Kebahagian hidup berumah tangga tak lengkap tanpa kehadiran anak-anak. Dan hal ini merupakan dambaan seluruh pasangan suami istri yang ingin membina kehidupan yang lebih baik ke depan.
Hampir tiga tahun pernikahan kami, ada banyak pertanyaan yang terlontar dari berbagai kalangan entah itu kerabat, keluarga, kenalan maupun tetangga tentang kehadiran anak - anak di tengah keluarga kami. Hal ini menjadi sebuah pergumulan yang berkepanjangan bagi kami. Tidak sia-sia, ketika umat benar-benar percaya dan berharap pada Kristus, karena Ia mampu melakukan hal yang sangat mustahil dalam pandangan manusia. Tanggal 3 September 2004, menjadi sebuah titik awal jawaban Tuhan atas pergumulan kami, ketika dokter kandungan mendiagnosa bahwa ada tanda-tanda kehamilan, ini merupakan sebuah berita kebahagian bukan ? Namun di balik kebahagian itu pula ada tanda yang lain yakni tumbuhnya daging lebih diseputar area kandungan yang pada akhirnya diketahui; ada mioma uteri.
Di usia kandungan hampir mendekati 7 bln, dokter memeriksa detak jantung bayi yang aku kandung dan melihat fungsi paru- parunya, dan menurut dokter sangat baik, dan aku siap dioperasi,namun aku balik bertanya pada dokter,bagaiman dengan berat badan bayiku,kata dokter 1,4 ke 1,5 Kg. Jujur aku dihinggapi kekhawatiran untuk dioperasi dengan pertimbangan bahwa bayiku di bawah timbangan atau berat bayiku agak kurang dan sangat rawan, aku tegaskan kepada dokter bahwa bayi ini adalah anak pergumulan, jika kami ke dokter kami akan pergi ke gereja juga dan berdoa bersama dengan hamba Tuhan untuk bayi kami, jadi aku berharap dokter bisa memikirkan kembali diagnosanya. Dan diluar dugaan, dokter mengiyakan permintaan kami, "bapak dan ibu pulang dulu, berdoa & bergumul kembali, saya hanya manusia biasa dan biarlah Tuhan yang akan memutuskan apa yang paling terbaik," kata dokter.
Kami berdoa & bergumul seperti biasanya sebelum kami kembali ke dokter. Dan diusia kandungan mendekati 8 bln, aku ke dokter, dan kata dokter berdasarkan hasil USG keadaan bayi kami baik,dan sehat, dengan berat badan mendekati 2,4 ke 2,5 kg, dan kata dokter adalah waktu yang tepat untuk di operasi dengan berbagai pertimbangan antara lain : tekanan darah tinggi, miom, perkapuran pada plasenta dan bayi yang terus pada posisi sungsang, dan keputusan akhirnya bayi kami akan dilahirkan dengan jalan operasi cesar. 19 April 2005,bayi kami dilahirkan. Lima menit berlalu dari sebuah tindakan operasi, ada lagi keputusan yang berubah, ketika awal kesepakatan untuk mengangkat miom menjadi berubah dengan mengangkat usus buntu.
Kebahagiaan menjadi seorang ibu dimulai dengan kehadiran seorang bayi perempuan yang cantik yang kami beri nama "Diva", dengan harapan dia akan menjadi seorang Diva kelak dikemudian hari, dalam artian kami Diva akan menjadi teladan, bahkan menjadi berkat bagi banyak orang. Tetapi di balik kebahagiaan yang kami rasakan, ternyata masih ada tantangan kehidupan yang mesti dijalani, tiga hari berpuasa paska operasi, menurunkan daya tahan fisik-ku, dan aku menggigil kedinginan, demam dan tekanan darah tinggi yang naik drastis menghiasi hari-hariku disebuah rumah sakit. Delapan hari lamanya aku terbaring lemah, namun aku sangat tahu bahwa segalanya akan berlalu dalam kemuliaan dan mujizat yang Tuhan Yesus buat dari hari lepas hari.
Tanggal 27 April 2005, menjadi awal hari-hari membahagiakan di tengah keluarga, ketika si kecil dan aku kembali kerumah.
Kembali ke rumah penderitaan menghiasi hari-hariku, ketika aku menggigil kedinginan karena malaria, sehingga dokter menyarankan untuk terapi malaria dengan mengkomsumsi obat malaria sesuai aturan tertentu, lepas dari malaria, kembali aku didera dengan nyeri pada tempat operasi, sehingga aku menangis dan berseru "Tuhan belum berakhirkah penderitaanku?" Seminggu lamanya, aku harus terbaring lagi, dengan perawatan intensif oleh seorang dokter, Susi Septiawarni namanya, ia benar-benar seorang dokter yang sabar dan tanpa pamrih berbagi waktu prakteknya hanya untuk merawat luka yang aku alami, hingga lukaku berangsur-angsur sembuh, namun derita belum juga berakhir ketika ada daging lebih yang keluar dari kelaminku , entah karena apa, tapi satu hal yang tetap kuyakini Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi kekuatan umatnya, dan itu nyata ketika aku kembali terbaring di sebuah rumah sakit umum pada tanggal 21 Juni aku dimasukkan di ruangan operasi dengan dua alternatif : kuretase / pembersihan serta pemotongan jaringan yakni daging yang keluar dari kelaminku dan bila terjadi pendarahan maka kandunganku akan diangkat beserta dengan miom yang tumbuh di dalamnya.
Tepat jam 00.00 malam, aku bersujud di lantai kamar tempat aku dirawat, dan kepada Tuhan Yesus aku meminta "Tuhan jika Engkau yang memberikan & menjawab pergumulan panjang kami dengan menghadirkan Diva, maka berilah hamba kehidupan untuk menjawab tanggung - jawab hamba sebagai seorang Ibu dan seorang istri bagi suamiku, dan aku pegang sungguh janji Tuhan untuk menolong umatnya, jika Tuhan berkehendak tanpa operasi pun tumorku akan keluar/hilang/lenyap. Dan aku minta kepada Tuhan Yesus agar diagnosa Tuhan Yesus yang jadi bukan diagnosa dokter". Sebelum operasi dilakukan beberapa petugas medis terus mengingatkan aku akan kebesaran Kasih Kristus dan mencari kepastian jika aku benar mengandalkannya, dan aku bersukacita mengakui sungguh bahwa aku mengimani Kristus dan pekerjaan Ilahinya.
Proses operasi berakhir dengan hanya melakukan tindakan kuretase dan pemotongan jaringan yang akan diteliti lebih lanjut, terlalu ajaib pekerjaanNya, jujur sebagai seorang perempuan adalah hal yang sangat berat jika terjadi pengangkatan kandungan meski semua itu menjadi pertimbangan medis, aku tahu pasti ada maksud Tuhan yang lebih indah di balik tindakan medis ini. Januari, 11'2006 aku kembali ke dokter kandunganku untuk kontrol, dan tanpa diduga sama sekali dokter memberitahukan hasil pemeriksaan jaringan yang dipotong, dan ternyata itu adalah tumor yang menciut dan keluar dengan sendirinya. Kunaikan syukur untuk Tuhan Yesus karena doaku dijawab olehNya. Dalam doa yang penuh harap aku bermohon jika Tuhan Yesus berkehandak tanpa obat - obatan dan operasi sekalipun, aku dapat dipulihkan, dan itu nyata!!!
Pergumulan pribadiku menjadikan aku sadar bahwa di balik sebuah kesukacitaan ada juga tantangan hidup yang lain, yang pada akhirnya membentuk sebuah kesabaran, ketekunan untuk terus mendekatkan diri pada Tuhan, aku tahu kini ada iman, pengharapan dan kasih tetapi ada juga salib yang tetap menjadi bagian hidup orang percaya, dengan iman yang sungguh aku tetap pegang janji Tuhan "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya pada Tuhan (Yer 17 : 17) & (Yoh 11: 4) .. penyakit tidak membawa kepada kematian tetapi supaya Tuhan dimuliakan lewat penyakit kita.
Kuakhiri kisahku dengan sebuah pernyataan : penderitaanku tidak ada artinya dibandingkan kebahagiaan yang Tuhan Yesus berikan, yakni menjadi seorang ibu.
Aku menyampaikan terima kasihku yang tiada terhingga untuk Kristus Tuhan, semua yang mendukungku dalam berbagi bentuk keprihatinan, para pelayan Tuhan dan hamba-hamba Tuhan pada Jemaat Bethania, Poka, Unit VI Mahanaim, AM GPM Ranting Victorius, TPI Mahanaim II, para medis bahkan semua pihak yang tulus berbagi kasih di tengah penderitaan yang aku alami, Tuhan Yesus Memberkati... Amin
READ MORE - Kesaksian: Di Balik Sebuah Kesukacitaan