Bacaan: II Tesalonika 3:10b
jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
Kita tak bisa menyangkal bahwa perekonomian negara kita sedang sakit. Stagflasi
menjadi ancaman tersendiri. Di tengah inflasi yang naik pesat pertumbuhan ekonomi
justru menurun, lowongan pekerjaan makin sempit, sementara jumlah orang yang
di PHK atau yang sekarang menganggur lebih banyak. Keadaan yang sungguh memprihatinkan.
Namun sayangnya, tidak semua pengangguran itu disebabkan karena situasi ekonomi
yang sulit, ada banyak orang menganggur karena memang pada dasarnya ia malas.
Lalu untuk menutupi kemalasannya itu, ia berdalih bahwa situasi yang sulit seperti
inilah yang menyebabkan ia jadi pengangguran.
Firman Allah dengan tegas berkata bahwa siapa yang tidak mau bekerja, janganlah
ia makan. Tuhan benci kemalasan. Mengapa? Karena Ia adalah Allah yang juga bekerja.
Jangan pernah bayangkan kalau Tuhan hanya duduk-duduk saja di singgasana surga
dan bermalas-malasan di sofaNya. Saya lebih suka membayangkan Tuhan sedang sibuk
bekerja. Mengatur tata surya, menumbuhkan pepohonan, menjaga kelangsungan alam,
menjawab setiap dering doa yang terdengar di surga dan melakukan banyak pekerjaan
lainnya.
Saya tertarik dengan cara pemerintahan Belanda kuno memberantas kemalasan.
Orang yang tidak mau bekerja tersebut akan dimasukkan ke dalam suatu sumur kering,
lalu sedikit demi sedikit mulai dialirkan air untuk menggenangi sumur itu. Kalau
hal ini dibiarkan terus, maka si pemalas itu pasti akan mati tenggelam. Itu
sebabnya di sumur itu juga disediakan sebuah pompa untuk memompa air yang masuk
ke dalam sumur tersebut agar air yang sudah masuk itu keluar lagi. Jadi kalau
si terhukum yang malas itu ingin selamat, tidak ada pilihan lain kecuali bekerja
keras memompa air yang masuk ke dalam sumur itu supaya keluar lagi. Dengan hukuman
seperti ini, biasanya si terhukum akan membiasakan diri untuk bekerja keras.
Kalau saja kita mau berusaha lebih keras, tidak akan pernah ada kamusnya kita
menganggur. Tuhan sebenarnya selalu menunjukkan banyak hal yang bisa kita garap,
hanya sayang kita terlalu malas untuk melakukannya. Jika kita malas, bagaimana
mungkin Tuhan memberkati kita? Jika Ia memberkati kemalasan kita, bisa-bisa
kita akan jadi orang yang lebih malas lagi, bukan? Kita bukan ditentukan menjadi
pemalas, kita adalah orang yang bekerja, karena Bapa kita juga bekerja.
Jika saat ini kita masih menganggur, koreksi diri jangan-jangan itu karena
kemalasan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar