum berarti dan bernilai baginya. Ia belum merasa puas dengan apa yang telah ia peroleh dan yang telah dilakukannya sebagai seorang ratu, karena itu hatinya sangat merindukan hikmat.
Apa yang didengarnya tentang raja Salomo adalah suatu hal yang belum ia ketahui dan perbuat, itu sangat menarik perhatiannya untuk dapat ia miliki. “Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh Tuhan”, Amsal 20:12. “ Sekalipun ada emas dan permata banyak, tetapi yang paling berharga ialah bibir yang berpengetahuan”, Amsal 20:15.

2. Ia Datang dengan Rela Berkorban
Ratu Syeba datang ke Yerusalem dengan pasukan pengiring yang sangat besar, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, sangat banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal, (ayat 2). Perjalanan dari Arab Selatan menuju Yerusalem dengan membawa rombongan unta untuk melintasi padang pasir sejauh 1200 mil, harus ditepuhnya selama kurang lebih 2 bulan dan dengan biaya yang besar. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah bagi ratu Syeba untuk datang dan melihat sendiri segala kebijaksanaan raja Salomo yang telah didengarnya. Dengan keingintahuan yang sangat tinggi dan kehausannya untuk mencari hikmat ratu Syeba merelakan dirinya untuk menempuh sendiri perjalanan itu.
Persiapan yang matang dilakukan, untuk meninggalkan istananya sendiri dalam waktu yang cukup lama itu, ia harus mengatur segala sesuatu pelaksanaan tugas di istananya dengan baik. Ratu ini juga mempersiapkan perjalanannya dengan pasukan pengiring yang sangat besar, para pelayanan dan dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal serta kayu-kayu cendana yang berkualitas terbaik.
Bagi ratu Syeba, hikmat yang hendak ingin diperolehnya itu adalah sebuah kekayaan yang termahal, bagi dirinya tidak akan ada usaha dan pengorbanan yang sia-sia untuk pencarian dan untuk memperoleh hikmat. Ia rela menghabiskan apapun juga untuk memperoleh kekayaan hikmat yang tak ternilai harganya. Bersama pasukan pengiringnya ia menempuh perjalanan melintasi padang pasir sekitar 2 bulan lamanya. Sekalipun lama perjalanan itu, sekalipun melelahkan, ratu ini telah siap menempuhnya. Ia melakukan pencarian ini bukan untuk sebuah kesenangan yang fana, tetapi untuk suatu tujuan yaitu mencari hikmat yang sejati. “ Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas “, Amsal 16:16.

3. Belajar dari Orang yang Bijaksana
Sejumlah pertanyaan tentang kehidupan dan Tuhan telah disiapkan oleh ratu Syeba, supaya dapat ditanyakan langsung ketika ia berbincang-bincang dengan raja Salomo. Dan Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi raja tidak ada yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu, (ayat 3). Semua pertanyaannya yang sulit telah dijawab oleh raja Salomo dan tentu tidak ada hal yang sukar bagi raja Salomo. Semua jawaban-jawaban yang diberikan Salomo itu disimak, diperhatikan dan didengarkan oleh ratu Syeba dengan baik. Ratu ini mau belajar dari orang yang paling bijaksana pada masa itu. Belajar tentang hikmat Tuhan yang dimiliki Salomo itu tidak melelahkan ratu ini, sebab ratu sangat menginginkannya. Ratu berbahagia mendapatkan hikmat-hikmat yang belum ia ketahui dan miliki.

4. Melihat Melebihi Apa yang Didengar
Selain mendengarkan semua perkataan hikmat dari raja Salomo, ratu Syeba juga dapat melihat semua hal tetang kehidupan raja itu. Dengan melihatnya sendiri iapun memahami akan hikmat yang telah ia dengar itu. Melihat segala hikmat Salomo, dan istananya, makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayanannya melayani dan berpakaian, minumannnya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah Tuhan, maka tercenganglah ratu itu, (ayat 4,5). Ratu Syeba benar-benar terpesona memperhatikan semua itu dan ia sangat bergembira dapat menyaksikan semuanya, sungguh sebagai suatu kehormatan baginya dapat melihatnya sendiri.
Ratu Syeba mempercayai serta membenarkan semua hal tentang berita yang telah ia dengar tentang hikmat Salomo yang memimpin dengan keadilan dan kebenaran itu. Dan ia berkata kepada raja: “Benar juga kabar yang kudengar di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu, tetapi aku tidak percaya perkataan-perkataan itu sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri; sungguh setengahnyapun belum diberitahukan kepadaku; dalam hal hikmat dan kemakmuran, engkau melebihi kabar yang kudengar, (ayat 6,7).
Mata ratu Syeba terbuka, ia menyaksikan semua hikmat itu, tidak ada usaha yang sia-sia, baginya semua hal yang dilihatnya itu adalah sebuah harta yang sungguh mahal harganya, yang tidak ternilai. Diluar dugaan dan pikirannya tentang semua yang ia telah dengar tentang Salomo. Ternyata, yang ia lihat itu adalah jauh melebihi dari semua yang ia telah dengarkan. Bukan cuma sekedar cerita saja tetapi hikmat itu nyata, menjadi kenyataan yang dapat dilihat oleh ratu sendiri.

5. Berbahagia karena Memperoleh Hikmat
Betapa menyenangkan hati ratu Syeba dapat melihat sendiri hikmat Salomo itu. Bertemu dan berbincang-bincang dengan raja Salomo serta melihat semua yang ia dengar itu, walaupun hanya dalam beberapa waktu telah membuat ratu Syeba bergembira. Luapan kegembiraannnya itu diungkapkannya dengan perkataannnya kepada raja Salomo. “Berbahagialah para isterimu, berbahagialah para pegawaimu ini yang selalu melayani engkau dan meyaksikan hikmatmu!, (ayat 8).
Ratu Syeba dapat merasakan kebahagiaan itu bila hidup dalam hikmat Tuhan yang dimiliki Salomo. Suatu kebahagiaan yang belum pernah ia terima sebelumnya telah dirasakannya kini karena telah memperoleh hikmat, kebahagiaan itu melampaui kebahagiaannya dalam memperoleh harta, emas dan permata. Ratu Syeba terkenal dengan kekayaaannya, diatas kekayaan yang ia miliki itu ia menyatakan bahwa memperoleh hikmat itu lebih bernilai dari apapun maka itu ia mengatakan alangkah bahagianya orang yang memperoleh hikmat.
Berbahagialah orang yang mendapatkan hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga daripada permata, apapun yang kau inginkan, tidak dapat menyamainya”, Amsal 3: 13-15.

6. Memuji Tuhan
Apa yang dimiliki oleh raja Salomo itu bukanlah pengetahuan manusia, bukan pula kepintaran manusia, tetapi segala hal yang dipunyai oleh Salomo itu adalah berasal dari Tuhan. Allah telah memberikan hati yang penuh hikmat dan pengertian itu kepada Salomo. Salomo memulai masa pemerintahannya dengan iman dan kasihnya kepada Allah. Salomo telah berdoa memohon hikmat dan hati yang paham, dan Allah berkenan dengan permohonannya ini serta mengabulkannya. Bahkan apa yang tidak diminta Salomo pun Tuhan berikan yaitu kekayaan dan kemuliaan. Menyaksikan sendiri hikmat yang dimiliki Salomo itu maka ratu Syebapun memuji Tuhan.
Terpujilah Tuhan, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel!”, (ayat 9a).

7. Bersyukur Memperoleh Hikmat Tuhan
Raja Salomo telah memberikan semua hikmat yang dikehendaki dan yang diminta oleh ratu Syeba. Bagi ratu Syeba tidak ada seorang yang begitu bijaksana dan tidak ada Allah yang begitu terkenal seperti yang disembah oleh raja Salomo. Sebelum kembali pulang ratu Syeba memberikan begitu banyak hartanya yang telah dipersiapkannya kepada Salomo karena ia telah memperoleh kekayaan hikmat yang tidak ternilai itu. Kita mungkin sulit membayangkan kekayaan yang dimiliki oleh ratu Syeba, sebab wanita yang termasyhur ini dapat memberikan begitu banyak harta yang sungguh bernilai tinggi kepada raja Salomo, berupa emas, batu permata, rempah-rempah, dan kayu cendana dalam jumlah yang tidak pernah terdengar. Sebuah pemberian yang sangat besar dan Alkitab mencatat pada ayat 10-12 di atas, bahwa dengan pemberian ratu Syeba tersebut, raja Salomo mengerjakan kayu-kayu itu menjadi langkah untuk rumah Tuhan, istana raja dan juga untuk menjadi kecapi dan gambus. Itu berarti pemberian ratu Syeba kepada Salomo sangatlah besar jumlahnya.
Bagi ratu Syeba, semua pemberian itu, telah melebihi dari apa yang diperoleh, yaitu kini ia memiliki pengenalan yang sejati akan Allah dan hikmat yang menyertainya. Dan tidak ada harga yang dapat menyamai pengenalan akan Tuhan, karena “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian”, Amsal 9:10.
Melimpahnya harta-harta yang diberikannya kepada Salomo tidak bisa menandingi hikmat dan pengertian yang baru didapatkannya akan Allah. Ia bersyukur atas hikmat yang tak ternilai harganya. Ia kembali pulang ke negerinya melintasi padang pasir sejauh 1200 mil itu dengan membawa harta pusaka yang tak ternilai yaitu hati yang berhikmat, dan ia sudah dipenuhi oleh pengenalan akan Allah.

Menyenangkan bila kita melakukan perjalanan pencarian hikmat seperti yang ratu Syeba lakukan. Kita patut bersyukur dan memuji Tuhan sebab Ratu Syeba telah menunjukkan kepada kita betapa berharga dan mahalnya nilai hikmat itu. Hikmat itu lebih bernilai dari apapun juga. Untuk memperoleh hikmat kita harus memiliki kerinduan untuk mendengar hikmat, mencari hikmat dengan rela berkorban, mau belajar, melihat dan mengalami sendiri akan hikmat Tuhan, memperoleh kebahagiaan karena hikmat, dan memuji Tuhan serta bersyukur atas hikmat yang telah disediakan bagi kita. Ratu Syeba layak menerima penghargaan, dan Yesus sendiri memuji ratu dari selatan ini dengan semua langkah yang telah ditempuhnya untuk memperoleh hikmat itu. “Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan yang sesungguhnya yang ada disini lebih dari pada Salomo”, Matius 12:42.

*courtesy of PelitaHidup.com

Mendapatkan hikmat itu memang tidak gampang sebab hanya akan diperoleh oleh mereka yang dengan tekun mencarinya dan yang bersedia membayar harganya. Hubungan pribadi dengan Allah adalah langkah awal yang harus dilakukan dalam memperoleh hikmat sejati. Kita dapat menerima hikmat dengan menghampiri Allah dan memohonnya dengan iman. “Tetapi apabila diantara kamu ada yang kekurangan hikmat , hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya”, Yakobus 1:5.

Hidup pada zaman ini semuanya serba instan, kita hidup dalam masyarakat yang tergesa-gesa, bahkan manusia cenderung menginginkan segala sesuatu tanpa usaha. Menghadapi berbagai macam tantangan dan tekanan hidup yang begitu kompleks, kita sangat memerlukan hikmat Tuhan, supaya dapat menghadapi setiap persoalan itu dengan baik dan tidak menjauhkan kita dari kasih Tuhan dan berkatNya. Kita perlu cerdas secara intelektual dan cerdas secara spiritual.

*courtesy of PelitaHidup.com

“Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian”, Amsal 2: 6.
Apakah kita telah berusaha untuk mengambil waktu setiap hari untuk memperoleh hikmat, dengan membaca Firman Tuhan. Firman Tuhan yang dapat memberikan hikmat kepada kita. Apakah kita bersedia juga membayar harga untuk membaca buku/situs rohani, mengikuti pelatihan/seminar rohani yang dapat membantu membuat kita menjadi bijaksana dalam jalan Allah?
.
“Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, mengenal yang Mahakudus adalah pengertian”,
Amsal 9:10.

“Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu, kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau, supaya engkau terlepas dari jalan orang jahat , dari orang yang mengucapkan tipu muslihat,
Amsal 2 :10-12.

“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat”,
Wahyu 1:3.
READ MORE - Renungan Harian: Hati Yang Berhikmat Lebih Bernilai Dari Kekayaan

Senin, 27 Juni 2011

Renungan Harian: Kristen Make-Up

Amsal 31:30
“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.”
 

Seorang wanita agar terlihat cantik di depan orang banyak maka ia akan berdandan. Ia akan me-make-up wajahnya dengan alat-alat kecantikan yang ia telah beli dari toko kecantikan tertentu. Pada satu sisi tujuan dari wanita merias wajah adalah baik, tetapi di satu sisi yang lain ada hal kurang baiknya.

Bagi yang terbiasa berdandan, ia tidak akan percaya diri dengan wajahnya yang tanpa make-up sehingga begitu keluar dari rumah maka wajahnya akan penuh dengan warna. Tidak jarang, untuk menipu wajah mereka yang sedang ditumbuhi jerawat maka mereka akan menebalkan riasan wajah agar tidak terlalu kentara dilihat orang.

Orang-orang Kristen sekarang ini cukup banyak yang berlaku layaknya seperti wanita yang me-make-up wajahnya. Agar terlihat orang lain sebagai pengikut Kristus yang taat dan baik, ia memoles habis-habisan sisi penampilan luarnya. Berpakaian rapi dan sopan, wangi, selalu melemparkan senyum kepada orang lain, dan hal-hal baik lainnya.

Jika boleh jujur, Allah tidak terlalu mementingkan semua itu. Dari Alkitab perjanjian lama sampai perjanjian baru diketahui bahwa Allah hanya concern dengan apa yang ada di dalam diri manusia. Bahkan saat Tuhan Yesus datang ke dunia dan melihat hidup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sepertinya saleh ketika itu, Dia justru memberikan kecaman kepada mereka.

Berpenampilan menarik dan simpatik di depan orang yang kita temui sebenarnya tidak salah, tetapi alangkah lebih baik jika kita lebih memfokuskan diri kepada apa yang dalam diri kita. Implikasinya, ketika kita melakukan apapun di depan orang lain maka apa yang kita lakukan itu benar-benar jujur, apa adanya.

Saat kita tersenyum kepada orang lain maka senyum yang kita lemparkan kepada orang lain itu adalah senyum yang berasal dari dalam hati kita. Saat kita memberikan semangat kepada orang yang sedang dalam putus asa, kata-kata yang kita keluarkan adalah kata-kata yang benar tulus dari dalam diri kita.

Jika ada diantara Anda saat ini yang masih menjadi Kristen make-up, berhentilah sekarang juga! Jadilah pribadi yang jujur kepada Allah dan sesama manusia karena sesungguhnya inilah kerinduan hati-Nya kepada setiap kita, anak-anak yang dikasihi-Nya.
Dari segala yang Allah lihat pada manusia, Dia lebih tertarik dengan hatinya, bukan yang lain.
READ MORE - Renungan Harian: Kristen Make-Up

Sabtu, 25 Juni 2011

Renungan Harian: Ibadah yang Berkenan Kepada Tuhan

Yesaya 1:1-20
Nats: Yesaya 1: 13a
"Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku."
 
Ibadah kepada Tuhan menjadi tidak berkenan kepada-Nya, ketika ibadah bukanlah ekspresi dari penghormatan, kasih dan ketundukan kita kepada Tuhan.
 
Perkataan Tuhan tentang bangsa Israel amat mengejutkan, "Mereka memberontak terhadap Aku " (1:2), "Mereka meninggalkan Tuhan, menista Yang Mahakudus, Allah Israel" (1:4), padahal mereka mempersembahkan korban kepada Tuhan dalam jumlah yang banyak (1:11). Dengan kata lain, mereka secara rutin melakukan peribadatan kepada Tuhan, namun mereka adalah pemberontak kepada Tuhan. Tuhan bertanya, "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" (1:11), karena Tuhan tidak suka dan jemu terhadap ibadah mereka. Sikap Tuhan itu disebabkan karena bangsa Israel tidak beribadah dengan kesungguhan (1:13). Mereka melakukan perbuatan jahat dan hidup tidak adil terhadap orang lemah (1:16-17). Mereka tidak menuruti firman Tuhan (1:19-20). Akibatnya, Tuhan tidak mau mendengar doa mereka (1:15) dan ibadah mereka menjadi beban bagi Tuhan (1:14). Mereka mengabaikan hakekat dari ibadah itu sendiri karena ibadah mereka tidak menyentuh seluruh aspek kehidupan.

Ibadah kepada Tuhan mengungkapkan penghormatan, kasih, dan ketundukan kepada Tuhan karena ibadah yang sejati timbul dari hati dan dinyatakan dalam perbuatan. Hal-hal lahiriah dari ibadah tidak berarti jika bukan merupakan ekspresi batiniah. Bila ibadah adalah ekspresi batiniah, tak akan timbul pertentangan antara ibadah dan perbuatan sehari-hari. Yang terpenting dalam ibadah bukan korban, melainkan orang. Orang yang beribadah menentukan korban yang dipersembahkan, namun korban tidak menggambarkan orang yang beribadah.
READ MORE - Renungan Harian: Ibadah yang Berkenan Kepada Tuhan

Kamis, 23 Juni 2011

Renungan Harian: Lakukan Saja Hanya Untuk Tuhan

Matius 7:21-29
Nats:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (ayat 21)
Pujian
: KJ 221

Dalam satu hari, berapa kalikah kita berdoa? Dari sekian banyak doa yang kita lakukan, berapa banyakkah yang kita lakukan sungguh-sungguh untuk berkomunikasi dengan Tuhan?
Sepanjang kita menjalani satu hari, mulai dari bangun pagi hingga tidur lagi di malam hari, seberapakah semua kegiatan itu yang kita lakukan untuk Tuhan?

Berhitung tentang berkat Tuhan, tidak akan pernah berkesudahan. Tetapi berhitung tentang hal yang kita lakukan untuk Tuhan, mampukah kita menemukannya?

Seorang anak yang berlari terlalu jauh hingga kelelahan, berhenti saat melihat segelas air minum. Ia memandang air minum itu, dan begitu yakin bahwa rasa hausnya akan segera hilang ketika meminum air itu. Lama sekali ia memandangi segelas air itu, tanpa menyentuh gelasnya. Sebesar apapun keyakinannya bahwa air minum itu akan melegakan dahaganya, ternyata tidak membuatnya merasa segar dan hilang rasa hausnya. Karena ia hanya percaya. Tanpa berbuat sesuatu: memegang gelas itu, dan mulai meneguk airnya.

Demikian juga kehidupan iman kita bersama dengan Allah. Seberapa banyak kita menghafalkan isi firman Tuhan, apakah akan menjamin bahwa kita bisa memperoleh keselamatan sorgawi? Sesering apa pun kita berdoa dan beribadah di gereja, tidak akan membuat kita otomatis saja menjadi pewaris Kerajaan Allah. Karena ada tanggung jawab besar yang harus kita kerjakan, setelah kita beriman kepada Tuhan Yesus, yaitu melakukan kehendak Tuhan. Bukan sekedar mengerti ajaran Alkitab, tetapi yang terpenting adalah mengerjakan ajaran-ajaran itu di dalam keseharian hidup kita. Apa pun itu, mulai dari bangun pagi sampai tidur lagi di malam hari, untuk siapakah hidup ini kita jalani?
READ MORE - Renungan Harian: Lakukan Saja Hanya Untuk Tuhan