AJARAN KRISTEN SEBAGAI PENUNTUN HIDUP

ajaran kristen tentang banyak hal

Yesus berkata: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Kamis, 30 Juni 2011

Renungan Harian: Peran dalam Cerita Keluarga

II Korintus 5:18
“Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.”

Banyak orang menyukai cerita mengenai keluarga. Selain karena menyentuh hati, hal yang diceritakan sangat nyata dengan kehidupan manusia.

Pengarang Henri Nouwen, di dalam bukunya yang berjudul The Return of The Prodigal Son, mengatakan bahwa semua orang Kristen, pada titik tertentu dalam perjalanan iman mereka, diwakili oleh salah satu dari ketiga karakter utama dalam cerita tersebut. Kadang-kadang kita menjadi anak yang memberontak, yang membutuhkan pertolongan dan pengampunan. Pada kesempatan lain, kita adalah sang kakak yang ingin menyimpan kemarahan dan tidak mau mengampuni. Namun, apabila kita semakin dewasa, kita akan menjadi seperti sang bapak, yang rindu melihat semua anaknya diperdamaikan.

Dalam akhir bukunya, Nouwen menuliskan kata-kata berikut ini: “Pada saat saya memperhatikan tangan saya yang menua, saya kemudian menyadari bahwa kedua tangan itu diberikan untuk menjangkau mereka yang menderita, untuk menepuk bahu-bahu mereka yang datang, dan untuk menawarkan berkat dari kebesaran kasih Allah.”

Peran apakah yang Anda mainkan di dalam cerita keluarga Anda? Apakah Anda membutuhkan keberanian untuk bertobat dan memohon pengampunan? Atau apakah Anda membutuhkan belas kasihan untuk memberikan pengampunan?

Allah telah memberikan kepada anak-anak-Nya “pelayanan pendamaian”. Sekarang adalah waktu untuk memulainya.

Sikap yang benar terhadap keluarga dimulai dengan sikap yang benar terhadap Allah.
READ MORE - Renungan Harian: Peran dalam Cerita Keluarga

Renungan Harian: Makna Kepuasan dan Kebahagiaan

Bacaan: Mazmur 107 :1-7


Yang punya I-Phone merasa BlackBerry lebih efisien.
Yang punya BlackBerry merasa I-Phone lebih canggih dan keren.

Yang Punya Accord merasa Camry lebih Sportif.
Yang Punya Camry merasa Accord lebih Gagah.

Yang tinggal di Gunung merindukan Pantai.
Yang di Pantai merindukan Gunung.

Di musim Panas merindukan musim dingin.
Di musim Dingin merindukan musim Panas.

Yang berambut Hitam mengagumi yang Pirang.
Yang berambut Pirang mengagumi yang Hitam.

Selagi Bujangan ingin Berumah tangga.
Setelah Berumah tangga ingin Hidup Lajang.

Diam di Rumah merindukan Bepergian.
Setelah Bepergian merindukan Rumah.

Waktu Tenang mencari Keramaian.
Waktu Ramai mencari Ketenangan.

Punya anak 1 mendambakan banyak.
Punya banyak anak mendambakan 1.

Hidup selalu TERBUNGKUS oleh banyak lapisan. Kita hanya melihat lapisan luar dan tidak tahu isi dalamnya. 

Kita hanya melihat, Wah…. pengusaha itu hebat, rumahnya besar, mobilnya mewah, hidupnya bahagia sekali. Padahal mungkin dia lagi stress dan hidupnya penuh hutang, kerja keras hanya untuk bayar bunga pinjaman, semua asetnya sudah jadi milik bank.

Lihat tetangga yang anaknya sudah besar-besar semua, bapak ibunya sudah boleh santai dan tenang, mereka pasti bahagia, namun kenyataannya orang tua mereka mungkin tak pernah bisa tidur nyenyak, anak-anaknya tak berbakti, suka judi dan narkoba.

Kita selalu tertipu oleh keindahan di luar dan tidak tahu realita yg di dalam. Sesungguhnya semua keluarga punya masalah. Semua orang punya cerita duka. Begitulah hakekat hidup.
Jangan mengeluh karena masalah. Hayatilah makna di balik semua masalah, maka semua masalah akan membuat hidup menjadi bermakna! Apapun masalah itu kita harus selalu bersyukur apa yg telah kita dapati dan kita harus berani menjalani dan menghadapinya. Nikmati yang ada sebagai berkat terindah & selalulah bersyukur.

Itulah KEBAHAGIAAN SEJATI
READ MORE - Renungan Harian: Makna Kepuasan dan Kebahagiaan

Selasa, 28 Juni 2011

Renungan Harian: Hati Yang Berhikmat Lebih Bernilai Dari Kekayaan

Bacaan 1 Raja-Raja 10 : 1-13
Masa ini terjadi sekitar pada abad ke enam Sebelum Masehi. Pada masa ini belum ada suatu jaringan alat komunikasi dalam bentuk apapun. Setiap berita yang beredar itu hanya berlangsung dari mulut ke mulut saja. Berita tentang raja Salomo yang bijaksana yang melayani Allah yang berkuasa ini terdengar dan sampai juga kepada ratu negeri Syeba di daerah Arab Selatan yang jaraknya sangat jauh, yaitu sekitar 1.200 mil letaknya ke arah selatan Yerusalem.

Berita tentang raja Salomo yang begitu bijaksana dan tentang Allah yang disembah oleh Salomo itu menarik perhatian ratu Syeba. Tidak puas hanya mendengar berita tentang raja Salomo yang bijaksana itu maka ia berketetapan ingin datang berkunjung kepada raja Salomo untuk dapat melihat langsung dan menyaksikakannya sendiri semua berita yang telah ia dengar tersebut.

Waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan sejauh 1200 mil itu adalah sekitar 60 hari, kurang lebih selama 2 bulan. Perjalanan panjang yang harus ditempuh ini bukanlah menjadi penghalang bagi ratu Syeba karena hatinya sangat merindukan hikmat. Melalui kisah ratu Syeba ini kita dapat belajar mengenai betapa berharganya nilai dari hati yang memilki hikmat, nilainya melebihi kekayaan materi, bahkan emas dan permata.

Untuk memiliki hati yang berhikmat, Ratu Syeba menempuh tujuh langkah berikut, yaitu:

1. Rindu Mendengar Hikmat
Ia telah mendengar kabar tentang raja Salomo yang berhubungan dengan nama Tuhan, informasi yang telah ia dengar itu sangat menarik perhatiannya sehingga ia mau datang berkunjung ke istana raja Salomo dan hendak mengujinya dengan teka-teki, (ayat 1). Pada masa itu Ratu Syeba juga dikenal karena kecantikannya, kekayaan dan kebesarannya yang sangat legendaris. Tampaknya Ratu Syeba sudah memiliki segalanya, tetapi Ratu Syeba menyadari bahwa semua yang ia miliki itu belum berarti dan bernilai baginya. Ia belum merasa puas dengan apa yang telah ia peroleh dan yang telah dilakukannya sebagai seorang ratu, karena itu hatinya sangat merindukan hikmat.
Apa yang didengarnya tentang raja Salomo adalah suatu hal yang belum ia ketahui dan perbuat, itu sangat menarik perhatiannya untuk dapat ia miliki. “Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh Tuhan”, Amsal 20:12. “ Sekalipun ada emas dan permata banyak, tetapi yang paling berharga ialah bibir yang berpengetahuan”, Amsal 20:15.

2. Ia Datang dengan Rela Berkorban
Ratu Syeba datang ke Yerusalem dengan pasukan pengiring yang sangat besar, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, sangat banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal, (ayat 2). Perjalanan dari Arab Selatan menuju Yerusalem dengan membawa rombongan unta untuk melintasi padang pasir sejauh 1200 mil, harus ditepuhnya selama kurang lebih 2 bulan dan dengan biaya yang besar. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah bagi ratu Syeba untuk datang dan melihat sendiri segala kebijaksanaan raja Salomo yang telah didengarnya. Dengan keingintahuan yang sangat tinggi dan kehausannya untuk mencari hikmat ratu Syeba merelakan dirinya untuk menempuh sendiri perjalanan itu.
Persiapan yang matang dilakukan, untuk meninggalkan istananya sendiri dalam waktu yang cukup lama itu, ia harus mengatur segala sesuatu pelaksanaan tugas di istananya dengan baik. Ratu ini juga mempersiapkan perjalanannya dengan pasukan pengiring yang sangat besar, para pelayanan dan dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal serta kayu-kayu cendana yang berkualitas terbaik.
Bagi ratu Syeba, hikmat yang hendak ingin diperolehnya itu adalah sebuah kekayaan yang termahal, bagi dirinya tidak akan ada usaha dan pengorbanan yang sia-sia untuk pencarian dan untuk memperoleh hikmat. Ia rela menghabiskan apapun juga untuk memperoleh kekayaan hikmat yang tak ternilai harganya. Bersama pasukan pengiringnya ia menempuh perjalanan melintasi padang pasir sekitar 2 bulan lamanya. Sekalipun lama perjalanan itu, sekalipun melelahkan, ratu ini telah siap menempuhnya. Ia melakukan pencarian ini bukan untuk sebuah kesenangan yang fana, tetapi untuk suatu tujuan yaitu mencari hikmat yang sejati. “ Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas “, Amsal 16:16.

3. Belajar dari Orang yang Bijaksana
Sejumlah pertanyaan tentang kehidupan dan Tuhan telah disiapkan oleh ratu Syeba, supaya dapat ditanyakan langsung ketika ia berbincang-bincang dengan raja Salomo. Dan Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi raja tidak ada yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu, (ayat 3). Semua pertanyaannya yang sulit telah dijawab oleh raja Salomo dan tentu tidak ada hal yang sukar bagi raja Salomo. Semua jawaban-jawaban yang diberikan Salomo itu disimak, diperhatikan dan didengarkan oleh ratu Syeba dengan baik. Ratu ini mau belajar dari orang yang paling bijaksana pada masa itu. Belajar tentang hikmat Tuhan yang dimiliki Salomo itu tidak melelahkan ratu ini, sebab ratu sangat menginginkannya. Ratu berbahagia mendapatkan hikmat-hikmat yang belum ia ketahui dan miliki.

4. Melihat Melebihi Apa yang Didengar
Selain mendengarkan semua perkataan hikmat dari raja Salomo, ratu Syeba juga dapat melihat semua hal tetang kehidupan raja itu. Dengan melihatnya sendiri iapun memahami akan hikmat yang telah ia dengar itu. Melihat segala hikmat Salomo, dan istananya, makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayanannya melayani dan berpakaian, minumannnya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah Tuhan, maka tercenganglah ratu itu, (ayat 4,5). Ratu Syeba benar-benar terpesona memperhatikan semua itu dan ia sangat bergembira dapat menyaksikan semuanya, sungguh sebagai suatu kehormatan baginya dapat melihatnya sendiri.
Ratu Syeba mempercayai serta membenarkan semua hal tentang berita yang telah ia dengar tentang hikmat Salomo yang memimpin dengan keadilan dan kebenaran itu. Dan ia berkata kepada raja: “Benar juga kabar yang kudengar di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu, tetapi aku tidak percaya perkataan-perkataan itu sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri; sungguh setengahnyapun belum diberitahukan kepadaku; dalam hal hikmat dan kemakmuran, engkau melebihi kabar yang kudengar, (ayat 6,7).
Mata ratu Syeba terbuka, ia menyaksikan semua hikmat itu, tidak ada usaha yang sia-sia, baginya semua hal yang dilihatnya itu adalah sebuah harta yang sungguh mahal harganya, yang tidak ternilai. Diluar dugaan dan pikirannya tentang semua yang ia telah dengar tentang Salomo. Ternyata, yang ia lihat itu adalah jauh melebihi dari semua yang ia telah dengarkan. Bukan cuma sekedar cerita saja tetapi hikmat itu nyata, menjadi kenyataan yang dapat dilihat oleh ratu sendiri.

5. Berbahagia karena Memperoleh Hikmat
Betapa menyenangkan hati ratu Syeba dapat melihat sendiri hikmat Salomo itu. Bertemu dan berbincang-bincang dengan raja Salomo serta melihat semua yang ia dengar itu, walaupun hanya dalam beberapa waktu telah membuat ratu Syeba bergembira. Luapan kegembiraannnya itu diungkapkannya dengan perkataannnya kepada raja Salomo. “Berbahagialah para isterimu, berbahagialah para pegawaimu ini yang selalu melayani engkau dan meyaksikan hikmatmu!, (ayat 8).
Ratu Syeba dapat merasakan kebahagiaan itu bila hidup dalam hikmat Tuhan yang dimiliki Salomo. Suatu kebahagiaan yang belum pernah ia terima sebelumnya telah dirasakannya kini karena telah memperoleh hikmat, kebahagiaan itu melampaui kebahagiaannya dalam memperoleh harta, emas dan permata. Ratu Syeba terkenal dengan kekayaaannya, diatas kekayaan yang ia miliki itu ia menyatakan bahwa memperoleh hikmat itu lebih bernilai dari apapun maka itu ia mengatakan alangkah bahagianya orang yang memperoleh hikmat.
Berbahagialah orang yang mendapatkan hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga daripada permata, apapun yang kau inginkan, tidak dapat menyamainya”, Amsal 3: 13-15.

6. Memuji Tuhan
Apa yang dimiliki oleh raja Salomo itu bukanlah pengetahuan manusia, bukan pula kepintaran manusia, tetapi segala hal yang dipunyai oleh Salomo itu adalah berasal dari Tuhan. Allah telah memberikan hati yang penuh hikmat dan pengertian itu kepada Salomo. Salomo memulai masa pemerintahannya dengan iman dan kasihnya kepada Allah. Salomo telah berdoa memohon hikmat dan hati yang paham, dan Allah berkenan dengan permohonannya ini serta mengabulkannya. Bahkan apa yang tidak diminta Salomo pun Tuhan berikan yaitu kekayaan dan kemuliaan. Menyaksikan sendiri hikmat yang dimiliki Salomo itu maka ratu Syebapun memuji Tuhan.
Terpujilah Tuhan, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel!”, (ayat 9a).

7. Bersyukur Memperoleh Hikmat Tuhan
Raja Salomo telah memberikan semua hikmat yang dikehendaki dan yang diminta oleh ratu Syeba. Bagi ratu Syeba tidak ada seorang yang begitu bijaksana dan tidak ada Allah yang begitu terkenal seperti yang disembah oleh raja Salomo. Sebelum kembali pulang ratu Syeba memberikan begitu banyak hartanya yang telah dipersiapkannya kepada Salomo karena ia telah memperoleh kekayaan hikmat yang tidak ternilai itu. Kita mungkin sulit membayangkan kekayaan yang dimiliki oleh ratu Syeba, sebab wanita yang termasyhur ini dapat memberikan begitu banyak harta yang sungguh bernilai tinggi kepada raja Salomo, berupa emas, batu permata, rempah-rempah, dan kayu cendana dalam jumlah yang tidak pernah terdengar. Sebuah pemberian yang sangat besar dan Alkitab mencatat pada ayat 10-12 di atas, bahwa dengan pemberian ratu Syeba tersebut, raja Salomo mengerjakan kayu-kayu itu menjadi langkah untuk rumah Tuhan, istana raja dan juga untuk menjadi kecapi dan gambus. Itu berarti pemberian ratu Syeba kepada Salomo sangatlah besar jumlahnya.
Bagi ratu Syeba, semua pemberian itu, telah melebihi dari apa yang diperoleh, yaitu kini ia memiliki pengenalan yang sejati akan Allah dan hikmat yang menyertainya. Dan tidak ada harga yang dapat menyamai pengenalan akan Tuhan, karena “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian”, Amsal 9:10.
Melimpahnya harta-harta yang diberikannya kepada Salomo tidak bisa menandingi hikmat dan pengertian yang baru didapatkannya akan Allah. Ia bersyukur atas hikmat yang tak ternilai harganya. Ia kembali pulang ke negerinya melintasi padang pasir sejauh 1200 mil itu dengan membawa harta pusaka yang tak ternilai yaitu hati yang berhikmat, dan ia sudah dipenuhi oleh pengenalan akan Allah.

Menyenangkan bila kita melakukan perjalanan pencarian hikmat seperti yang ratu Syeba lakukan. Kita patut bersyukur dan memuji Tuhan sebab Ratu Syeba telah menunjukkan kepada kita betapa berharga dan mahalnya nilai hikmat itu. Hikmat itu lebih bernilai dari apapun juga. Untuk memperoleh hikmat kita harus memiliki kerinduan untuk mendengar hikmat, mencari hikmat dengan rela berkorban, mau belajar, melihat dan mengalami sendiri akan hikmat Tuhan, memperoleh kebahagiaan karena hikmat, dan memuji Tuhan serta bersyukur atas hikmat yang telah disediakan bagi kita. Ratu Syeba layak menerima penghargaan, dan Yesus sendiri memuji ratu dari selatan ini dengan semua langkah yang telah ditempuhnya untuk memperoleh hikmat itu. “Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan yang sesungguhnya yang ada disini lebih dari pada Salomo”, Matius 12:42.

*courtesy of PelitaHidup.com

Mendapatkan hikmat itu memang tidak gampang sebab hanya akan diperoleh oleh mereka yang dengan tekun mencarinya dan yang bersedia membayar harganya. Hubungan pribadi dengan Allah adalah langkah awal yang harus dilakukan dalam memperoleh hikmat sejati. Kita dapat menerima hikmat dengan menghampiri Allah dan memohonnya dengan iman. “Tetapi apabila diantara kamu ada yang kekurangan hikmat , hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya”, Yakobus 1:5.

Hidup pada zaman ini semuanya serba instan, kita hidup dalam masyarakat yang tergesa-gesa, bahkan manusia cenderung menginginkan segala sesuatu tanpa usaha. Menghadapi berbagai macam tantangan dan tekanan hidup yang begitu kompleks, kita sangat memerlukan hikmat Tuhan, supaya dapat menghadapi setiap persoalan itu dengan baik dan tidak menjauhkan kita dari kasih Tuhan dan berkatNya. Kita perlu cerdas secara intelektual dan cerdas secara spiritual.

*courtesy of PelitaHidup.com

“Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian”, Amsal 2: 6.
Apakah kita telah berusaha untuk mengambil waktu setiap hari untuk memperoleh hikmat, dengan membaca Firman Tuhan. Firman Tuhan yang dapat memberikan hikmat kepada kita. Apakah kita bersedia juga membayar harga untuk membaca buku/situs rohani, mengikuti pelatihan/seminar rohani yang dapat membantu membuat kita menjadi bijaksana dalam jalan Allah?
.
“Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, mengenal yang Mahakudus adalah pengertian”,
Amsal 9:10.

“Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu, kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau, supaya engkau terlepas dari jalan orang jahat , dari orang yang mengucapkan tipu muslihat,
Amsal 2 :10-12.

“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat”,
Wahyu 1:3.
READ MORE - Renungan Harian: Hati Yang Berhikmat Lebih Bernilai Dari Kekayaan

Senin, 27 Juni 2011

Renungan Harian: Kristen Make-Up

Amsal 31:30
“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.”
 

Seorang wanita agar terlihat cantik di depan orang banyak maka ia akan berdandan. Ia akan me-make-up wajahnya dengan alat-alat kecantikan yang ia telah beli dari toko kecantikan tertentu. Pada satu sisi tujuan dari wanita merias wajah adalah baik, tetapi di satu sisi yang lain ada hal kurang baiknya.

Bagi yang terbiasa berdandan, ia tidak akan percaya diri dengan wajahnya yang tanpa make-up sehingga begitu keluar dari rumah maka wajahnya akan penuh dengan warna. Tidak jarang, untuk menipu wajah mereka yang sedang ditumbuhi jerawat maka mereka akan menebalkan riasan wajah agar tidak terlalu kentara dilihat orang.

Orang-orang Kristen sekarang ini cukup banyak yang berlaku layaknya seperti wanita yang me-make-up wajahnya. Agar terlihat orang lain sebagai pengikut Kristus yang taat dan baik, ia memoles habis-habisan sisi penampilan luarnya. Berpakaian rapi dan sopan, wangi, selalu melemparkan senyum kepada orang lain, dan hal-hal baik lainnya.

Jika boleh jujur, Allah tidak terlalu mementingkan semua itu. Dari Alkitab perjanjian lama sampai perjanjian baru diketahui bahwa Allah hanya concern dengan apa yang ada di dalam diri manusia. Bahkan saat Tuhan Yesus datang ke dunia dan melihat hidup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sepertinya saleh ketika itu, Dia justru memberikan kecaman kepada mereka.

Berpenampilan menarik dan simpatik di depan orang yang kita temui sebenarnya tidak salah, tetapi alangkah lebih baik jika kita lebih memfokuskan diri kepada apa yang dalam diri kita. Implikasinya, ketika kita melakukan apapun di depan orang lain maka apa yang kita lakukan itu benar-benar jujur, apa adanya.

Saat kita tersenyum kepada orang lain maka senyum yang kita lemparkan kepada orang lain itu adalah senyum yang berasal dari dalam hati kita. Saat kita memberikan semangat kepada orang yang sedang dalam putus asa, kata-kata yang kita keluarkan adalah kata-kata yang benar tulus dari dalam diri kita.

Jika ada diantara Anda saat ini yang masih menjadi Kristen make-up, berhentilah sekarang juga! Jadilah pribadi yang jujur kepada Allah dan sesama manusia karena sesungguhnya inilah kerinduan hati-Nya kepada setiap kita, anak-anak yang dikasihi-Nya.
Dari segala yang Allah lihat pada manusia, Dia lebih tertarik dengan hatinya, bukan yang lain.
READ MORE - Renungan Harian: Kristen Make-Up

Sabtu, 25 Juni 2011

Renungan Harian: Ibadah yang Berkenan Kepada Tuhan

Yesaya 1:1-20
Nats: Yesaya 1: 13a
"Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku."
 
Ibadah kepada Tuhan menjadi tidak berkenan kepada-Nya, ketika ibadah bukanlah ekspresi dari penghormatan, kasih dan ketundukan kita kepada Tuhan.
 
Perkataan Tuhan tentang bangsa Israel amat mengejutkan, "Mereka memberontak terhadap Aku " (1:2), "Mereka meninggalkan Tuhan, menista Yang Mahakudus, Allah Israel" (1:4), padahal mereka mempersembahkan korban kepada Tuhan dalam jumlah yang banyak (1:11). Dengan kata lain, mereka secara rutin melakukan peribadatan kepada Tuhan, namun mereka adalah pemberontak kepada Tuhan. Tuhan bertanya, "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" (1:11), karena Tuhan tidak suka dan jemu terhadap ibadah mereka. Sikap Tuhan itu disebabkan karena bangsa Israel tidak beribadah dengan kesungguhan (1:13). Mereka melakukan perbuatan jahat dan hidup tidak adil terhadap orang lemah (1:16-17). Mereka tidak menuruti firman Tuhan (1:19-20). Akibatnya, Tuhan tidak mau mendengar doa mereka (1:15) dan ibadah mereka menjadi beban bagi Tuhan (1:14). Mereka mengabaikan hakekat dari ibadah itu sendiri karena ibadah mereka tidak menyentuh seluruh aspek kehidupan.

Ibadah kepada Tuhan mengungkapkan penghormatan, kasih, dan ketundukan kepada Tuhan karena ibadah yang sejati timbul dari hati dan dinyatakan dalam perbuatan. Hal-hal lahiriah dari ibadah tidak berarti jika bukan merupakan ekspresi batiniah. Bila ibadah adalah ekspresi batiniah, tak akan timbul pertentangan antara ibadah dan perbuatan sehari-hari. Yang terpenting dalam ibadah bukan korban, melainkan orang. Orang yang beribadah menentukan korban yang dipersembahkan, namun korban tidak menggambarkan orang yang beribadah.
READ MORE - Renungan Harian: Ibadah yang Berkenan Kepada Tuhan

Kamis, 23 Juni 2011

Renungan Harian: Lakukan Saja Hanya Untuk Tuhan

Matius 7:21-29
Nats:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (ayat 21)
Pujian
: KJ 221

Dalam satu hari, berapa kalikah kita berdoa? Dari sekian banyak doa yang kita lakukan, berapa banyakkah yang kita lakukan sungguh-sungguh untuk berkomunikasi dengan Tuhan?
Sepanjang kita menjalani satu hari, mulai dari bangun pagi hingga tidur lagi di malam hari, seberapakah semua kegiatan itu yang kita lakukan untuk Tuhan?

Berhitung tentang berkat Tuhan, tidak akan pernah berkesudahan. Tetapi berhitung tentang hal yang kita lakukan untuk Tuhan, mampukah kita menemukannya?

Seorang anak yang berlari terlalu jauh hingga kelelahan, berhenti saat melihat segelas air minum. Ia memandang air minum itu, dan begitu yakin bahwa rasa hausnya akan segera hilang ketika meminum air itu. Lama sekali ia memandangi segelas air itu, tanpa menyentuh gelasnya. Sebesar apapun keyakinannya bahwa air minum itu akan melegakan dahaganya, ternyata tidak membuatnya merasa segar dan hilang rasa hausnya. Karena ia hanya percaya. Tanpa berbuat sesuatu: memegang gelas itu, dan mulai meneguk airnya.

Demikian juga kehidupan iman kita bersama dengan Allah. Seberapa banyak kita menghafalkan isi firman Tuhan, apakah akan menjamin bahwa kita bisa memperoleh keselamatan sorgawi? Sesering apa pun kita berdoa dan beribadah di gereja, tidak akan membuat kita otomatis saja menjadi pewaris Kerajaan Allah. Karena ada tanggung jawab besar yang harus kita kerjakan, setelah kita beriman kepada Tuhan Yesus, yaitu melakukan kehendak Tuhan. Bukan sekedar mengerti ajaran Alkitab, tetapi yang terpenting adalah mengerjakan ajaran-ajaran itu di dalam keseharian hidup kita. Apa pun itu, mulai dari bangun pagi sampai tidur lagi di malam hari, untuk siapakah hidup ini kita jalani?
READ MORE - Renungan Harian: Lakukan Saja Hanya Untuk Tuhan

Kesaksian: Hidup Diperbudak Nafsu

Kisah Nyata
Merry, seorang wanita asal Palembang. Pada usia 21 tahun, ia dipaksa menikah oleh pria pilihan mamanya. Namun pernikahan itu tidak seperti yang Merry bayangkan. Di dalam kehidupan rumah tangganya, Merry tidak mendapatkan kepuasan dalam hubungan suami istri. Merry sendiri memiliki sifat seorang pemberontak. Jadi terhadap suaminya sendiri ia melawan sehingga percekcokan di dalam rumah tangganya menjadi hal yang biasa terjadi.

Saat anak terakhirnya lahir, Merry mulai mengenal dunia malam. Merry mulai mengenal banyak sekali laki-laki, sampai akhirnya ia menjabat sebagai seorang wanita panggilan yang bisa dibayar. Merry sangat menikmati apa yang dilakukannya saat itu. Ia mendapatkan uang, mendapatkan apa yang ia inginkan. Tipe laki-laki seperti apapun bisa ia dapatkan. Tapi Merry sama sekali tidak mengabaikan tugas rumah tangganya untuk mengurus anak-anak. 

Ketika perselingkuhan Merry sering dipergoki oleh suaminya, Merry tetap menjalankan apa yang ia senangi itu. Merry sama sekali tidak memperdulikan perasaan suaminya. Setiap laki-laki yang Merry lihat, apalagi yang terlihat memiliki uang banyak, dengan segera didekati oleh Merry atau bahkan sebaliknya para pria itu yang mendekati Merry.

Tak tahan melihat perselingkuhan Merry, suami Merry pun memutuskan untuk berpisah dengannya. Awalnya Merry melakukan kesenangannya itu hanya demi uang namun dalam perjalanan hidupnya, akhirnya Merry mendambakan seorang laki-laki. Merry tak dapat hidup tanpa laki-laki dan seks.

Setelah tujuh tahun hidup bersama dengan seorang pria, Merry baru menyadari bagaimana ia sebagai seorang wanita hidup di atas penderitaan wanita lain. Pria ini adalah pria terakhir yang menjadi selingkuhan Merry karena Merry tidak dapat melupakan perlakuannya yang amat menyakiti hati. 

Suatu hari Merry membutuhkan uang untuk membayar uang sekolah anaknya. Tetapi pria itu memperlakukan Merry seperti seorang pelacur jalanan. Ketika pria itu memberikan uang, saat itu juga dia minta dilayani berhubungan seks. Padahal pada saat itu Merry tidak ingin melakukannya. Saat itu Merry sedang risau karena pembayaran uang sekolah anaknya sudah terlambat. 

Dari situlah mulai timbul perasaan benci terhadap pria itu dan cara hidupnya yang salah. Merry mencoba untuk menolak dan protes sampai akhirnya timbul dendam kepada pria itu, mengapa jika dia memberikan uang, Merry harus melayani kebutuhan seks dia terlebih dahulu. Namun tidak ada pilihan, mau atau tidak mau Merry tetap melayaninya pada saat itu.

Perasaan Merry pun terluka, kebencian dan dendam timbul di hatinya. Tidak ada kasih sama sekali, yang ada hanyalah nafsu belaka. Namun Merry tak dapat melakukan apa-apa karena ia memang membutuhkan uang itu. Tapi, semenjak saat itu Merry memutuskan untuk berhenti dari cara hidupnya yang salah. Apa yang Merry harapkan, kasih sayang dan perlindungan dari seorang pria, tidak pernah ia dapatkan. Yang ia dapatkan justru hidup yang hancur dan nama baik yang tercemar.

Akhirnya Merry bertekuk lutut di kaki Tuhan dan Merry memohon agar Tuhan mengubah hidupnya dan menolongnya untuk menahan gejolak birahi itu yang datang begitu kuat. Merry hanya dapat berteriak, “Tuhan, tolong saya Tuhan… tolong saya…”
Merry sering memukul tangannya di tembok dan mengakui di hadapan Tuhan, ia tak dapat menahan hawa nafsu ini. 

“Saya berdoa minta tolong karena sangat sulit menahan hawa nafsu itu. Hingga akhirnya saya dibebaskan. Perasaan itu hilang dengan sendirinya. Tuhan menjamah saya. Dan sampai detik ini saya menjadi orang bebas berkat pertolongan Tuhan,” ungkap Merry penuh ucapan syukur.
Merry akhirnya dibebaskan dari keterikatannya akan seks dan Merry mendapati perasaan itu hilang dengan sendirinya. Tuhan menjamah hidup Merry dan perasaan itu tak dirasakannya lagi sampai saat ini. (Kisah ini sudah ditayangkan 17 Maret 2008 dalam acara Solusi di SCTV).
READ MORE - Kesaksian: Hidup Diperbudak Nafsu

Rabu, 22 Juni 2011

Renungan Harian: Hidup Melekat Kepada Kristus

Yohanes 15.4-5
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” 

Sebuah pohon yang bertumbuh besar akan mempunyai banyak cabang serta ranting. Pohon itu akan terus bertumbuh hingga menghasilkan buah pada waktunya. Dan buahnya akan dinikmati banyak orang. Tetapi jika ada cabang atau ranting yang rusak atau patah maka cabang/ranting tersebut akan menjadi kering, karena sari makanan tidak akan bisa mengalir ke cabang/ranting tersebut. Dan tentunya tidak akan ada buah yang dapat dihasilkan dari cabang/ranting tersebut.

Sang pemilik pohonpun juga akan membersihkan pohon tersebut dan memotong cabang/ranting yang dianggap tidak diperlukan. Cabang/ranting yang rusak dianggap tidak akan menghasilkan buah dan merusak keindahan pohon. Dalam kitab Yohanes, kehidupan rohani umat Kristiani digambarkan seperti cabang/ranting pohon. Sedangkan batang utamanya adalah Kristus. Ketika hidup kita melekat dengan baik kepada Kristus, maka aliran kehidupan, sukacita, damai sejahtera, kekuatan, penghiburan, hikmat dan lainnya akan mengalir bagaikan sari makanan yang mengalir pada ranting pohon yang baik. Kasih Kristus akan senantiasa mengalir dalam hidup kita dan terang Kristus dari hidup kita. Hidup kita akan menghasilkan buah yang baik yang dapat dinikmati oleh orang banyak. Kebaikan hati kita akan diketahui oleh orang banyak.

Tanpa Kristus hidup kita akan menjadi hampa. Segala yang kita miliki tidak akan berarti tanpa Kasih Kristus yang mengalir dalam hidup kita.  Biarlah hari-hari yang ada kita lalui dengan kehidupan yang intim dengan Kristus. Jangan biarkan berkat terlepas dari kehidupan kita karena kita lupa untuk bersekutu denganNya. Raih kehidupan yang penuh dengan berkat berkelimpahan di dalam Kristus Yesus. Haleluya!
Courtesy of PelitaHidup.com
READ MORE - Renungan Harian: Hidup Melekat Kepada Kristus

Senin, 20 Juni 2011

Humor: Berbohong

Tono adalah murid yang sangat nakal dan sering membolos sekolah minggu. Pada suatu hari ia ditegur oleh guru sekolah minggunya, "Tono, kenapa kamu sering bolos sekolah minggu? Kemarin sudah ketiga kalinya kamu bolos."

Tono menjawab, "Saya tidak bolos, Kak. Kemarin adik saya sakit jadi saya harus menjaga adik, karena orang tua saya bekerja."

Kakak pembinanya menukas, "Eh, kamu bohong ya. Lha kemarin kakak melihat adikmu sehat-sehat saja."

Tono berbalik menjawab dengan santai, "Lha, Kakak juga bohong. Saya kan tidak punya adik." (Sumber : Guruku Super Lucu)
READ MORE - Humor: Berbohong

Minggu, 19 Juni 2011

Renungan Harian: Bertumbuh dan Menjadi Dampak yang Baik

Yoh 1:42
"Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."
Dalam hidup ini kita sebenarnya tidak hanya bertumbuh namun juga apakah dalam pertumbuhan kita dapat memberikan sebuah dampak bagi orang lain?
Saat ini siapa yang tidak tahu dengan yang namanya Yahoo?? Bagaimana tidak beberapa tahun yang lalu, dimana seseorang yang bernama Jerry Yang berusaha untuk membeli yang namanya mesin “Yahoo”, dimana awalnya hanya digunakan untuk kepentingan pribadi. Seiring dengan perkembangannya, ia menyadari bahwa banyak orang yang juga membutuhkan, sehingga ia berupaya untuk terus mengembangkannya hingga dapat memberikan dampak bagi orang lain. Hingga saat ini, Yahoo telah dikenal diseluruh penjuru dunia, baik email, yahoo messenger, bahkan kita bisa melakukan bisnis melalui situs ini. Hal ini terjadi karena adanya tujuan, ketekunan dan kekreatifan dari sang penemu yahoo.
Dalam injil Yohanes pun tertulis bahwa Simon yang dibawa oleh Andreas kepada Yesus, yang kemudian Yesus berkata bahwa ia tidak lagi menjadi Simon melainkan Petrus. Simon yang hanya seorang nelayan akhirnya mampu menjadi orang yang berdampak bagi kehidupan di bumi. Dalam kisahnya Simon sempat kembali bekerja menjadi nelayan, dan saat Yesus menemuinya Ia berkata : ” Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?. Jawab Petrus kepadaNya : Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau”. Yesus menjawab : Gembalakanlah domba-dombaKu..
dan Petrus pun meninggalkan semua nya, mengerjakan pekerjaan yang Tuhan Yesus perintahkan kepadanya. Ia tahu tujuan hidupnya bagi Tuhan, ia tekun dalam Tuhan. Hingga akhirnya membawa dampak bagi kehidupan kristiani sampai saat ini.
Kita pun sebagai anak-anakNya, yang telah dipilih oleh Allah untuk berjalan bersamaNya dan melakukan pekerjaan2Nya., patutlah kita tekun dalam Kristus, lakukan perubahan dalam hidupmu dan berikanlah dampak positif bagi sekitarmu sehingga dunia akan melihat bahwa Kristus ada dalam hidup kita, memuliakan namaNya, sebagai Tuhan yang hidup.
Dalam kehidupan kita, apapun pekerjaan kita bertumbuhlah dan lakukan perubahan untuk memberikan dampak yg baik pula bagi orang lain. Banyak orang bertumbuh dalam Tuhan, mengenal Tuhan, mengerti suara Tuhan namun masih banyak juga yang tidak memberikan dampak, hal ini dikarenakan kita tidak tahu apa sebenarnya tujuan hidup kita. Jika seandainya kita telah tahu apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita, justru kita yang tidak tekun sehingga tidak mampu menjadi berkat bagi orang lain.
Jika Simon dengan kesederhanaannya mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan kristiani di dunia ini, melalui ketekunannya.. Kita sebagai anak-anak Allah pasti juga bisa jadi berkat bagi orang lain. Temukan tujuan hidup kita, minta petunjuk Kristus dan bertekunlah dalam Tuhan. Lakukan pekerjaanNya, setia.. sehingga kita dapat semakin bertumbuh luar biasa dalam Tuhan dan memberikan dampak baik serta berkat bagi orang lain. Mencerminkan hidup Kristus dalam hidup kita.
READ MORE - Renungan Harian: Bertumbuh dan Menjadi Dampak yang Baik

Cerita Inspiratif: Pengampunan

Ketika Karol Wojtyla dulu masih mengajar di sebuah universitas di Polandia, ia mempunyai mahasiswa yang sangat dekat dengannya yang bernama Adam Zielinski. Ia tidak menyadari/ curiga bahwa sebenarnya muridnya itu adalah mata-mata dikirim oleh Partai Komunis di pemerintahan Polandia baru pasca rezim Nazi, untuk mencari-cari kesalahan yang bisa dipakai untuk menangkapnya. Namun, disepanjang pengamatan spionase-nya itu, Zielinski tidak menemukan hal-hal subversif yang dilakukan Wojtyla yang cukup sebagai bukti untuk menjadikannya tersangka dalam keadaan politik yang belum menentu di negara itu. Yang terjadi sebaliknya, ia justru makin mengenal Wojtyla sebagai seorang hamba Tuhan yang sungguh mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan, juga bagi bangsa dan negaranya. Akhirnya Zielinski meminta maaf dihadapan gurunya itu.


Melihat dan mendengar pengakuan Zielinski yang mengakui kesalahannya dengan menyesal dan hancur hati, Wojtyla mengatakan "if you made mistakes, you already paid for them", maksudnya, penyesalannya yang diungkapkan itu itu sudah cukup untuk membayar kesalahannya. Wojtyla, dengan gampang sekali mengampuninya, ia sama sekali tidak bertanya mengapa ia melakukan perbuatan jahat kepadanya, apa latar belakangnya, ataupun jengkel, marah dan dendam. Zielinski tak pernah menduga bahwa ia mendapatkan maaf dan ampun dari gurunya segampang itu, padahal dialah yang selama ini menyebabkan gurunya itu menderita kesulitan akibat tekanan-tekanan partai komunis. Mengapa Wojtyla begitu mudah mengampuninya? Sebab, harga dari jiwa yang menyesal itu lebih mahal, dan rasa dendam sama sekali tidak sebanding dengan indahnya pertobatan.


Ini salah satu kisah yang diceritakan dalam film "Karol: A Man Who Became Pope", kisah hidup Pope John Paul II, yang diperankan sangat bagus oleh aktor Polandia Piotr Adamczyk. Dan juga musik latar yang bagus dari salah satu komposer terbaik Ennio Morricone. Dan film ini cocok sebagai wujud penghormatan/ tribute bagi salah seorang pemimpin terbaik Gereja, bahkan salah seorang pemimpin terbaik dunia, yang banyak kita kenal keteladanan pribadinya.


ketika sudah menjadi Paus, ia juga melakukan pengampunan yang dicatat dalam sejarah, seorang pemuda Turki Mehmet Ali Agca pada 13 Mei 1981, menembaknya di lapangan Santo Petrus. Setelah sembuh dari lukanya, ia bergegas menemui pemuda itu. Ia merangkul dan memaafkan orang yang berniat membunuhnya itu.
READ MORE - Cerita Inspiratif: Pengampunan

Rabu, 15 Juni 2011

Renungan Harian: Ada Pengorbanan, Ada Hasil

2 korintus 11:24-25 :
"Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut."

Paulus menceritakan betapa beratnya beban yang ia pikul ketika ia melakukan pelayanan untuk memberitakan injil kerajaan surga. Mungkin satu slogan yang cocok untuknya ialah " tiada hari tanpa penderitaan" Namun yang unik di sini adalah bahwa Paulus terus melayani dan melayani kehendak Tuhan walaupun rintangan besar menghadangnya. Pelayanan Paulus berhasil dan saat ini kita bisa menikmati buahnya dengan pengenalan kita akan Yesus Kristus.

Ternyata, menjadi anak Tuhan yang mempunyai kesungguhan untuk mengenal & melayani kehendak Tuhan itu butuh pengorbanan. Waktu yang berjalan akan menunjukkan seperti apakah "buah" pengenalan kita akan Tuhan.

Satu contoh di waktu pagi pada hari minggu dengan kondisi yang lelah karena kemarin sabtu harus lembur kerja, kita diundang oleh Tuhan untuk beribadah. Namun apa daya selain capai ternyata juga hujan yang disertai angin kencang turun seharian. Dengan kondisi yang demikian maka setelah menimang-nimang dan merenung dengan lebih dalam akhirnya undangan ibadah ke gereja tidak jadi dihadiri.

Suatu kali ada seseorang yang mengajak kita untuk ibadah keluarga di suatu daerah terpencil. Namun karena daerah yang memang terpencil dan juga sering terdengar kabar tentang adanya perampokan di daerah itu maka ibadah itu pun urung dihadiri atau ketika kita sibuk bekerja dan pulang-pulang sudah capai maka hal yang paling nyaman untuk kita lakukan adalah tidur seharian tanpa berdoa atau bersaat teduh dengan Tuhan. Kira-kira buah apakah yang bisa kita petik dari contoh ini. Akankah kita bisa mengenal Tuhan dengan lebih dekat? Atau pernahkah suatu mujizat atau kemuliaan Tuhan turun atas kita? Pernahkah kita bisa mendengar suara-NYA?

Pengorbanan menimbulkan hasil sehingga tidak ada pengorbanan berarti juga tidak ada hasil. Demikian juga akan sangat besar hasil yang kita dapatkan ketika kita mau berkorban untuk mengenal Tuhan dan melayani kehendak-NYA. Hasil yang berupa buah yang bisa kita nikmati untuk kemuliaan nama Tuhan. Paulus sudah membuktikan kepada dunia dan kita semua akan hal ini.

Satu hal yang harus kita ingat dan yang terpenting adalah bahwa saat ini kita berada di penghujung acaranya Tuhan. Di penghujung acara ini Tuhan membutuhkan Paulus-Paulus rohani yang mau berkorban untuk banyak membawa buah dan jiwa demi kemuliaan nama Tuhan. Siapkah kita akan hal itu? Mari saya, kamu dan kita semua renungkan!!

God bless you

Jesus saved my live
Jesus save me
Jesus love everything about you

Source: www.Jesus-care.blogspot >
READ MORE - Renungan Harian: Ada Pengorbanan, Ada Hasil

Kesaksian: Tiga Hari

Pdt. Petrus Agung pernah mengisahkan beberapa kejadian yang unik. Pertama, seorang temannya mengajak Pdt. ini mendoakan seorang ibu yang tiba-tiba sakit berat sehingga harus dirawat di ICU. Banyak peralatan yang menolong kehidupan dipasang di beberapa bagian tubuhnya. Dari tampak luar, kecil kemungkinan si ibu ini dapat dipulihkan. Ketika berdoa memohon belas kasihan Tuhan dan kesembuhan atas ibu ini, sang Pdt. mendengar suara: "Tiga hari..." Ia tidak tahu apa artinya 3 hari itu. Ia bertanya kepada Tuhan, "Apa arti tiga hari ini? Apakah ibu ini akan disembuhkan Tuhan dalam 3 hari atau dalam 3 hari si ibu akan dipanggil Tuhan?" Namun tak ada jawaban.

Ketika akan pulang meninggalkan ICU tersebut Pdt. Petrus Agung menyampaikan pesan Tuhan, "Tiga hari..." Keluarga si ibu ini kebingungan dengan pernyataan sang Pdt. Walaupun dikejar terus, Pdt. Petrus Agung tidak dapat memberi keterangan lebih lanjut. Ia hanya berkata, "Tunggu saja dalam 3 hari ini..." Lalu ia buru-buru meninggalkan keluarga yang masih diliputi tanda tanya ini.

Tiga hari kemudian, Pdt. Petrus Agung mendapat telpon dari temannya. "Puji Tuhan, pak Agung, ternyata si ibu ini telah disembuhkan Tuhan sepenuhnya. Ia kini sudah bisa berjalan dan akan segera pulang dari rumah sakit."

Beberapa minggu kemudian keluarga si ibu yang sakit ini menelpon lagi. "Wah, ada apa lagi nih?" Rupanya keluarga ini memiliki orang tua, sang ayah, yang sudah sakit-sakitan. Sudah bolak balik di doakan, tidak sembuh-sembuh, juga tidak mati-mati. Pdt. Petrus segera mengunjungi dan mendoakan orang tua yang keadaannya mengenaskan ini. Sang Pendeta hanya berkata,"Tuhan, nyatakanlah belas kasih-Mu pada orang tua ini.." Ia mencoba mendengar pesan Tuhan, apakah doanya dikabulkan atau ada pesanlain. Ditunggu-tunggu, ternyata tidak ada pesan apa-apa. Oleh karena itu sang Pendeta berkata, "Coba tunggu dalam 3 hari ini..."

Benar, 3 hari kemudian orang tua ini mendapatkan perhentiannya yang penuh damai. Ia dipanggil pulang setelah 3 hari didoakan.

Beberapa minggu yang lalu, datang telpon dari teman baiknya ini. Saat itu sang Pendeta dengan keluarganya masih ada dalam perjalanan. Ada kabar bahwa teman baiknya ini kena stroke ringan sehingga mulutnya mencong dan tidak dapat berkata-kata. Segera sang pendeta mengunjungi tempat kediaman teman baiknya ini dan berdoa. Jelas sekali Tuhan berpesan, "Kalau temanmu ini terus membaca firman Tuhan dengan bersuara, dalam tiga hari akan Aku sembuhkan." Teman ini rupanya orang yang taat. Meskipun amat sulit baginya untuk membaca Alkitab dengan bersuara karena mulutnya sudah mencong, ia usahakan dan ia coba terus meskipun bunyi yang keluar tidak jelas. Dalam 3 hari, sakit strokenya sembuh tanpa dibawa ke dokter atau dirawat di Rumah Sakit. Puji Tuhan !

Tiga hari, apakah artinya bagi anda?
READ MORE - Kesaksian: Tiga Hari

Humor: Jangan Mudah Menyerah

*Hari 1*

Seorang cadel ingin membeli nasi goreng yang sering mangkal didekat rumahnya.
cadel: "bang, beli nasi goleng satu"
abang: "apa...?" (.....ngeledek.)
cadel: "Nasi Goleng!
abang: "Apaan...?" (.....Ngeledek lagi.)
cadel: "Nasi Goleng!!!"
abang: "ohh nasi goleng..."

Sambil ditertawakan oleh pembeli yang lain dan pulanglah si cadel dengan sangat kesal, sesampainya di rumah dia bertekad untuk berlatih mengucapkan "nasi goreng" dengan benar. Hingga akhirnya dia mampu mengucapkan dengan baik dan benar.

*Hari 2*
Dengan perasaan bangga, si cadel ingin menunjukkan bahwa dia bisa mengucapkan pesanan dengan tidak cadel lagi.
cadel: "bang...,saya mau beli NASI GORENG, bungkus!!!"
abang: "ohh...pake apa?"
cadel: "...pake telol..." (Sambil sedih...)
Akhirnya kembali dia berlatih mengucapkan kata "telor" sampai benar.

*Hari 3*
Untuk menunjukkan bahwa dia mampu, dia rela 3 hari berturut-turut makan nasi goreng
cadel: "bang..., beli NASI GORENG, Pake TELOR!!! Bungkus!"
abang: "ceplok atau dadar ?"
cadel: "dadal..."
Dengan spontan. Kembali dia berlatih dengan keras.

* Hari 4*
Dengan modal 4 hari berlatih lidah hari ini dia yakin mampu memesan dengan tanpa ditertawakan.
cadel: "bang...beli NASI GORENG, Pake TELOR, di DADAR!"
abang: "hebat kamu 'del, udah nggak cadel lagi nich, harganya Rp.2500, del."

si cadel menyerahkan uang Rp.3000 kepada si abang, namun si abang tidak memberikan kembaliannya, hingga si cadel bertanya:
cadel: "bang.., kembaliannya?"
abang: "oh iya, uang kamu Rp.3000, harganya Rp.2500, kembalinya berapa del?", sambil senyum ngeledek.
Si cadel gugup juga untuk menjawabnya, dia membayangkan besok bakal makan nasi goreng lagi. Tapi akhirnya dia menjawab:"...GOPEK...!!!" Sambil tersenyum penuh kemenangan.

INTI DALI CELITA INI ADALAH HIDUPLAH TELUS DENGAN PENUH PELJUANGAN !!
JANGAN MENYELAH YACH !!
READ MORE - Humor: Jangan Mudah Menyerah

Cerita Inspiratif: Baju-Baju yang Menipu

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta janji. Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

"Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut.

"Beliau hari ini sibuk," sahut sang Sekretaris cepat.

"Kami akan menunggu," jawab sang Wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

"Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi," katanya pada sang Pimpinan Harvard.

Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut. Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini, bolehkan?" tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. "Nyonya," katanya dengan kasar, "Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan."

"Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat, "Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard."

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, "Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard."

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?" Suaminya mengangguk.

Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.

Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.

Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS. 


Refleksi:
Kita, seperti pimpinan Hardvard itu, acap silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju, acap menipu.
READ MORE - Cerita Inspiratif: Baju-Baju yang Menipu

Selasa, 14 Juni 2011

Renungan Harian: Tuhan Menyertaimu

Kejadian 45:7-8
Maka  Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.

    Di sekolah minggu, kita sering mendengar cerita mengenai Yusuf yang dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya sebagai budak. Dilelang sebagai budak tentu saja bukan hal yang menyenangkan, orang-orang berteriak dan menawar harga anda seakan-akan anda bukan manusia. Namun penderitaan Yusuf tidak sampai di situ saja. Saat telah menjadi pelayan Potifar, istri potifar menyukai Yusuf dan ingin tidur dengannya (Kejadian 39:7). Namun, Yusuf menolak karena itu adalah dosa (Kejadian 39: 8-9). Kejadian selanjutnya adalah istri Potifar menfitnah yusuf dan melemparkannya ke dalam penjara.

    Bukankah hal ini juga sering terjadi terhadap kita, kita melakukan hal yang benar namun hal yang buruk justru terjadi terhadap kita. Namun, jika menilik kembali cerita Yusuf, Tuhan tidak pernah meninggalkannya (Kejadian 39:21-23). Tuhan menuntunnya sehingga ia dapat bangkit kembali. Yusuf menjadi bapa bagi firaun dan menyelamatkan saudara-saudaranya. Terkadang Tuhan memang mengizinkan hal-hal buruk terjadi terhadap kita untuk membentuk diri kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Terkadang memang sangat sulit untuk memahami rencana Allan dalam kehidupan kita namun percalayalah rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). Karena itu, tetap setia dan berpegang teguh kepadaNya ^v^
READ MORE - Renungan Harian: Tuhan Menyertaimu

Rabu, 08 Juni 2011

Kesaksian: Kisah Dibalik Lagu "Janjimu Seperti Fajar"

"JanjiMu s'perti fajar pagi hari....
yang tiada pernah terlambat bersinar.... 
CintaMu s'perti sungai yang mengalir....
dan kutahu betapa dalam kasihMu.........."

Demikian lirik dari reff lagu "JanjiMu Seperti Fajar".
Hampir semua umat Kristen dari berbagai denominasi Gereja bisa menyanyikannya.
Suatu kali dalam pelayanan kunjungan ke Rumah Sakit, para penjenguk menyanyikan lagu-lagu penghiburan dari kamar ke kamar, untuk menguatkan dan memberi pengharapan kepada pasien-pasien yang sedang terbaring lemah di Rumah Sakit.
Ada seorang pasien yang meminta lagu JanjiMu Seperti Fajar dinyanyikan. Pasien ini menderita kanker stadium lanjut dan sudah sangat lemah. Kerabat keluarga yang dikasihi mengelilinginya, dan bersama-sama kami menyanyikan lagu ini. Tak terasa airmata menetes. Rasa haru yang dalam begitu kuat menguasai kami, dan kasih Bapa terasa dicurahkan atas pasien itu.
Teman-teman juga pasti mengalaminya saat menyanyikan lagu ini. Ada kekuatan baru yang dilimpahkan ke atas setiap yang menyanyikannya. Yang jelas...banyak orang diberkati, tapi nggak banyak yang tahu siapa penulis lagu ini. Penasaran ???
Untuk itu, Afen, untuk menuliskan story behind the song. Apa yang dialaminya, sehingga lagu yang sangat powerful ini tercipta.
Original, from the deepest heart of songwriter "JanjiMu Seperti Fajar".......

Nama saya Afen Hardianto.

Saya tinggal di Malang bersama dengan istri dan 2 anak saya yang perempuan 6 tahun dan yang laki-laki 4 tahun.
Saya berpacaran dengan istri saya sejak duduk dibangku SMA. Pada masa kita masih pacaran hubungan kita ditentang oleh keluarga istri saya. Tetapi kita tetap berpacaran sampai akhirnya kita mendapatkan restu untuk menikah.
Tanpa saya sadari ternyata saya menyimpan kepahitan dari akibat hubungan kami yang dulunya ditentang. Dan kepahitan itu saya simpan dan pupuk dan saya bawa di pernikahan sampai menyebabkan hubungan saya dengan istri menjadi kurang harmonis di tahun-tahun awal pernikahan kami.
Kemudian masuklah pihak ke tiga yang semakin memperkeruh keadaan rumah tangga kami. Dan rumah tangga saya semakin amburadul. Saya menolak dan menganggap istri saya sebagai penghalang kebahagiaan saya, sehingga saya membenci istri saya. Rasa cinta terhadap istri sudah tidak ada lagi, yang ada adalah kebencian yang menumpuk. Saya selalu menyakiti hati istri saya, walaupun istri saya tidak membalas tetapi saya semakin menyakitinya.
Saya tidak mempedulikan anak saya, dan saya pun sibuk dengan keegoisan saya sendiri. Yang dilakukan istri saya hanya berdoa dan berpuasa, bahkan saat ia mengandung anak kami yang ke 2, ia berpuasa Ester untuk saya.
Istri saya menutupi segala keadaan yang terjadi dalam rumah tangga kami dari keluarganya. Ia berpegang pada firman Tuhan di Amsal 21:1 (Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.) "jika hati raja-raja ada didalam genggaman tangan Tuhan, apalagi hati seorang Afen"

Tetapi saya tetap tidak memperdulikannya sampai pada akhirnya saya menyuruh istri saya untuk pergi dan saya antarkan istri dan anak saya pulang ke rumah orang tua istri saya. Dan orang tua istri saya pun menerima mereka dan juga menghendaki perpisahan ini dan megharapkan akan berujung pada perceraian.
Saat itu istri saya berkata kepada saya, ini bukan akhir dari segalanya. Setelah saya meninggalkan istri dan anak saya, saya berpikir saya akan menjalani hidup saya yang baru. Tetapi pada suatu malam pada saat saya sendiri Tuhan mengingatkan saya pada anak saya yang pertama, saya tiba-tiba merasakan rindu dan kangen sekali pada anak saya itu. Waktu itu anak saya masih berusia 1,5 tahun. Hati saya hancur dan saya menangis.
Saya berkata kepada Tuhan : "Tuhan apakah akhir dari hidupku akan seperti ini, saya yang dari dulu (SMP) sudah melayani Tuhan sebagai pemain musik tetapi apakah rumah tanggaku akan berakhir dengan perceraian?"

Tiba-tiba Tuhan memberikan melodi kepada saya lagu : "JanjiMu Seperti Fajar", dimana rencana saya lagu ini akan saya simpan untuk saya pribadi. Tetapi pada saat pendeta saya mau rekaman, pendeta saya kekurangan 1 lagu dan ia bertanya kepada saya, apa saya mempunyai lagu. Dengan malu-malu saya tunjukkan lagu JanjiMu Seperti Fajar kepadanya.
Saya benar-benar tidak menyangka lagu tersebut ternyata menjadi berkat bagi banyak orang, termasuk saya dan keluarga. Dan singkat cerita Tuhan memulihkan keluarga saya. Istri, dan anak-anak saya juga sudah kembali bersatu dengan saya. Bahkan anak ke 2 saya yang dulu saya tolak dan lahir secara premature tanpa saya dampingi juga lahir dalam keadaan yang normal dan sehat. Dan setelah keluarga saya kembali bersatu, saya juga baru mengetahui bahwa pada saat keluarga saya berantakan setiap hari istri saya menuliskan kata-kata iman di sebuah buku.

Didalam tulisannya tersebut istri saya mengatakan :
Suamiku Afen pasti dikembalikan Tuhan padaku, keadaan ini adalah baik bagiku karena
pasti ada anugerah besar bagiku,
suamiku Afen adalah suami yang takut akan Tuhan,
suamiku Afen adalah suami yang mengasihiku,
semua ini mendatangkan kebaikan bagiku karena Tuhan pembelaku ada di pihakku.

Dan sekarang saya benar-benar merasakan pemulihan yang Tuhan kerjakan di dalam hidupku, bahkan saya juga tidak menyangka bahwa lagu JanjiMu Seperti Fajar menjadi lagu terbaik Indonesian Gospel Music Award 2006, menjadi theme song sebuah sinetron dengan judul yang sama, dan Tuhan memelihara hidup kami sekeluarga juga melalui lagu tersebut. Terima kasih Tuhan Yesus Memberkati.

(from Afen Hardianto)
READ MORE - Kesaksian: Kisah Dibalik Lagu "Janjimu Seperti Fajar"

Humor: Yunus dalam Perut Ikan

Seorang anak yang baru pulang dari sekolah Minggu langsung menemui ibunya dan mengadu bahwa gurunya hanya memberi nilai "5" pada gambar yang sudah susah payah ia kerjakan.
Si ibu penasaran dan meminta si anak untuk menunjukkan gambar itu. Ketika ibu melihat gambar yang ditunjukkan, ia heran karena gambar itu hanyalah gambar sepasang bola mata dengan latar belakang seluruhnya warna hitam.
Ibu bertanya, "Memangnya apa sih yang kamu gambar?"
Dengan polos si anak menjawab, "Nabi Yunus yang sedang berada dalam perut ikan, Bu."
READ MORE - Humor: Yunus dalam Perut Ikan

Cerita Inspiratif: Hanya Sebuah Koin Penyok

Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dgn rasa putus asa. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya terantuk sesuatu. Ia membungkuk dan menggerutu kecewa. “Uh, hanya sebuah koin kuno yg sudah penyok.” Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank.
“Sebaiknya koin in dibawa ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itu membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, koinnya dihargai 30 dollar.
Lelaki itu begitu senang. Saat lewat toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral. Dia pun membeli kayu seharga 30 dollar utk membuat rak buat istrinya. Dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu bermutu yg dipanggul lelaki itu. Dia menawarkan lemari 100 dollar utk menukar kayu itu. Setelah setuju, dia meminjam gerobak utk membawa pulang lemari itu.
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita melihat lemari yg indah itu dan menawarnya 200 dollar. Lelaki itu ragu-ragu. Si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju dan mengembalikan gerobaknya.
Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Tiba-tiba seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.
Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya bertanya, “Apa yg terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yg diambil oleh perampok tadi?”
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.



Refleksi:
Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala karunia hidup yang telah Tuhan berikan pada kita, karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa.
READ MORE - Cerita Inspiratif: Hanya Sebuah Koin Penyok

Renungan Harian: Semangat Keberhasilan

Amsal 21:25
Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja.
Min Bahadur Sherchan

Jika Anda termasuk orang yang malas dan enggan menghadapi tantangan, selayaknya malu kepada kakek ini. Min Bahadur Sherchan (76), mencapai puncak Gunung Everest di ketinggian 8.850 meter di atas permukaan laut, sekaligus menjadi pria tertua yang mampu melakukannya. Tak tanggung-tanggung, Sherchan mengalahkan kakek asal Jepang yang sebelumnya memegang rekor, yaitu Katsusuke Yanagisawa, yang melakukan itu pada usia 71 tahun.
Untuk meraih keberhasilan, setiap orang harus memaksimalkan setiap kemampuan yang dimilikinya dengan etos kerja yang tinggi. Namun adalah suatu kesia-siaan bila kemampuan yang baik tak didukung etos kerja yang baik pula. Karena tuntutan semakin lama semakin tinggi, maka kita pun juga dituntut untuk meningkatkan kompetensi kita, dari melakukan hal-hal biasa, kini kita harus mampu melakukan hal-hal yang lebih dari itu. Ketika kita tetap ingin melakukan sesuatu dengan biasa-biasa saja, ada kemungkinkan untuk tertinggal dalam usaha dan pekerjaan kita.
Melakukan sesuatu dengan biasa saja tidak jauh berbeda dengan pemalas, yang seringkali mengharapkan sesuatu yang besar tanpa mau berusaha keras. Orang-orang seperti inilah yang akan dibunuh oleh keinginannya sendiri. Ingin punya penghasilan banyak, usahanya menjadi besar, dipromosikan dalam jabatan yang lebih tinggi, dan lain sebagainya tapi tidak mau melakukan hal yang seimbang dengan apa yang diharapkan. Ketika seseorang menginginkan hasil yang luar biasa, maka orang itu harus melakukan hal yang luar biasa pula.
Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita tidak boleh malas. Dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka keberhasilan itu pasti akan hadir dalam kehidupan kita di segala bidang.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, Anda harus melakukannya dengan cara yang terbaik pula.
READ MORE - Renungan Harian: Semangat Keberhasilan

Kesaksian: Saya Benci Orang Kristen

(by: Idawati)

 Padahal sejak TK, SD, SMP, SMA, saya sekolah di sekolah Khatolik dan Kristen. Jadi saya sangat familiar dengan nama Yesus, Alkitab, Natal, Paskah, dan hal-hal berbau Kristen Khatolik.
Latar belakang keluarga saya adalah penganut aliran Buddhis, atau Kong Hu Chu, pokoknya tradisi cina. Buat keluarga saya, nama Yesus itu nggak ada arti apa-apanya. Bahkan cenderung menggangu.

Satu-satunya alasan ortu saya sekolahin saya di situ adalah karena mutu sekolah Kristen Khatolik lebih bagus (katanya). Well, ini relatif. Yang pasti sih uang sekolah lebih mahal.

Waktu SMP, saya ingat teman akrab saya mulai mengajak saya sekolah minggu di sebuah gereja di ketapang. Saya tidak menolak karena:
1. Dia teman baik saya
2. Saya berpikir ke gereja menyenangkan karena bisa belajar nyanyi dan dapat banyak teman. Bagaimanapun saya sendirian di rumah (adik masih kecil) dan tidak ada teman.
Jadilah setiap hari minggu pagi, teman baik saya itu (dengan papa dan mama dan adiknya) menjemput saya dan mengantar saya pulang. Luar biasa bukan? ^

Tapi pada kenyataannya saya jadi membenci gereja dan isinya karena:

Anak sekolah minggu tidak ada ramah-ramahnya sama sekali sama saya. Mereka sudah "nge-gank" sendiri dan tidak peduli ada satu "new-comer" yang kebingungan. Saya lebih dikenal sebagai "buntut" nya temen saya. Sungguh tidak menyenangkan! Menurut mereka adalah hal yang "tabu" mendengar ortu saya masih buddha, dan saya merasa terhakimi dengan pandangan mata mereka. (Seolah-olah memiliki ortu bukan kristen itu suatu dosa besar dan memalukan. Hmmm....)

Saya bingung melihat anak sekolah minggu yang katanya belajar firman Tuhan tapi kok malah ngecengin cewek, berisik saat guru sekolah minggu nerangin sesuatu, cuek, berantakan.... (image saya tentang gereja cukup tinggi saat itu. Bukankah justru orang di luar gereja punya image lebih tinggi dari penghuninya?). Jadi saya berpikir untuk apa ke gereja kalau bukan jadi makin baik malah jadi kayak mereka! No way! Mereka tidak lebih baik daripada saya! Ada hak apa mereka berbicara tentang bagaimana seharusnya kita hidup kalau hidup mereka sendiri lebih tidak karuan dibanding saya? (Saya selalu juara kelas dan anak teladan di sekolah. Jadi bisa dimengerti kan standar hidup saya saat itu?

Pada suatu hari teman saya berkata:"Mengapa ortu mu menyembah patung? Itu kan perbuatan bodoh!" dan untuk suatu alasan yang tidak jelas, saya sangat-sangat tersinggung mendengar ortu saya dikatakan bodoh. Padahal biasanya juga saya tidak perduli dengan patung-patung mereka. Hehehe...

Semenjak itu saya berhenti sekolah minggu dan saya benci orang kristen. Oh, saya tetap bersahabat dengan teman saya itu, tapi saya tidak pernah lagi mau menginjakkan kaki saya di gereja! Gereja menjadi tempat yang paling menyebalkan buat saya!

SMA YANG PENUH DENGAN ORANG KRISTEN
Kalau semenjak TK sampai SMP saya ikut sekolah Khatolik, maka SMA saya memutuskan untuk berganti suasana dengan Protestan. Paling tidak saya tidak harus berdoa rosario, begitu pikir saya.

Meskipun banyak orang kristen (80%), tetapi herannya tidak ada satu orangpun yang pernah mengabarkan injil kepada saya. Hebat yah? Hehehe... semua penuh toleransi terhadap agama lain, dan paling-paling ada sedikit perdebatan (yang tidak pernah ada konklusi) ttg Kristen dan Khatolik kalau sedang pelajaran agama. Tapi di luar itu, aman. Tidak ada yang pernah memberi tahu saya bahwa hidup adalah bukan hidup tanpa Tuhan Yesus.

Benar-benar tiga tahun saya sekolah, sungguh tidak ada satu orangpun yang mengabari saya injil! Dan saya tidak pernah ke gereja lagi kecuali acara sekolah mengharuskan saya ke gereja. Saya punya alkitab hasil dari dulu sekolah minggu. Itupun saya beli yang paling kecil. Dan penuh dengan coretan bukan karena saya rajin baca allkitab, karena ada ulangan agama! Hahaha...

Saya benci masa SMA saya. Banyak masalah di sini. Persahabatan yang retak karena cowok, tidak ada teman karena untuk mereka saya terlalu "kolot" dan "aneh" dan "kuper" (thanks untuk didikan keluarga cina yang lumayan tertutup), hidup yang penuh rutinitas,... aduh, nggak ada enak-enaknya deh. Mana ortu saya sangat menjunjung tinggi pendidikan (seperti orang tua chinese pada umumnya) dan menaruh harapan tinggi pada saya. Saya sangat sayang ortu, saya tahu hidup mereka dulu sangat susah, dan mereka selalu memberikan yang terbaik untuk anak. Akibatnya saya jadi stress dan berusaha tidak mengecewakan mereka dengan belajar segiat-giatnya.... Saya selalu ranking satu, tapi somehow itu tidak pernah cukup untuk orangtua saya... atau saya sendiri. Somehow, saya sungguh tidak tahu untuk apa saya hidup.

"SAULUS" MUDA
Waktu kuliah, sikap ekstrim saya mulai keluar. Pokoknya setiap ada orang kristen yang cukup "akitf" ngomongin Tuhan, langsung saya babat habis dengan pertanyaan-pertanyaan aneh bin ajaib yang mereka tidak bisa jawab. Bahkan terkadang mereka sampai-sampai ikutan bingung dan jadi meragukan kepercayaan mereka. Hehehe... atau saya akan super kritis sama tindakan mereka sehari-hari. Karena menurut saya kalau kamu berani ngomongin kasih, kejujuran, dll itu, kamu juga harus bisa donk hidup seperti yang kamu omongin. Munafik namanya kalo nggak.

Orang kristen takut sama saya.
Belakangan saya baru tahu pertanyaan-pertanyaan ekstrim tersebut muncul dari kerinduan hati saya yang ingin tahu: Tuhan yang mana sih yang bener? Kalo Tuhan-nya orang Kristen yang paling bener (seperti yang mereka bilang), kenapa mereka ditanyain gitu aja nggak bisa jawab? Atau kenapa sikap dan tingkah laku mereka malah lebih bobrok dari kita-kita yang nggak Kristen? Sama aja bohong donk? Ortu saya juga nyembah Buddha, tapi ditanyain apa2 nggak pernah ngerti! Hahahaha.... Malah mereka lebih punya kasih dan jujur daripada mereka yang ngakunya Kristen (banyak pedagang kristen yang suka nipu ortu saya). Apa bedanya jadi Buddha sama jadi Kristen kalo gitu?

Malah ada satu teman saya yang Kristen dari lahir dan aktif di gereja tapi malah ikut-ikutan nanya-nanya tentang kekristenan dengan nada menuduh dan menghakimi bareng-bareng saya! Hahaha... kocak banget deh. Image saya tentang kristen jadi makin jelek aja. Well, teman-teman sepermainan saya kebanyakan Kristen dan Khatolik. Tapi mereka juga cukup cinta damai. Yah, ada beberapa Kristen KTP di situ, jadi tidak heranlah. Yang bikin saya protes di kemudian hari adalah keberadaan temen saya yang lahir baru tapi tidak pernah menginjili saya! Wah, saya marah-marah sama dia belakangan,"Tega lo ya tahu gue mau ke neraka tapi nggak pernah ngomongin Yesus?" (padahal kalo diomongin marah-marah waktu itu. Hehehe....)

Tapi jalan Tuhan memang unik.

Ada satu cowok naksir saya dan dia Kristen. Dia tahu saya bukan Kristen jadi demi boleh berpacaran dengan saya, dia jadi rajin ngasih traktat, menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang ekstrim-ekstrim dengan sabar, dan kalaupun dia tidak bisa menjawab, saya sangat jengkel dengan ucapannya,"Aku nggak bisa ngejelasin, tapi yang penting aku percayanya seperti itu." Benar-benar menyebalkan. Ego saya membuat saya pingin dia menyerah atas pertanyaan saya, tapi dia nggak tuh! Tapi paling tidak traktat-traktat yang dia kasih saya bacain semuanya. Sampai sekarang masih saya simpan meskipun banyak yang sudah saya kasih orang. Bukan untuk mengigat cowok itu, tapi mengingat jalan Tuhan yang unik dan lucu.

Saat saya kuliah tingkat pertama, ada pelajaran agama. Dan saya memilih Kristen karena orang-orang berkata itu mata pelajaran paling gampang lulus, dan dosen-dosennya murah nilai. Guess what, tugas pertama adalah kami harus mencatat kotbah pak pendeta dari gereja anda masing-masing selama sebulan dan menyerahkannya kepada dosen kami sebagai tugas kulikuler. Tentu saja saya kalang kabut karena saya adalah "penyeludup" dan boro-boro punya gereja! Saya benci gereja! Untunglah teman dekat saya yang kristen mau mengajak saya ke gereja bersama dia. Jadi setiap minggu, papa saya harus saya paksa bangun pagi (karena saya tidak bisa nyetir) untuk mengantar saya ke rumah teman saya itu, dan dari sana kami ke gereja,... dan kudhu harus, tidak bisa tidak: mendengarkan dengan teliti karena kita harus mencata kotbah! Hah! Take that! Apakah menurut teman-teman Tuhan kita itu tidak iseng?

Tapi ini hanya berlangsung sebulan.

Suatu kali ada dosen yang dengan ramahnya minta sogokan, kalau tidak sekelas tidak lulus! Jadilah kami mengumpulkan uang untuk dosen itu... kecuali beberapa orang kristen "fanatik" dari teman sepermainan saya: cowok yang naksir saya, koko angkat saya, dan satu cewek yang lahir baru (tapi nggak pernah nginjilin saya)! Wah, saya jengkel sekali sama mereka waktu itu! Padahal orang kristen di kelas bukan cuman mereka, kenapa harus mereka yang cari perkara sih? Karena mereka temen sepermainan kami, teman-teman sekelas yang lain juga banyak curhat dan protes sama kita! Apa susahnya bayar Rp 35.000,- doank? Tapi yang jelas mereka tidak mau nyogok meskipun diancam tidak lulus, diancam mencelakakan teman sekelas, meskipun dikucilkan semua orang.... termasuk orang kristen lainnya... Pendek kata mereka tidak mau nyogok! Dan saya menemukan mereka berdoa bersama di suatu sudut ruangan, dan saat itu entah kenapa saya benci melihat sikap mereka, plus iri karena ada orang kok yang bisa begitu kepala batu akan sesuatu. Saat itu saya mulai berpikir: apakah sungugh-sungguh ada sesuatu yang istimewa dari Yesus ini, ataukah mereka hanya sok jadi pahlawan? ...... tapi jujur saya tidak suka dikucilkan satu kelas dan dicemooh dikatakan munafik dst. Saya tidak yakin saya bisa berpegang pada moral saya dan tidak ikutan nyogok....... Mengapa mereka bisa? (Dan pada akhirnya dosen yang minta sogokan itu dipecat sebelum dia sempat memberikan nilai pada kelas kami. Dosen lain ditugaskan memeriksa ulang ulangan kami, dan bukan saja mereka lulus, tapi nilai mereka malah lebih tinggi dari kami semua yang menyogok!)

Mama saya terkena tumor payudara. Meskipun tidak berat, saya waktu itu cukup ketakutan dan entah karena sudah terbiasa berdoa ala Kristen Khatolik atau karena alasan lain, yang jelas saya berdoa pada Tuhan Yesus sepanjang malam...dan operasinya berhasil. Tetapi seperti kebanyakan orang, saya dengan cepat melupakan "jasa" Tuhan dan kembali pada jalan saya semula.

Adik saya yang cewek mulai les fisika, kimia, dsb. Dan berhubung cicinya adalah anak sos yang meskipun dapat 9 untuk biologi tapi sangat benci fisika dan hampir meledakkan lab kimia karena salah mencampur cairan, maka dia mulai les. .... Dan guru les nya adalah orang kristen yang sangat-sangat-sangat gemar bersaksi tentang Tuhan Yesus. Bisa dibayangkan? Setiap pulang les, dia dengan semangat bercerita ttg keajaiban yang Tuhan buat dalam hidup guru les-nya, yang Tuhan begini lah Tuhan begitulah... anak ABG sangat mudah terpengaruh orang yang dikaguminya, dan nampak jelas dia mengagumi guru les nya itu. Mulailah telinga saya gatal mendengar cerita "kebesaran Tuhan" setiap kali dia pulang les. Anehnya, meskipun saya selalu mencibir dan membantah dan balas mencuci otak adik saya dengan filsafat dunia, diam-diam saya menyimpan dalam hati semua cerita ttg Yesus. Saya mulai tertarik. Sungguh.

SAYA BENCI NATAL

Karena saya selalu kesepian di rumah. Semua teman saya pergi dengan keluarga ke gereja, paling tidak setahun sekali lah bagi mereka yang tidak sungguh-sungguh dalam Tuhan. Termasuk pacar saya. (Oh, bukan dia yang dengan gencar menginjili saya. Saya tidak suka kristen fanatik, yang berusaha mengubah saya jadi kristen sebelum bisa pacarn dengan saya. Jadi saya memilih jadian dengan kristen yang biasa-biasa saja, yang ke gereja setahun sekali, yang tidak punya masalah untuk pacaran dengan orang yang tidak seiman.).

Dan saya harus tinggal sendiri di rumah. Menyebalkan!!

Saya selalu merasa terkucil dari lingkungan orang-orang kristen. Terutama hari Natal. Sepertinya ada spanduk besar-besar tertulis:"Khusus untuk orang Kristen! Non Kristen dilarang mendekat!" Saya benci sekali Natal.

IS THERE REALLY GOD UP THERE?
Sebenarnya sejak SMA saya diam-diam suka menangis di ranjang saya tiap tengah malam. Ada satu rasa kosong di hati saya yang sudah tidak bisa saya tahan lagi. Saya tidak tahu siapa saya, saya tidak tahu bagaimana cara menyenangkan hati ortu saya karena nampaknya tidak peduli sekuat apapun usaha saya, mereka tidak pernah puas.... Saya tidak tahu mengapa meskipun saya mengasihi adik-adik saya tapi seringkali kata makian lah yang keluar dari mulut saya....

Apakah benar ada reinkarnasi, apakah benar orang baik pergi ke surga dan orang jahat pergi ke neraka...

Saya seharusnya termasuk orang baik. Saya tidak mencuri, tidak membunuh... yah paling bohong kecil-kecilan tapi itu kan wajar? Bohong putih toh tidak melukai orang.... Tapi mengapa saya merasa tersiksa dan kesepian?

Tiap malam saya menjerit dan bertanya: Mana sih Tuhan yang bener?? Jawab kek! Berdoa pada Kwan Im, Buddha, bahkan kecil pernah belajar ngaji sama pembantu saya (yang langsung dipecat saat itu juga.. hehehe...), doa rosario, Bapa Kami, berusaha baca Alkitab....

Semua saya kerjakan demi mencari "sesuatu" yang hilang dari hati saya itu... tapi tetap dan tetap hati ini kosong. Dan saya putus asa! Dan perasaan putus asa ini keluar menjadi sikap yang skeptis dan menolak kebenaran. Saya membenci apa yang sebenarnya paling saya butuhkan saat itu: Tuhan Yesus.

ALLAH MULAI MENEBAR JARINGNYA!

"Ci, kalau kita bisa mengerti semua pikiran Tuhan, ya kita aja yang jadi Tuhan! Ivon rasa ada beberapa hal yang memang nggak bisa dijelasin pake kata-kata deh...." Perkataan adik saya itu sungguh menusuk dan membuat saya berpikir. Hmmm.. masuk akal. Logika saya termasuk kuat untuk seorang cewek. Heheh.. saya tidak akan menerima sesuatu yang tidak masuk di akal saya. (Meskipun di sekolah saya terkenal sebagai "Asisten Dukun" karena kemampuan saya meramal dengan kartu, astrologi, dll.) Sekali lihat orang, saya bisa tahu zodiak dia apa, saya bisa tahu cowok atau cewek yang cocok sama dia yang gimana..... Oh, saya tidak punya ilmu. Hanya sedikit memakai akal dan banyak membaca buku untuk "menipu" dan "mempermainkan" temen-teman yang girang sekali kalau saya mulai "menggelar acara meramal"! Dengan begitu saya bisa sedikit populer. Dan ajaibnya banyak orang kristen datang minta diramal sama saya! (Saya waktu itu mencibir dalam hati. Kalian bilang percaya Tuhan tapi percaya juga pada omong kosong saya?) Dan Allah tahu masalah logika saya ini. Dan Dia membuktikan bahwa diriNya bukan sekedar ilusi, mistis, atau kepercayaan. God does exist. Dan Dia mulai berbicara.

SESUATU TENTANG ALKITAB YANG TIDAK PERNAH SAYA TAHU
Suatu hari adik membawa pulang sebuah buku dengan judul: "Nubuatan Akhir Jaman". Sudah jelas guru les nya yang meminjamkan. Dan beberapa buku lain, tetapi buku itu paling menarik perhatian saya.

Seperti layaknya manusia, kita tertarik dengan hal-hal penuh sensasi. Dan meskipun adik saya belum kristen waktu itu, dia suka mendengar cerita ttg kiamat, akhir jaman, mukjizat, dll.

Saya tentu saja pernah mendengar tentang kiamat. Tetapi tidak pernah sungguh-sungguh mengerti karena kalo kiamat bagaimana ada reinkarnasi dan sebangsanya? Pada akhirnya adik saya tidak pernah membaca buku itu. Dia terlalu malas untuk membacanya....Sayalah yang membacanya. Atau lebih tepatnya mengupasnya dan menyelidikinya. Dan saya mulai takjub.

Tidak pernah saya lihat satu buku yang bisa menjelaskan fenomena di dunia ini... kecuali buku yang saya baca itu, dengan sumbernya: Alkitab
.

Segala tentang perang, penyakit, bencana alam, pecahnya negara-negara, terbentuknya PBB, rencana terbentuknya MEE (oh, saya langsung teringat guru ekonomi SMA saya, orang Batak, pernah berkata bahwa akan tiba saatnya dunia bersatu dan antikris akan muncul,... tentu saja waktu itu saya mendengarnya sambil setengah tidur karena saya tidak perduli dengan semua itu!), dst dst.

Sore itu juga saya pergi ke toko buku kristen dan membeli alkitab yang paling besar, dan mulai menyelidiki buku tersebut dengan seksama. Buku itu ekstrim. Sungguh. Bagi para pecinta damai, tidak akan suka membaca buku ini. Dengan terang-terangan dan tidak sopannya si pengarang membeberkan perbedaan kristen dengan agama lain. Dia menunjukkan persamaan yang terdapat dalanm seluruh agama di dunia, kecuali satu yang tampil beda: Kristen. Sombong sekali bukan?

Anehnya saat itu saya tidak lagi tersinggung. Saya tidak lagi peduli. Saya terlalu haus akan kebenaran untuk tersinggung. Saya terlalu takjub melihat nubuatan dalam Alkitab yang satu demi satu tidak pernah gagal terpenuhi... saya mulai melihat kalau Alkitab pun penuh dengan logika, fakta... Alkitab ternyata berhubungan dengan dunia yang sekarnag saya tinggali! Mulai saat itu, pandangan saya ttg kristen berubah.

TINDAKAN YANG SAYA TIDAK PERNAH PIKIR AKAN SAYA LAKUKAN
Saya memborong buku renungan! Mulai dari Renungan Harian, Dian Kampus, Imamat Rajani, Rajawali... hampir semua renungan yang ada di toko buku kristen itu saya beli! Dan satu hari saya bisa melahap berlembar-lembar renungan. Saya harus tahu lebih tentang Yesus! Dan saya mulai melahap Alkitab. (Peduli saya mengerti atau tidak, saya hanya merasa dorongan bahwa saya harus membacanya!). Empat pasal sehari. Itu wajib. Ditambah buku renungan yang seabrek-abrek.

Dan sungguh, untuk pertama kalinya, saat saya membaca Alkitab dan firman Tuhan di dalamnya, itu bukan lagi tulisan-tulisan mati yang tidak ada arti untuk saya. Pertama kali saya merasakan ditegur, dinasihati, dihibur, dikuatkan (meskipun saya tidak begitu yakin itu Tuhan atau hanya imajinasi saya).... dan terlebih tidak pernah seumur hidup saya, saya menjadi begitu mengerti kakater saya, kejelekan saya, rasa malu saya.... Saya mulai mengenal diri sendiri. Saya mulai merasa Tuhan itu benar-benar ada... Dan saya mulai ingin lebih.

Percaya atau tidak, setelah bertahun-tahun, saya akhirnya dengan keinginan sendiri menginjakkan kaki saya ke sebuah gereja di daerah senen. Tidak ada alasan khusus saya memilih gereja itu. Hanya karena "kebetulan" itulah satu-satunya gereja yang saya tahu karena secara "kebetulan" juga selama sebulan saya pergi ke sana untuk mencatat kotbah. Allah dahsyat bukan?

Dan demi bisa ke gereja itu, (karena papa saya terlalu malas untuk bangun pagi), saya memberanikan diri untuk menyetir kembali! Dulu saya pernah tabrakan dan sempat trauma sehingga tidak pernah lagi semenjak kecelakaan itu saya pegang setir mobil. Kali ini, demi sesuatu yang pernah saya benci sedemikian rupa, saya duduk di belakang setir mobil dan sepanjang jalan berkomat-kamit meminta perlindungan untuk sampai tujuan dengan selamat! (Adik perempuan saya masih bisa tidur dengan santainya di mobil, sampai mama saya dgn terkejut berseru:"Kamu bisa tidur dalam mobil yang disetir cicimu?" Wah, thanks mam untuk kepercayaanmu! Hahaha....) Oh, tidak pernah saya menyetir sampai daerah senen. Hanya sampai rumah teman saya di sunter, dan dari sana kami naik mobilnya ke senen.

Saya bahkan mulai memaksa teman saya yang suka terlambat itu untuk tidak lagi terlambat. Bahkan kalau dia mulai malas ke gereja, saya yang ngeyel supaya dia pergi... masalahnya dia tumpangan saya. Hehehe.... Teman-teman sekelas bingung karena saya yang dulu suka mengkritik Yesus, mulai dengan semangat (dan dengan pengetahuan ala kadarnya) bercerita ttg Yesus. Paling tidak bercerita ttg apa yang saya dapatkan dari buku renungan yang saya baca. Dan koko angkat saya yang cukup kristen dan cinta Tuhan meskipun juga cinta damai menjadi teman sharing saya.

Adik cowok saya ikut heran, mengapa cicinya jadi sibuk mengurusi Yesus? (Tidak yang cewek. Yang cewek ikut saya ke gereja. Seharusnya sih dia menjadi ko-pilot saya selama menyetir... tetapi sepeti yang sudah kita lihat... dia tidur dengan pulasnya. Hmmmm...). Dia nampaknya mewarisi "ilmu antikris dan anti Tuhan" hasil cuci-otak dari saya. Hmmm.. hal yang cukup saya sesalkan kemudian. (Pada akhirnya, setelah 6 bulan penuh doa tangis dan puasa, dia bertobat. Puji Tuhan! Mulai sejak itu saya berhati-hati kalau sharing sama orang, terutama hal yang saya sendiri kurang jelas dan kurang mengerti.)

Orang tua mulai cemas karena nampaknya anak sulungnya ini serius dengan gerejanya. Wah, bagaimana kalau nanti kita mati dan tidak ada yang sembahyangin kita? Tapi merekapun tidak bisa mencegah saya ke gereja!
...... Saya masih belum percaya saya melakukan semua itu untuk Yesus!

ALLAH MENGGUNCANG: MEI 1998
Semua masih ingat tentunya bulan tragis ini. Saya tidak akan pernah lupa. 12 Mei 1998, saya terkurung di kampus Untar, dan menyaksikan dengan mata sendiri tentara kita baku hantam dengan mahasiswa Trisakti. Bahkan banyak mahasiswa Trisakti yang berilndung di kampus Untar.

Saya melihat seseorang yang nampaknya tertembak dan dibawa masuk klinik Untar. Saya merasakan pedihnya gas air mata (padahal itu asli hanya sisa-sisa gas air mata) dan tidak bisa membayangkan bagaimana pedihnya kalau itu bukan sisa-sisa! Untuk pertama kalinya saya, di lantai 8 kampus saya, berdoa dengan orang-orang kristen yang lain. Tentu saja saya paling bodoh sendiri karena tidak tahu apa yang harus saya doakan di sana. Yang saya tahu saya tidak terlalu takut karena pikir saya: mati toh barengan. Hehehe...

Waktu itu koko angkat saya memberi saya mazmur 91. "Kalau kamu takut, baca saja pasal ini." Pacar saya tidak banyak berbicara. Dan dia juga nampaknya tidak terlalu tahu bagaimana harus berdoa.

(belakangan saya tahu meskipun dia kristen sejak lahir tapi tidak pernah sungguh-sungguh mengenal Tuhan). Dan pada akhirnya, tgl 15 Mei... kekacauan massal. Toko orang tua saya di daerah mangga dua dibakar massa. Tidak ada yang tersisa. Dan untuk pertama kalinya saya melihat orangtua saya menangis di depan anak-anak. Saat itu, baru saya mulai takut.

Terlebih dengan adanya berita-berita pemerkosaan, pembunuhan, perampokan... Orangtua saya dan kakek nenek saya nampaknya punya trauma yang lebih lagi karena mereka melewati cukup banyak waktu di mana peristiwa seperti ini bahkan mereka alami secara pribadi. Karena itu mereka mulai bersiap-siap mengungsi. Kami tidur satu kamar bertumpuk-tumpuk... saya tidur membawa gunting (yang saya pikir-pikir lagi agak-agak bodoh karena apa gunanya gunting kecil dibanding massa kalau mereka menyerbu masuk rumah coba?)...

Keluarga kami mengungsi dari Kelapa Gading ke Pulo Mas (sementara orang-orang Pulo Mas mengungsi ke Kelapa Gading! Hahaha....)

Untuk pertama kalinya saya sadar: tidak ada tempat yang aman. Yang bikin saya sangat stress adalah saat mama saya setengah menangis menjejalkan segepok uang ke dalam kantung baju saya dan memerintahkan saya membawa kedua adik saya mengungsi ke Singapur besok, dengan pesan:"Kalau sampai terjadi apa-apa dengan papi dan mami, kamu jaga adik-adik kamu yah?" Betapa saya benci jadi anak sulung! Bagaimana mungkin saya bisa menjaga kedua adik saya? Saya belum lulus kuliah! Apa yang bisa saya lakukan untuk menjaga mereka? Tapi saya tidak ingin menambah stress mama saya sehingga saya hanya mengangguk. Mereka menolak pergi ke Singapore. Mereka menyuruh kakek nenek saya yang menemani kami.

Saat itu dunia benar-benar gelap dan error. Saya dan kedua adik saya membaca Mazmur 91 setiap malam dan meskipun itu menenangkan tapi tetap saya cuku stress dengan tanggung jawab yang tiba-tiba saja harus saya emban. Dan saya tidak suka menerima kenyataan bahwa ortu saya tidak akan pergi bersama saya! Sampai satu hari sebelum ke Singapore, entah bagaimana kakek saya nyolong-nyolong keluar dengan mobilnya dan melihat-lihat daerah kelapa gading. Dan pulang-pulang dia membawa sepucuk surat untuk saya.

Saya lupa itu kartu ucapan apa, tapi yang saya ingat, teman yang mengirimkannya menyelipkan satu pembatas buku dengan ayat alkitab yang menjadi salah satu favorit saya sampai sekarang:

"I can do all things through Him who strengthen me." (Phil 4:13) Dan saat itu untuk pertama kalinya saya mendengar suara Tuhan (bukan audible) dalam hati:"Pergilah ke Singapur. Aku menyertaimu. Jangan takut." Dan segera perasaan tenang menguasai saya. Saya masih cemas, tapi saya tidak lagi stress. Dan tidak pernah lagi saya meragukan bahwa Tuhan itu hidup!

DIKURUNG DI S'PORE

Kami berangkat. Bawaan saya yang terpenting adalah alkitab, dan sebuah buku renungan inggris dgn judul: Everyday with Jesus 365 days. Dan di flat yang disewakan dengan murah oleh teman papa kami di s'pore, saya setiap hari mulai belajar berdoa dan membaca renungan tsb. Saat itu pikiran saya kacau. Saya tidak mengerti bagaimana Tuhan yang mulai saya percayai adalah Tuhan yang baik, yang adil, dst bisa-bisanya membiarkan perkara ini terjadi. Saya punya banyak pertanyaan yang bahkan saya sendiri tidak tahu bagaimana harus menanyakannya! Dan Allah berbicara lewat buku renungan itu.

Buku renungan yang saya beli hanya karena gambar depannya bagus dan terhitung murah untuk buku import, dan tidak pernah saya baca sebelumnya. Dan saya, entah bagaimana, mulai melihat kasih dan keadilan Allah, bahkan leawt peristiwa yang mengerikan itu. Saya mulai mengenal Tuhan dengan lebih dalam. Dan saat itu saya sepenuhnya yakin, tidak ada jalan di luar Yesus. Tidak ada hidup di luar Yesus. Tidak ada pengharapan di luar Yesus. Tidak ada sukacita di luar Yesus. Tidak ada damai di luar Yesus. Di luar Yesus, tidak ada apapun. Di sana, di singapura, di sebuah kamar flat yang sempit, saat kedua adik saya tertidur dengan pulas... saya menemukan Kekasih Jiwa saya. Jaring Allah mendapatkan ikanNya.

IMAN COBA-COBA

Tiba saatnya untuk pulang! Tapi masalahnya sekarang, bukan hanya kami berlima yang ingin pulang. Begitu banyak orang indo yang ngungsi yang juga ingin pulang! Dan kami harus menunggu. Dan adik-adik mulai ribut karena mereka akan ketinggalan ujian kalau tidak pulang! Hari itu, kakek saya menolak untuk ke airport. Toh kita juga waiting list. Tidak akan dapat tiket lah! Saya dengan sebal memandang dia karena dia naik pesawat lain dengan kita, dan tiket dia sudah konfirm. Akhirnya kami berhasil memaksa dia untuk mengantar kami ke airport. Dan 60 orang lebih menunggu di waiting list untuk mendapatkan kursi. Astaga!

Kami telah berdoa dengan iman ala kadarnya supaya Tuhan memberi kami tiket. Hei, bagiamanapun Alkitab mengatakan iman sebiji sesawi sudah cukup! (Saat di ruang tunggu itu saya mulai ragu apakah iman saya lebih kecil dari biji sesawi! Hahhaa....) Saat pengurus loket memanggil nama-nama yang berhasil mendapatkan tiket, dengan kecewa kami harus mendapati kenyataan bahwa kami tidak pulang hari itu. Kakek nenek saya dengan segera memberesi koper-koper dan bersiap pulang. Adik cowok saya mencibir dan meskipun dia cukup sopan untuk tidak menghina terang-terangan, saya tahu dia merasa bodoh telah berdoa beberapa hari ini. (Dia ikut berdoa juga. Belakangan setelah bertobat saya baru tahu bahwa saat dia mencibir itu dia menguji Tuhan: "Kalau Engkau beneran ada, kalau kita dapet tiket, aku bakal jadi kristen!" Tentu saja, dia segera lupa akan "jasa" Tuhan itu. ) Tinggal saya dan adik perempuan saya, yang tidak rela meninggalkan lapangan. Saat itu adik saya menggenggam tangan saya erat-erat dan berkata:"Berdoa lagi ci!" Oh? Oke. Toh tidak ada ruginya. Dan dengan takjub saya mendengar petugas loket memanggil nama nenek saya! (yang pada saat itu sudah mencapai pintu keluar) "Maaf, ada kekeliruan. Empat tiket terakhir ini untuk kalian." Can you believe that? Adik saya melompat dan berseru memanggil nenek saya yang dengan tergopoh-gopoh kembali dengan kopornya. Empat tiket terakhir.... Dan entah kekeliruan apa yang dia maksud, tapi yang jelas nama kami tadinya tidak tercantum di sana. Kami semua pulang hari itu!

"SAULUS" ITU TELAH MENJADI PAULUS

Oh, jangan salah sangka. Saya tidak sedang mencoba membandingkan diri saya dengan Paulus. Tapi beberapa teman saya terkadang bergurau dengan mengatakan,"Dulu lu kayak Saulus, kok sekarang jadi Paulus sih?"... dan Puji Tuhan, mereka benar. Saya melihat hidup saya diubahkan Tuhan. Sama seperti Ia mengubah hidup Saulus menjadi Paulus.

Kekosongan di hati saya telah lenyap. Ada Tuhan Yesus di sana. Tidak ada keraguan bahwa Ia lah Tuhan. Dan semenjak dari S'pore, tidak ada satu hari saya tidak bercerita ttg Yesus pada teman-teman saya di kampus dan bahkan dgn berani sedikit memaksa mereka yang beragama lain untuk percaya pada Tuhan saya! Saya mulai mengerti meskipun orang kristen tidak sempurna, mengecewakan, terkadang lebih parah daripada orang yang tidak kenal Tuhan... tetapi Allah nya orang Kristen itu sempurna. Tuhan Yesus sempurna.

Dan orang-orang kristen tidak lebih dari para pembunuh, pemerkosa, pencuri, anak bandel, broken home, dan bandit-bandit dan pendosa-pendosa lain yang menerima kasih karunia Allah. Saya belajar butuh waktu bagi seseorang untuk berubah, termasuk saya. Saya belajar untuk mengasihi dan mengampuni. Saya mulai mengerti kerinduan yang membakar orang-orang kristen "fanatik" yang dulu mencekoki saya dengan injil meskipun sudah saya usir-usir, dan saya lebih berterimakasih pada mereka sekarang. Bahkan saya telah menjadi jenis orang yang dulu paling saya benci! Hahhaa... Pacar saya protes karena pembicaraan saya sangat-sangat "tidak duniawi" dan dia berkata dia lebih suka saya yang dulu. Dia tidak bisa mengerti mengapa dia kristen dan saya kristen tapi dia tidak se"fanatik" saya? Well, saya juga tidak mengerti. Singkat cerita saja, kita bubar.

Saya percaya manusia lama saya sudah berlalu, dan yang baru di dalam Yesus telah datang. Kalau dia lebih menyukai manusia lama saya, sayang sekali. Manusia lama saya tidak akan bangkit lagi! Jadi sebaiknya dia mencari cewek lain saja. Bubarnya tidak setega dan semudah kalimat saya di sini. Tapi kita akan bersaksi masalah "pacar VS pasangan hidup" di lain kesempatan.

Saat ini saya hanya hendak mengakhiri kesaksian saya dengan mengucap syukur, bahwa Tuhan tidak pernah berhenti membentuk saya semenjak saya lahir baru. Saya dan adik saya yang perempuan dibabtis selam berbarengan. Dan meskipun saat saya melihat kolam pembabtisan yang terpikirkan hanyalah jangan sampai menelan air (dan sama sekali bukan hal-hal rohani seperti rasa terharu diselamatkan, dst), tapi saya tidak akan lupa hari itu.

Saya bersyukur bahwa di sejelek apapun saya, kasih Tuhan sanggup menerima saya. Saya, yang ditolak manusia, diterima oleh Allah!! Saya, yang sering minder dan berpikir diri tidak ada harganya, dihargai seharga nyawa Tuhan sendiri! What an amazing grace, huh?

Saya bisa melihat diri saya 2 tahun lalu dan berkata:"Astaga Tuhan! Bagaimana Kau bisa sabar menghadapi karakter saya?" Bahkan jika dibandingkan dengan saya 2 bulan lalu, saya tetap akan mengatakan hal yang sama.

Allah terus berkarya dalam hidup saya. Dia sungguh tidak pernah melepaskan mataNya dari kita. Bahkan saat saya ke gereja, tanganNya lah yang menuntut dan memilihkan untuk saya. Juga kepergian saya ke Taiwan. Dan banyak hal lainnya. Saya akan menghabiskan lebih banyak waktu kalian kalau saya menceritakan bukti kasihNya dalam hidup saya! (tapi saya yakin kalian punya pengalaman berharga sendiri dengan Tuhan kita.

Saya ada sekarang ini, dan saya hidup, karena Yesus hidup. And hallelujah to that.




Article Directory: http://www.sumbercerita.com/
READ MORE - Kesaksian: Saya Benci Orang Kristen