Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.- Amsal 14:1
Tina nyesel udah putus ama Doni. Padahal mereka udah pacaran sejak kuliah tingkat
tiga. Doni udah menunjukkan keseriusannya dalam hubungan mereka. Tapi entah
kenapa hari itu Tina mengambil keputusan untuk putus. Enggak ada air mata kesedihan
waktu dia mengucapkannya di depan Doni. Yang ada hanyalah kemarahan, kejengkelan,
kekecewaan terhadap sikap Doni yang akhir-akhir ini dirasakan Tina lebih sering
menghabiskan waktu ama temen-temennya dibandingkan ama dirinya. Tina ngerasa
udah dikecewakan, enggak dihargai, enggak disayangi lagi, dst.
Sebulan udah berlalu sejak kejadian itu, dan sekarang Tina nyesel. Doi nyesel
kenapa dulu mengucapkan kata putus. Nyesel karena sekarang Doni udah pindah
keluar kota dan sulit dihubungi kembali. Nyesel atas tindakannya yang dibakar
emosi dan tidak berpikir panjang dan jernih. Tapi sekarang udah terlambat.
Girls, apakah kamu pernah mengalami hal yang hampir sama seperti Tina? Saat
pacaran dan terjadi konflik, kita langsung buru-buru mengucapkan kata putus.
Dalam hati kecil kita berharap doi bakalan ngemis-ngemis meminta permohonan
maaf kita, trus baikan lagi (seperti di film-film romantis geto deh!) Kita enggak
menyadari bahwa sikap seperti itu tuh childish ‘n egois banget. Kita enggak
berusaha mencari jalan keluar atas masalah yang sedang muncul, tapi lebih memilih
untuk lari dari masalah itu. Kita beranggapan bahwa yang salah hanyalah dari
pihaknya dan kita enggak perlu introspeksi diri karena kita udah cukup baik
kepadanya. Kalo sebelum membangun rumah tangga aja kita udah gampang nyerah,
gimana nanti kalo udah menikah? Penulis Amsal yang bijaksana menuliskan,”Perempuan
yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya
sendiri.” Jangan sampai kita menjadi gadis bodoh yang meruntuhkan rumah
kita sendiri.
Sumber: http://www.renungan-spirit.com/mudaremaja/jangan_dirobohkan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar