David Livingstone ( 1813-1873 )
Menjelang subuh,
David Livingstone merasakan tubuhnya sudah tidak berdaya lagi. Dengan
bersusah payah ia bangkit dari tempat tidur dan berlutut di samping
ranjangnya untuk berdoa kepada Tuhan yang telah dengan setia menemaninya
selama 33 tahun di Afrika. Ketika pembantunya Susi dan Chumah masuk ke
gubuknya di pagi hari, mereka menemukan Livingstone dalam posisi berdoa
dan sudah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Dunia telah kehilangan
seorang misionaris, penjelajah dan pria yang mulia.
Walaupun Livingstone
lebih senang menyebut dirinya seorang misionaris tetapi banyak yang
menilai bahwa sumbangannya yang terbesar adalah usahanya untuk menghapus
perbudakan dari benua Afrika. Salah satu ucapannya yang terakhir adalah,
"Saya akan melupakan semua kelaparan, penderitaan dan pencobaan yang
telah saya alami, jika saya berhasil menghentikan perdagangan budak di
benua ini."
Kedatangan
Livingstone ke benua Afrika pada tahun 1841 adalah untuk mengabarkan
Injil, tetapi kekejaman sadis yang dilakukan oleh kaum Boer dalam
menjalankan perdagangan budak membuat Livingstone berikrar, "Setelah
melihat kesengsaraan yang diakibatkan oleh perbudakan, saya harus
melakukan segalanya yang mungkin untuk menumpas dan mengurangi tingkat
kejahatan ini!"
Penentangan para
misionaris terhadap perdagangan budak menjadikan mereka musuh utama para
pedagang budak. Seringkali para misionaris bukan saja diancam oleh kaum
Boer tetapi juga oleh suku-suku Afrika yang menganggap mereka
konco-konco para pedagang budak. Tetapi pertemuan dengan Livingstone
seringkali mengubah pandangan suku pribumi terhadap para misionaris.
Livingstone yang
juga adalah seorang dokter medis seringkali menempuh perjalanan yang
berbahaya untuk merawat orang yang membutuhkan. Pernah sekali, di tengah
malam seorang utusan datang membawa kabar bahwa seseorang telah diserang
badak di tengah hutan dan dalam keadaan kritis. Teman-teman Livingstone
menasehatinya untuk tidak berangkat ke hutan di tengah malam karena
kondisi medan yang berbahaya dan ancaman serangan hewan-hewan liar.
Tetapi bagi Livingstone hal ini memang telah menjadi tugasnya untuk
sedapat mungkin menolong orang yang membutuhkan bantuannya. Ia berangkat
dengan berjalan kaki melintasi hutan sejauh 10 km. Setibanya di tempat
ternyata korban serangan badak itu sudah meninggal dunia. Apakah
usahanya sia-sia? Sama sekali tidak karena melalui tindakannya,
orang-orang pribumi itu bisa melihat kasih dan pengorbanannya untuk
menolong mereka dan ini membedakan dia dari para pedagang budak.
Penemuan Livingstone
dan keberhasilannya sebagai seorang penjelajah dan ilmiawan dapat dibaca
di banyak buku sejarah tentang benua Afrika. Tetapi warisan peninggalan
Livingstone yang terbesar adalah teladan hidupnya. Berkali-kali
Livingstone ditipu, dikhianati dan difitnah oleh orang lain demi
kepentingan mereka sendiri. Tetapi hal-hal ini tidak membuat Livingstone
patah semangat dan meninggalkan pekerjaan yang sudah dimulainya.
Kesetiaan dan fokusnya kepada Tuhan dalam melaksanakan tugas yang sudah
dipercayakan kepadanya menjadi ciri dari karakternya.
Setelah menemukan
tuannya dalam keadaan tidak bernyawa, Susi dan Chumah memulai persiapan
untuk membawa jenazahnya kembali ke Inggris. Hal ini bukanlah suatu hal
yang sederhana karena mereka harus melintasi hutan ribuan kilometer
jauhnya dengan berjalan kaki dan naik perahu.
Jantung dan
organ-organ tubuh lainnya dikeluarkan dan dimakamkan di bawah sebuah
pohon yang besar. Jenazahnya kemudian dibalsem dan dikeringkan di bawah
matahari. Selama 14 hari dalam proses pengeringan, mereka bergilir
menjaga jenazah itu 24 jam sehari untuk memastikan tidak ada hewan yang
mendekat. Perjalanan memulangkan jenazah Livingstone dari hutan di
Afrika ke Inggris memakan waktu 9 bulan lamanya. Hal ini sendiri
merupakan suatu mukjizat, suatu keajaiban yang terjadi hanya karena
kasih. Ini membuat kita bertanya-tanya, kira-kira seperti apakah
kesaksian hidup Livingstone itu sehingga membuat pembantu-pembantu
tersebut begitu mengabdi kepadanya dan mengasihi dia? Lewat tindakan
mereka, Chumah dan Susi memperlihatkan kasih dan hormat mereka kepada
Livingstone.
Setelah kematian
Livingstone, Susi akhirnya memberi diri untuk dibaptis dan mengambil
nama baru, David, untuk memperingati orang yang pertama kali mengajarkan
makna menjadi seorang Kristen kepadanya.
Bertahun-tahun
setelah kematiannya, upaya Livingstone mulai membuahkan hasil. Afrika
tidak lagi menjadi benua yang tertutup, perdagangan budak dikutuk dan
lebih dari 500 misionaris mulai bekerja di Afrika. Banyak yang mengaku
tertarik dan memberi diri untuk melayani di Afrika karena terinspirasi
oleh tulisan dan teladan hidup Livingstone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar