Ini salah satu cerita favorite saya. Seorang pria membeli sebuah beo yang pernah
menjadi juara dengan harga yang sangat mahal. Agar beo ini berbicara lebih banyak
lagi, maka pria ini sengaja membelikan sebuah sangkar yang benar-benar elegan
dan besar. Herannya, di sangkar yang sedemikian bagus, beo itu tidak mengeluarkan
suara sedikitpun juga. Pria ini mulai kuatir lalu mencoba konsultasi dengan penjual
burung beo itu. Sang penjual segera menyarankan agar pria ini membeli cermin,
sebab dengan adanya cermin maka beo ini akan merasa nyaman. Tetapi usaha ini tak
membuahkan hasil. Kembali si penjual beo itu menyarankan agar pria ini membeli
tangga dan ayunan supaya beo itu senang. Namun tetap saja usaha ini sia-sia, dan
beo itu benar-benar melakukan aksi bungkam mulut. Beberapa hari kemudian beo itu
tergolek lemah dan tiba-tiba mengeluarkan suara yang selama ini ditunggu-tunggu.
Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, beo itu berkata, “Apakah benar
tidak ada makanan selain cermin, tangga dan ayunan mahal ini?”
Tahukah Anda maksud cerita itu? Beo itu diperlengkapi dengan fasilitas yang
bagus dan mahal, tetapi sayang pria ini lupa memberi makan kepadanya. Tak heran
kalau beo ini tidak mau bersuara dan akhirnya mati. Hal yang penting dan mendasar
justru dilupakan, sebaliknya pria ini berkonsentrasi kepada hal-hal yang sebenarnya
tidak perlu.
Mengabaikan hal yang penting karena disibukkan hal-hal yang kurang perlu. Pemandangan
ini akan semakin jelas menjelang hari Natal atau hari Paskah, atau acara perayaan
penting di gereja. Mempersiapkan diri begitu rupa menyongsong “hari suci”
sampai tak menyadari bahwa ia sudah kehilangan makna yang sebenarnya. Sibuk
rapat, mencari dana begitu rupa, latihan paduan suara, menyiapkan operet dan
drama atau melakukan apapun yang dianggap penting pada momen ini. Namun pada
gilirannya, ia melupakan makna yang sebenarnya dari momentum yang sedang ia
rayakan. Setelah semuanya berlalu, maka tak tersisa sedikitpun makna yang bisa
direnungkan. Kecuali hanya menyisakan keletihan, kejengkelan dan kecapekan yang
luar biasa. Kiranya renungan ini selalu mengingatkan agar di saat kita menyibukkan
diri pada sebuah momentum yang sedang kita rayakan, kita tidak kehilangan makna
yang sebenarnya dari momentum itu.
Sebuah momen tidak akan pernah berarti jika sudah kehilangan maknanya.
Sumber: http://www.renungan-spirit.com/renungan-kristen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar