
Tahun 1984, industri perfilman Indonesia jatuh,
membuat saya harus mencari cara lain untuk tetap mendapatkan
penghasilan. Teman saya mengajak untuk berbisnis. Kami kemudian membuka
sebuah perusahaan, dengan harapan nama Robby Sugara sebagai direkturnya
bisa menjadi hoki dan menarik banyak transaksi bisnis. Tetapi harapan
perusahaan itu akan menghasilkan keuntungan besar ternyata tidak
terwujud. Waktu berjalan, perusahaan malah menyedot aset pribadi saya
untuk membayar gaji karyawan dan...