AJARAN KRISTEN SEBAGAI PENUNTUN HIDUP

ajaran kristen tentang banyak hal

Yesus berkata: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Kamis, 18 Agustus 2011

Renungan Harian: Hak-hak Allah

Bacaan: Yesaya 5:1-7
Nats: Yesaya 5:2
Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.

Kidung Yesaya yang menggambarkan bangsa Israel sebagai kebun anggur milik Allah telah mengajarkan kepada kita bahwa Allah berhak untuk mengharapkan kasih, penyembahan, dan ketaatan dari orang-orang yang diberkatinya. Sayangnya, seperti orang-orang pada zaman Yesaya, banyak di antara kita yang menunjukkan sedikit rasa terima kasih. Dan kita dengan sengaja merusak hukum-hukum moral-Nya. Ketika kita bersikap seperti ini, Allah tentunya berhak untuk memberikan hukuman.

Sejarah mengungkapkan apabila sebuah bangsa mengabaikan Allah dan menolak firman-Nya, bangsa itu akan menuai buah yang pahit.

Pada hari ini kita diingatkan kembali mengenai kemerdekaan yang telah kita nikmati. Kita harus benar-benar mensyukuri kemerdekaan ini. Namun, kadang-kadang kita menyepelekannya, kurang peduli terhadap orang-orang yang mendapatkan berkat tidak terlalu banyak. Kita menjadi bangsa yang individual yang secara egois memaksakan hak, melakukan hal-hal yang tidak adil terhadap orang lain, dan tidak memikirkan kesejahteraan mereka.
Yang terburuk, sewaktu menuntut untuk mendapatkan kemedekaan pribadi, kita tidak terlalu mendengarkan hak-hak Allah. Karena itu, kita perlu menyadari bahwa Dia adalah "Tuan atas kebun anggur". Dia berharap agar kita menghasilkan buah-buah kasih dan ketaatan, dan bukannya anggur asam dari rasa tak bersyukur dan kejahatan (Yesaya 5:2)

Saat kita bersyukur kepada Allah atas hak-hak kita, janganlah kita melupakan hak-hak Allah.

KEMERDEKAAN SEJATI ITU BUKAN BERJALAN MENURUTI DIRI SENDIRI MELAINKAN BERSERAH DI JALAN ALLAH
READ MORE - Renungan Harian: Hak-hak Allah

Jumat, 12 Agustus 2011

Renungan Harian: Bawaan Konyol

Ibrani 12:1
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

Pada tahun 1845, ekspedisi Franklin yang sial berlayar dari Inggris untuk menemukan suatu terusan yang melewati Laut Artik.

Awak kapal mengisi dua kapal layar mereka dengan banyak barang yang tidak mereka perlukan: perpustakaan yang terdiri dari 1200 buku, keramik terbaik, gelas kristal, dan peralatan makan yang terbuat dari perak murni, dengan inisial setiap perwira yang diukir pada setiap pegangannya. Yang mengherankan, setiap kapal hanya membawa persediaan batubara cadangan untuk mesin uap cuma cukup untuk 12 hari.

Kapal itu terjebak di padang es yang beku dan sangat luas. Setelah beberapa bulan, Lord Franklin tewas. Anak buahnya memutuskan untuk menyelamatkan diri dalam kelompok-kelompok kecil, namun tak ada satu pun yang selamat.

Ada satu cerita yang sangat menyedihkan. Dua perwira menarik sebuah kereta salju besar sejauh 104.585 km melewati es yang berbahaya. Pada saat regu penyelamat menemukan jasad para perwira tersebut, mereka menemukan bahwa kereta salju tersebut berisi meja perak.Mereka membuka jalan bagi kematian mereka sendiri dengan membawa barang yang tidak mereka perlukan.

Bukankah kita kadang kala melakukan hal yang sama? Kita pun menyeret beban yang tidak kita perlukan dalam kehidupan, bukan? Pikiran-pikiran jahat menghalangi kita. Kebiasaan-kebiasaan buruk menghalangi kita. Kebiasaan-kebiasaan buruk meronrong kita. Ketidakrelaan yang tidak kita lepaskan.

Marilah kita bertekad"menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita"

READ MORE - Renungan Harian: Bawaan Konyol

Rabu, 03 Agustus 2011

Renungan Harian: Sukacita dalam Kemiskinan

Pembacaan: Habakuk 3:14-19
Renungan: Habakuk 3:17,18
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."

Dalam buku 450 Stories for Life, Gust Anderson menceritakan kunjungannya ke sebuah gereja di suatu daerah pertanian, di sebelah timur Alberta, Kanada. Di daerah itu telah berlangsung kekeringan selama 8 tahun. Kondisi ekonomi petani di daerah itu tampaknya tak ada harapan lagi. Meskipun dalam kemiskinan, banyak di antara mereka yang terus berkumpul untuk memuji dan menyembah Allah.

Anderson sangat terkesan dengan kesaksian seorang petani yang berdiri dan mengutip Habakuk 3:17,18. Dengan sungguh-sungguh petani itu berkata,"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." Anderson berpikir, orang suci itu telah menemukan rahasia sukacita sejati.

Refleksi:
Mendapatkan kesenangan dari barang-barang yang dapat dibeli memang bukan suatu kekeliruan. Akan tetapi, jangan sampai kita mengandalkan barang-barang tersebut untuk mendapatkan kebahagiaan. Apabila kepuasan kita ditentukan oleh kepemilikan atas barang-barang, kita akan hancur saat kehilangan barang-barang tersebut. Tetapi jika sukacita kita terletak di dalam Allah, tidak ada seorang pun yang dapat merusakkannya, bahkan kesulitan ekonomi pun tidak.

Ya, orang-orang yang mengenal dan memercayai Tuhan akan bersukacita ~Bahkan dalam kemiskinan~

READ MORE - Renungan Harian: Sukacita dalam Kemiskinan

Senin, 01 Agustus 2011

Kesaksian: Di Balik Sebuah Kesukacitaan

Kebahagian hidup berumah tangga tak lengkap tanpa kehadiran anak-anak. Dan hal ini merupakan dambaan seluruh pasangan suami istri yang ingin membina kehidupan yang lebih baik ke depan.

Hampir tiga tahun pernikahan kami, ada banyak pertanyaan yang terlontar dari berbagai kalangan entah itu kerabat, keluarga, kenalan maupun tetangga tentang kehadiran anak - anak di tengah keluarga kami. Hal ini menjadi sebuah pergumulan yang berkepanjangan bagi kami. Tidak sia-sia, ketika umat benar-benar percaya dan berharap pada Kristus, karena Ia mampu melakukan hal yang sangat mustahil dalam pandangan manusia. Tanggal 3 September 2004, menjadi sebuah titik awal jawaban Tuhan atas pergumulan kami, ketika dokter kandungan mendiagnosa bahwa ada tanda-tanda kehamilan, ini merupakan sebuah berita kebahagian bukan ? Namun di balik kebahagian itu pula ada tanda yang lain yakni tumbuhnya daging lebih diseputar area kandungan yang pada akhirnya diketahui; ada mioma uteri.

Di usia kandungan hampir mendekati 7 bln, dokter memeriksa detak jantung bayi yang aku kandung dan melihat fungsi paru- parunya, dan menurut dokter sangat baik, dan aku siap dioperasi,namun aku balik bertanya pada dokter,bagaiman dengan berat badan bayiku,kata dokter 1,4 ke 1,5 Kg. Jujur aku dihinggapi kekhawatiran untuk dioperasi dengan pertimbangan bahwa bayiku di bawah timbangan atau berat bayiku agak kurang dan sangat rawan, aku tegaskan kepada dokter bahwa bayi ini adalah anak pergumulan, jika kami ke dokter kami akan pergi ke gereja juga dan berdoa bersama dengan hamba Tuhan untuk bayi kami, jadi aku berharap dokter bisa memikirkan kembali diagnosanya. Dan diluar dugaan, dokter mengiyakan permintaan kami, "bapak dan ibu pulang dulu, berdoa & bergumul kembali, saya hanya manusia biasa dan biarlah Tuhan yang akan memutuskan apa yang paling terbaik," kata dokter.

Kami berdoa & bergumul seperti biasanya sebelum kami kembali ke dokter. Dan diusia kandungan mendekati 8 bln, aku ke dokter, dan kata dokter berdasarkan hasil USG keadaan bayi kami baik,dan sehat, dengan berat badan mendekati 2,4 ke 2,5 kg, dan kata dokter adalah waktu yang tepat untuk di operasi dengan berbagai pertimbangan antara lain : tekanan darah tinggi,  miom, perkapuran pada plasenta dan bayi yang terus pada posisi sungsang, dan keputusan akhirnya bayi kami akan dilahirkan dengan jalan operasi cesar. 19 April 2005,bayi kami dilahirkan. Lima menit berlalu dari sebuah tindakan operasi, ada lagi keputusan yang berubah, ketika awal kesepakatan untuk mengangkat miom menjadi berubah dengan mengangkat usus buntu.
Kebahagiaan menjadi seorang ibu dimulai dengan kehadiran seorang bayi perempuan yang cantik yang kami beri nama "Diva", dengan harapan dia akan menjadi seorang Diva kelak dikemudian hari, dalam artian kami Diva akan menjadi teladan, bahkan menjadi berkat bagi banyak orang. Tetapi di balik kebahagiaan yang kami rasakan, ternyata masih ada tantangan kehidupan yang mesti dijalani, tiga hari berpuasa paska operasi, menurunkan daya tahan fisik-ku, dan aku menggigil kedinginan, demam dan tekanan darah tinggi yang naik drastis menghiasi hari-hariku disebuah rumah sakit. Delapan hari lamanya aku terbaring lemah, namun aku sangat tahu bahwa segalanya akan berlalu dalam kemuliaan dan mujizat yang Tuhan Yesus buat dari hari lepas hari.                  
Tanggal 27 April  2005, menjadi awal hari-hari membahagiakan di tengah keluarga, ketika si kecil dan aku kembali kerumah.

Kembali ke rumah penderitaan menghiasi hari-hariku, ketika aku menggigil kedinginan karena malaria, sehingga dokter menyarankan untuk terapi malaria dengan mengkomsumsi obat malaria sesuai aturan tertentu, lepas dari malaria, kembali aku didera dengan nyeri pada tempat operasi, sehingga aku menangis dan berseru "Tuhan belum berakhirkah penderitaanku?" Seminggu lamanya, aku harus terbaring lagi, dengan perawatan intensif oleh seorang dokter, Susi Septiawarni namanya, ia benar-benar seorang dokter yang sabar dan tanpa pamrih berbagi waktu prakteknya hanya untuk merawat luka yang aku alami, hingga lukaku berangsur-angsur sembuh, namun derita belum juga berakhir ketika ada daging lebih yang keluar dari kelaminku , entah karena apa, tapi satu hal yang tetap kuyakini Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi kekuatan umatnya, dan itu nyata ketika aku kembali terbaring di sebuah rumah sakit umum pada tanggal 21 Juni aku dimasukkan di ruangan operasi dengan dua alternatif : kuretase / pembersihan serta pemotongan jaringan yakni daging yang keluar dari kelaminku dan bila terjadi pendarahan maka kandunganku akan diangkat beserta dengan miom  yang tumbuh di dalamnya.
Tepat jam 00.00 malam, aku bersujud di lantai kamar tempat aku dirawat, dan kepada Tuhan Yesus aku meminta "Tuhan jika Engkau yang memberikan & menjawab pergumulan panjang kami dengan menghadirkan Diva, maka berilah hamba kehidupan untuk menjawab tanggung - jawab hamba sebagai seorang Ibu dan seorang istri bagi suamiku, dan aku pegang sungguh janji Tuhan untuk menolong umatnya, jika Tuhan berkehendak tanpa operasi pun tumorku akan keluar/hilang/lenyap. Dan aku minta kepada Tuhan Yesus agar diagnosa Tuhan Yesus yang jadi bukan diagnosa dokter".  Sebelum operasi dilakukan beberapa petugas medis terus mengingatkan aku akan kebesaran Kasih Kristus dan mencari kepastian jika aku benar mengandalkannya, dan aku bersukacita mengakui sungguh bahwa aku mengimani Kristus dan pekerjaan Ilahinya.
Proses operasi berakhir dengan hanya melakukan tindakan kuretase dan pemotongan jaringan yang akan diteliti lebih lanjut, terlalu ajaib pekerjaanNya, jujur sebagai seorang perempuan adalah hal yang sangat berat jika terjadi pengangkatan kandungan meski semua itu menjadi pertimbangan medis, aku tahu pasti ada maksud Tuhan yang lebih indah di balik tindakan medis ini. Januari, 11'2006 aku kembali ke dokter kandunganku untuk kontrol, dan tanpa diduga sama sekali dokter memberitahukan hasil pemeriksaan jaringan yang dipotong, dan ternyata itu adalah tumor yang menciut dan keluar dengan sendirinya. Kunaikan syukur untuk Tuhan Yesus karena doaku dijawab olehNya. Dalam doa yang penuh harap aku bermohon jika Tuhan Yesus berkehandak tanpa obat - obatan dan operasi sekalipun, aku dapat dipulihkan, dan itu nyata!!!

Pergumulan pribadiku menjadikan aku sadar bahwa di balik sebuah kesukacitaan ada juga tantangan hidup yang lain, yang pada akhirnya membentuk sebuah kesabaran, ketekunan untuk terus mendekatkan diri pada Tuhan, aku tahu kini ada iman, pengharapan dan kasih tetapi ada juga salib yang tetap menjadi bagian hidup orang percaya, dengan iman yang sungguh aku tetap pegang janji Tuhan "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya pada Tuhan (Yer 17 : 17) & (Yoh 11: 4) .. penyakit tidak membawa kepada kematian tetapi supaya Tuhan dimuliakan lewat penyakit kita.

Kuakhiri kisahku dengan sebuah pernyataan : penderitaanku tidak ada artinya dibandingkan kebahagiaan yang Tuhan Yesus berikan, yakni menjadi seorang ibu.

Aku menyampaikan terima kasihku yang tiada terhingga untuk Kristus Tuhan, semua yang mendukungku dalam berbagi bentuk keprihatinan, para pelayan Tuhan dan hamba-hamba Tuhan pada Jemaat Bethania, Poka, Unit VI Mahanaim, AM GPM Ranting Victorius, TPI Mahanaim II, para medis bahkan semua pihak yang tulus berbagi kasih di tengah penderitaan yang aku alami, Tuhan Yesus Memberkati... Amin
READ MORE - Kesaksian: Di Balik Sebuah Kesukacitaan

Renungan Harian: Jatuh Bebas

Bacaan: Ulangan 32:1-14
Nats: Ulangan 32:11-12
Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.

Dalam nyanyian lembut Musa pada bacaan alkitab hari ini, Allah digambarkan sebagai induk rajawali yang bisa dipercaya oleh anak-anaknya, bahkan dalam pengalaman yang menakutkan seperti belajar terbang.

Seekor induk rajawali membangun sarang yang nyaman untuk anak-anaknya, melidungi mereka dengan bulu-bulu dadanya sendiri. Tetapi insting pemberian Allah untuk membangun sarang yang aman pun memaksa rajawali-rajawali muda itu untuk terbang, dan induk rajawali tidak akan melewatkan kewajibannya untuk mengajari anak-anaknya. Karena hanya dengan demikianlah mereka memenuhi kodrat mereka.

Maka suatu hari induk rajawali itu akan mengusik ranting-ranting pada sarang tersebut dan membuatnya jadi tempat yang tidak nyaman. Kemudian ia akan memungut rajawali muda yang kebingungan itu, melambungkannya ke udara, dan menjatuhkannya. Burung kecil itu pun jatuh dengan bebas. Di mana mama sekarang? Ia tidak jauh. Induknya segera menukik ke bawah dan menangkap anak burung itu. Ia akan mengulangi latihan ini sampai setiap anaknya mampu terbang sendiri.

Refleksi:
Apakah anda takut untuk jatuh bebas, karena tidak tahu pasti di mana atau seberapa keras anda akan mendarat? Ingat, Allah akan datang untuk menyelamatkan anda dan membentangkan lengannya yang abadi di bawah anda. Dia pun akan mengajari sesuatu yang baru dan indah melalui hal itu. Jatuh pada lengan Allah bukanlah hal yang perlu ditakuti.
READ MORE - Renungan Harian: Jatuh Bebas