AJARAN KRISTEN SEBAGAI PENUNTUN HIDUP

ajaran kristen tentang banyak hal

Yesus berkata: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Senin, 10 Desember 2012

Renungan Harian : Lihatlah dengan Mata Hati

Bacaan : Lukas 10:25-37
Nats : Lukas 10:33
Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

Bencnaa dmei bnecana memnipa bagnsa ini, dari becnana aalm sapmai bnecana kemnausiaan. Pnederiatan mugnkin betrambah aikbat hialngnya kepeakan ktia terahdap seasma aikbat hialngnya kepeakan ktia terahdap seasma.

Jika mata kita mampu menangkap makna dari kesemrawutan kata-kata, seharusnya mata batin kita, dalam situasi apapun, tetap peka untuk melihat dan merasakan derita sesama. Hilangnya kepekaan pada sesama adalah bencana terbesar bangsa.

Seperti halnya Anda, ketika pertama kali membaca iklan layanan tersebut saya berpikir apakah si pembuat iklan salah tulis. Namun pada akhirnya saya tahu bahwa kesemerawutan kata yang disengaja tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa mata batin kita harusnya juga peka, sepeka mata jasmani kita saat melihat kesemerawutan. 

Sesungguhnya kadangkala mata batin kita tumpul, tidak peka atau bahkan sudah mati rasa, meski mata jasmani kita melihat penderitaan, bencana, kesusahan, kesulitan bahkan ketidakadilan yang dialami oleh sesama kita. Jujur saja, saya sangat tertemplak dengan iklan layanan tersebut. Tuhan berbicara lewat iklan kepada saya secara pribadi! Saya belum berbuat banyak terhadap sesama yang sedang hidup dalam penderitaan.

Meski sudah menjadi orang Kristen, tetap saja kita menjadi manusia-manusia egois yang hanya peka dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan diri kita sendiri. Jangankan untuk masyarakat umum yang lebih luas, kadangkala dengan saudara seiman sendiri yang selalu duduk bersama-sama, kita juga tak cukup peduli. Selama kita beres-beres saja, kita tak akan ambil pusing dengan yang lain. 

Bukankah sejak ribuan tahun yang lalu Yesus telah mencoba mencelikkan mata batin kita dengan cerita klasik, perumpamaan orang Samaria yang murah hati? Apakah hati kita sudah sedemikian menebal hingga kehilangan sensitivitasnya? Apakah keegoisan memang sudah membutakan mata batin kita? Apakah artinya kasih yang kita gembar-gemborkan, tapi pada hakikatnya itu semua hanya kamuflase belaka? Saya menulis renungan ini dengan hati yang bertobat dan berdoa kepada Tuhan agar Ia terus mencelikkan mata batin saya.

Buka mata hati untuk peka dengan penderitaan sesama kita.

Sumber : http://www.renungan-spirit.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar